09.06

09.06

Oleh:  Sasha  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
12Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Persaingan antara Fila dan Sasha semakin memanas kala anak baru pindahan dari Bandung mengacaukan semuanya. Saingan semakin sengit, saat keduanya jatuh pada lelaki yang sama. Lelaki yang merebut gelar mereka sebagai yang pertama dan kedua. Lalu, tembok yang dibangun oleh Sasha untuk tidak memikirkan lelaki, dan hanya fokus dengan deretan rumus yang memenuhi masa remajanya, harus hancur karena perhatian kecil lelaki itu. Fila yang bodo amat dengan perasaan. Mengorbankan hatinya untuk kesenangan kedua orang tuanya yang selalu ingin menomorsatukan dirinya untuk dipamerkan kepada tetangganya. Dan tidak memikirkan perasaannya. Rasa lelah semakin memuncak, dan menyerah adalah kata akhirnya. Bagaimana dengan kisah mereka?

Lihat lebih banyak
09.06 Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
12 Bab
Chapter 1
Keinginanku hanya satu dan terlihat sangat mudah. Aku hanya ingin bahagia. Tapi, kenapa Tuhan sangat sulit untuk mewujudkannya? Apakah aku tidak diperbolehkan untuk bahagia? Apakah aku harus merasakan sakit dan menderita seumur hidupku? Katanya, Tuhan itu adil. Dia adil terhadap hamba nya. Skenarionya terlalu indah dan sangat sulit ditebak. Namun, tidak untukku. Skenarionya buruk dan mudah ditebak. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah bahagia. Mungkin. Dalam cahaya yang minim dan tertutup. Sudah dapat dipastikan jika seseorang yang berada di dalamnya akan tercekik karena pengap, minim udara. Dia meringkuk dalam kedinginan dan juga ketakutan. Bibirnya bergetar hebat, wajah pucat pasi, bahkan suhu tubuhnya yang meninggi. Perlahan, air matanya kembali menetes, seiring rasa sakit di seluruh tubuhnya bercampur menjadi satu. "Bunda.... Aku mau ikut Bunda."
Baca selengkapnya
Chapter 2
"Memangnya kamu siapa Raja, sampai-sampai kamu berani membawa anak saya?" Ayah Raja kembali bertanya."Saya yang mengasuh Raja sejak kecil. Dan, saya juga orang yang dipercayakan oleh nyonya Widya untuk menjaga anak kandungnya!"Ayah Raja menatap wanita itu nyalang.Tangan yang tadinya hendak melayangkan sebuah tamparan kepada perempuan itu, kini seakan tertahan dan seperti ada yang menghalanginya."Jangan pernah kasar dengan perempuan!"Sang penghalang menyentak tangan Ayah Raja dengan kasar, lalu memberikan bogeman mentah.BughRaja yang melihat itu, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher milik Jia. Dia sangat ketakutan. Apalagi pada saat tatapan Ayahnya menatapnya dengan sangat tajam."Mau apa kau ke sini?"Suara Ayah Raja mengudara. Menatap sang penghalang dengan tajam dan tidak suka. Rahang kokoh itu terlihat
Baca selengkapnya
Chapter 3
"Apa yang di ucapkan sama Ayah kamu itu, nggak ada benarnya. Perginya Bunda kamu, bukan karena kesalahan kamu. Melainkan takdir Bunda kamu yang udah harus pergi." Jia menjelaskan secara perlahan. Dia tahu bagaimana rasanya tidak diinginkan. Di tuduh membuat seseorang pergi, padahal itu bukan kesalahan kita.Cukup dia saja yang merasakan bagaimana sakitnya. Ia tidak ingin jika anak dari sahabatnya merasakan apa yang ia rasakan selama ini."Tapi, memang itu benar, kan, Bi? Bunda pergi karena Raja. Raja itu..." "Raja pengen nyusul Bunda....""Kapan Raja bisa ketemu sama Bunda?""Kapan Raja bisa dipeluk sama Bunda?""Kapan Raja bisa tidur bareng sama Bunda?" "Kapan itu semua bisa terjadi dengan Raja?" *** Sebuah buku yang sejak tadi ia pegang. Memperlihatkan deretan tulisan yang siapa saja melihatnya, pasti enggan membacanya.Dia memperbaiki kacamata yang sedikit me
Baca selengkapnya
Chapter 4
Heru menanyakan pertanyaan yang sama.Raja diam. Tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu."Jujur aja. Papa nggak akan marah."Raja mengangguk pelan, sebagai jawaban."Apa yang kamu simpulkan?"Raja menatap Papa nya tidak paham."Maksudnya apa?""Apa yang kamu pikirkan setelah mendengar obrolan Papa sama Mama kamu tadi?""Aku nggak tahu, Pa. Nggak ngerti apa yang Papa bilang tadi. Kenapa Papa bilang kalau Mama adalah orang yang udah bikin Bunda pergi? Apa, ini saling berkaitan?"Heru dapat melihat dengan jelas, kerutan kebingungan di wajah Raja.Dia menghela napas panjang.Apakah dirinya harus membongkar semua ini? Apakah Raja akan bisa menerimanya?"Pa, kenapa diam? Ada yang Papa sembunyikan dari Raja?"Suara Raja membuyarkan lamunan Heru.
Baca selengkapnya
Chapter 5
"Aku nggak izinkan kamu bawa Raja pergi, Mas," ujar Jia."Aku nggak butuh izin dari kamu untuk membawa Raja kemanapun aku pergi," balas Heru yang telah memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi mobil."Di mana Raja?" tanya Heru pada bodyguard nya."Masih di atas, Tuan," jawab salah satu di antara bodyguard Heru."Sudah siap semuanya?" tanya Heru sesaat setelah dia melihat Raja yang tengah berjalan ke arahnya dan membawa sebuah kardus besar, yang tidak ia ketahui isinya apa. Raja mengangguk pelan."Masukkan semua barang-barang milik Raja ke bagasi mobil."Heru memerintahkan bodyguard nya untuk memasukkan semua barang-barang Raja yang jumlahnya tidak sedikit."Baik, Tuan."Beberapa pria berbaju hitam memasukkan barang-barang milik Raja ke mobil belakang."Raja, kamu beneran mau tinggalin Mama? Kamu udah ngg
Baca selengkapnya
Chapter 6
"Jalan, woi!" Perempuan itu menepuk pundak Raja. Di balas anggukan pelan, Raja mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang."Nggak pernah lihat cowok seganteng kamu. Baru pindah ya?" tanya perempuan itu berpegangan pada pundak Raja."Hm," sahut Raja tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan yang tidak ia kenal."Pantes aja sih. Awas aja, aku kasih tahu ke kamu. Di daerah sini, pantang lihat cowok ganteng dikit. Pasti langsung kayak cacing kepanasan. Mau yang muda atau yang tua, sama aja. Jadi, jangan pernah risih sama warga di sini, karena dengan mereka melalukan itu, artinya mereka suka sama kamu," ujar perempuan itu panjang lebar. Raja mengangguk saja, dia sedikit tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh perempuan di belakangnya itu."Eh, woi! Warung belok kanan lah, bukan lurus. Kentara kali kalau nggak pernah ke warung, ya?" Suara perempuan itu kembali terdengar. Raja memutar stang sepedanya ke arah kanan. Dan
Baca selengkapnya
Chapter 7
"Thanks udah mau bantuin," ucap Raja."Nggak masalah kali. Lagian, kita kan teman," sahut Mervi."Mau mampir?" tawar Raja. Mereka menggeleng. "Lain kali aja. Gua mau ke masjid dulu. Lo nggak ke masjid?" tanya Bian. "Gue non-muslim," jawab Raja. "Oh, sorry. Gua nggak tahu soal itu." Raut wajah Bian menjadi pias. "Nggak masalah." "Kalau gitu kita duluan ya," ujar Marva. Raja mengangguk. "Ntar malem jan lupa kumpul di warung tadi. Anggap aja perkenalan diri lo." Suara Ojal. "Kalau nggak sibuk, gue ngumpul kok." *** Makan malam telah tiba. Balak dan anak itu tampaknya tengah menikmati makan malam."Bagaimana keseharian kamu selama Papa nggak ada di rumah?" tanya Heru membuka percakapan.Raja terdiam cukup lama. "Nothing special, and very boring. But,
Baca selengkapnya
Chapter 8
"Fisika adalah suatu pelajaran yang terdiri dari enam huruf.""Fisika adalah suatu pelajaran yang memahami arti emosi, pusing, dan sabar dalam waktu yang bersamaan."Jawaban ngawur lainnya masih terdengar, membuat guru itu bungkam."Kenapa diam, pak? Jawaban kami salah?" tanya Afri."Nggak. Jawaban kalian nggak ada yang salah, dan juga nggak ada yang benar," jawab pak Dewan."Terus, kenapa diam?" Kali ini Dafa yang bertanya."Saya diam karena saya bingung dengan jawaban kalian yang kelewat benar." Tawa mulai terdengar, hingga guru itu kembali bersuara."Baiklah. Saya akan menjelaskan apa itu fisika. Fisika sains atau ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, tujuan utama fisika adalah memahami bagaimana alam semesta berkerja," jelas pak Dewan."Karena selam
Baca selengkapnya
Chapter 9
"Maksudnya apa? Jangan sembunyiin semuanya dari aku, aku bingung harus kayak mana." Raja menunduk dalam."Kamu memang orang yang sudah membuat Bunda kamu pergi, karena saat itu, Bunda kamu berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kamu." Raja tertegun mendengar itu. Jadi, benar. Dirinya adalah orang yang sudah membuat Bunda nya pergi? "Tapi, semua itu tidak akan terjadi jika Mama kamu bertindak segila itu. Saat itu...." Flashback09 Juni 2006Alifah, Widya, Jia dan para lelaki lainnya, berjalan menemani Widya yang katanya tengah ngidam. Menginginkan jalan-jalan di sekitaran taman bersama-sama."Kalau nanti anak aku udah lahir, pasti kita nggak akan bisa kumpul kayak gini lagi. Pastinya aku bakal sibuk urus anak aku." Widya membuka suara."Nggak papa kali, Wid. Lagian, kita kan bisa datang ke rumah lo. Nggak usah sedih gitu, ah," hibur Alifah."Nah, benar yang di katakan Alifah. Nggak usah merasa
Baca selengkapnya
Chapter 10
"Nggak tahu. Tadi gue ke kamar mandi sebentar. Pas gue balik, di sini cuma ada Rizal doang. Pas gue tanya Widya sama Jia ke mana. Katanya mereka mau ke kamar mandi. Tapi, setengah jam kita berdua nunggu, mereka nggak balik-balik." Heru menjelaskan dengan detail. "Gimana? Widya udah ketemu?" tanya Rizal dengan napas tidak beraturan. "Belum. Gue udah cari ke seluruh tempat di taman, tapi nggak ada." Heru menjawab. "WOI! JANGAN DIAM AJA, ITU DI TOLONGIN MBAK-MBAK NYA. KASIHAN DIA. SEBENTAR LAGI AMBULANS DATANG!" Teriakan dari arah jalan mengalihkan pandangan mereka. "Itu ada apa?" tanya Alifah ketika melihat banyaknya orang yang berlarian menuju jalan raya. Tidak menjawab pertanyaan Alifah, para lelaki itu berlari kencang, menerobos kerumunan massa yang mengumpul. "WIDYA!" teriak Ri
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status