공유

Kehilangan Akal

last update 최신 업데이트: 2024-05-07 17:49:19

"Aku milikmu," kata Clara dengan penuh percaya diri.

Kedua tangannya melingkar di leher Bima. Ditariknya ke bawah agar bisa melumat bibir seksi tersebut.

Untuk beberapa saat lamanya, Bima menikmati pagutan liar yang dilakukan oleh Clara. Apalagi Clara memang sudah cukup profesional dalam melayani.

Tangannya langsung menuju ke bagian inti tubuhnya yang telah menegang sejak tadi. Dengan lihai dibukanya handuk yang melilit di tubuh Bima.

"Ini benar-benar luar biasa!!" ucap Clara ketika memegang tombak yang sudah berdiri tegak. Dikocoknya pelan atas dan ke bawah sehingga membuat Bima semakin terbang ke awan.

"Aku akan memuaskanmu malam ini," kata Clara lagi seraya menjatuhkan tubuh Bima.

Clara langsung memposisikan diri di atas Bima. Jari-jemarinya menari di atas dada bidang yang ditumbuhi sedikit rambut tipis itu.

Sentuhan demi sentuhan yang dirasakan oleh Bima, semakin membuatnya merasa panas dan ingin segera menyelesaikan semuanya.

Clara yang mengetahui hal tersebut, sengaja mempermainkan Bima agar dia masuk ke perangkapnya. Jika keinginan Bima tidak segera dipenuhi, maka kemungkinan besar dia sendiri yang akan melakukannya.

Dengan gerakan erotis, Clara menciumi dada bidang Bima sambil menggesekkan dua bongkahan padat miliknya pada tombak yang sudah mengeras. Kedua tangannya dipakai untuk menjepit tombak tersebut dengan kenyalnya benda padat miliknya.

"Kamu membuatku gila!!" sarkas Bima.

Senyum penuh kemenangan muncul di bibir Clara. Dia langsung merangkak naik dan kembali melumat bibir Bima. Kakinya dibuka selebar mungkin sambil menggesek-gesekan lubang kecil yang ada pada inti tubuhnya di atas tombak keras milik Bima.

Bima sempat menikmati bagaimana miliknya bertemu dengan yang hangat yang selama ini memang belum pernah dia rasakan. Dia selalu menjaga miliknya agar terhindar dari yang namanya penyakit menular. Dia tidak mau ambil resiko dengan menggunakan barang berharganya pada sembarang wanita.

Saat gayanya sudah sampai di ubun-ubun, Bima seperti kehilangan akalnya. Diremasnya kasar benda kenyal yang menggantung di atasnya. Kemudian ditariknya agar bisa dilumat dengan lahap.

Di saat itulah, Clara menggunakan kesempatannya untuk merasakan tombak milik Bima. Dia mengarahkan ujung tombak itu ke bagian inti miliknya.

Tapi belum juga sampai masuk, Bima sudah lebih dulu mendorong tubuh Clara hingga terjatuh.

"Awww … sakit, Bimm!! Kamu apa-apaan, sih!!"

"Kamu jangan berani-beraninya mengelabuiku! Seberapa kuatnya obat yang kamu berikan padaku, aku nggak akan termakan rayuanmu!!"

"Tapi kamu juga ingin, kan? Akui saja kalau kamu juga menikmatinya!! Ayolah, kamu belum pernah merasakannya sekalipun bukan? Aku jamin kamu akan ketagihan setelah mencobanya!!" bujuk Clara.

"Nggak akan!!"

"Kamu tenang aja, aku nggak akan nuntut macam-macam, kok. Aku hanya ingin menjadi wanita pertama yang merasakan kerasnya ujung tombak milikmu itu!!" kata Clara tak kunjung menyerah.

Didekatinya lagi Bima yang wajahnya sudah sangat merah. Dalam keadaan seperti itu, orang tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri. Pengaruh dari obat perangsang itu sangatlah kuat. Tidak ada yang bisa lepas darinya selama ini.

"Jangan macam-macam kamu! Kamu pikir aku nggak tahu apa yang ada dalam otak kotormu itu!!"

"Ayolah, Bim! Aku malah merasa menjadi seorang penjahat yang sedang berusaha menodai kesucianmu!" kata Clara sambil menggenggam erat tombak Bima.

Di naik turunkannya tombak tersebut agar gairah dalam tubuh Bima semakin meningkat. Kemudian dia mengulum ujungnya sambil sesekali menghisapnya pelan.

Dan hal itu sukses membuat Bima merasakan peningkatan hormon yang tak bisa ditahan lagi. Digenggamnya rambut Clara agar bisa mengatur gerakan Clara di bawah sana. Dia tarik kadang dilepaskan agar Clara melakukan tugasnya dengan benar seperti biasanya.

Saat Bima sudah hampir mencapai puncaknya, Clara dengan sengaja menghentikan aktivitasnya. Tentu saja hal itu membuat Bima geram. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah segera mengeluarkan sesuatu yang sudah sampai di ujung.

"Haaahhh …"

Bima mendorong tubuh Clara dan mengapitnya. Dia hampir saja memasukkan tombak miliknya kalau saja tidak terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Biarkan saja!! Ayo, cepat masukkan!!" kata Clara seraya menahan pinggul Bima.

"Bima!!!" Terdengar suara Aldo dari luar kamar. Tentu saja hal itu menyadarkan Bima dari pengaruh obat tersebut.

Dihempaskannya tangan Clara, dan dengan cepat dia mengambil handuk yang berada di lantai untuk menutupi bagian inti tubuhnya.

Dengan nafas terengah-engah, Bima membuka pintu tersebut. Aldo sampai dibuat terkejut dengan kondisi Bima yang acak-acakan.

Dilihatnya Clara yang sedang memasang wajah kecewa, mengenakan kembali bajunya. Senyum sinis muncul di wajah Aldo.

"Ohhh … rupanya ada kucing liar yang sedang berusaha naik ke atas ranjang tuan besar. Bagus sekali usahamu itu," kata Aldo sambil bertepuk tangan pelan.

"Apa urusanmu?"

"Tentu saja menjadi urusanku, karena aku harus menjaga kebersihan tuanku."

"Cihhh!!!"

"Pak Bima kena- … mmmphhh …"

Bima yang sudah terbakar gairah, langsung menyerang Santi.

Ditariknya Santi masuk ke dalam kamar dan langsung melumat bibirnya dengan liar. Aldo sampai dibuat terheran-heran dengan tindakan Bima yang gegabah.

"Sepertinya kamu sudah memberikan obat yang sangat kuat padanya. Dia sampai hilang kendali seperti itu! Ikut aku sekarang!!" Aldo menarik paksa Clara agar keluar dari kamar tersebut dan membiarkan Bima bersama Santi.

"Kenapa kamu biarkan mereka?"

"Tentu saja itu karena atas permintaan dari Bima sendiri."

"Lalu apa bedanya denganku? Bahkan wanita tadi tidak jauh lebih cantik dariku!!"

"Tapi dia bersih, nggak seperti kamu!!" kata Aldo dengan nada dinginnya.

Aldo membawa Clara keluar dari hotel dengan paksa. Sementara Bima tengah mencoba menuntaskan hasrat yang sudah berada di ubun-ubun.

"Pak Bima mau apa??" tanya Santi panik ketika kemejanya ditarik paksa oleh Bima.

Kancing bajunya bertebaran ke lantai. Melihat bukit kembar yang belum sempat dicicipinya itu, membuat Bima semakin hilang kendali.

Dilepasnya paksa kemeja yang masih menempel itu sehingga hanya menyisakan kain berwarna pink yang menyangga bukit kembar itu. Diangkatnya tubuh Santi dan dilempar ke atas ranjang.

Bima langsung memposisikan dirinya di atas Santi dan kembali melumat bibir mungil itu. Santi tak bisa meronta karena kedua tangannya dikunci di atas kepalanya.

Satu tangan Bima digunakan untuk meremas salah satu benda padat milik Santi.

Ciumannya mulai turun ke bagian leher dengan meninggalkan banyak jejak merah di sana. Santi yang semula meronta akhirnya mulai menikmati setiap sentuhan basah yang diterima di lehernya.

Karena tubuh Santi sudah merespon dengan baik, Bima melepaskan tangan Santi dan dengan cepat menurunkan kain penutup itu.

Dua bongkahan kenyal yang akhirnya bisa dilihatnya tanpa penutup itu, membuatnya menggelap. Segera dijilatinya ujung kenyal tersebut, di mana satu tangannya memilih ujung yang lainnya.

"Emmhhhh … Pak!!"

Desahan mulai lolos dari bibir Santi yang merasakan nikmat atas perlakuan bosnya itu. Tentu saja hal tersebut membuat Bima semakin bersemangat menghisap kedua benda kenyal tersebut secara bergantian.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Ileran

    Santi memijit pelipisnya saking kesalnya dengan tingkah dua lelaki hebat di sampingnya. Ada rasa senang tapi juga sedih, karena kebebasannya terenggut secara tidak masuk akal.***Bulan demi bulan terlewati dengan berbagai macam aturan yang diberikan oleh Adam dan juga Bima. Namun ketika kehamilan Santi sudah memasuki bulan ketujuh, Santi mulai mengutarakan keresahan dalam hatinya."Pa, Mas … Aku ingin pergi ke mall untuk membeli keperluan bayi ini, ya. Udah lama aku nggak jalan-jalan keluar," pinta Santi di sela sarapan pagi mereka."Emangnya kamu mau beli apa? Biar aku aja yang beli kamu tinggal sebutin aja mau apa," jawab Bima."Iya, bener!" timpal Adam. Santi memasang wajah memelas sambil mengelus perut buncitnya. "Kalau nanti kamu lahirnya ileran, salahin aja Opa dan juga papa kamu ya, Nak!"Adam dan Bima langsung bergidik ngeri. Mereka tak menyangka Santi akan berkata demikian. Biasanya Santi akan menurut saja pada apa yang dikatakan oleh mereka."Kamu jangan kayak gitu dong, S

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Mual

    "Kamu kenapa sih, Sayang?" keluh Bima.Santi malah sibuk menutup hidungnya dengan selimut dan mengibaskan tangannya agar Bima menjauh darinya. Mencium aroma sabun di tubuh Bima membuat Santi merasa mual."Jangan deket-deket, Mas! Aku nggak suka bau sabunnya!" kata Santi."Bukannya ini bau sabun favorit kamu, ya? Kenapa mendadak jadi nggak suka?" tanya Bima.Santi ingin menjawab tapi perutnya seperti diaduk-aduk. Dia bergegas menuju ke kamar mandi berusaha mengeluarkan isi perutnya namun tak ada yang keluar sama sekali.Matanya sampai berair karena mencoba memuntahkan isi perutnya. Kepalanya terasa sedikit berat dan matanya berkunang-kunang."Kamu ikut aku sekarang!" kata Bima seraya menarik tangan Santi keluar dari kamar mandi."Mau kemana, Mas? Aku belum mandi!" Santi mencoba menolak namun tenaga Bima tentu saja lebih kuat."Udah, ikut aja!" seru Bima. Dia memberikan syal pada istrinya untuk menutup hidungnya agar tak mencium aroma sabun di tubuhnya.Adam yang baru saja selesai lari

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Jangan Dekat-dekat

    "Kenapa gitu, San? Bentar lagi juga mateng kok!" kata Bima masih sambil mengaduk telur dalam wajan.Santi menghela nafas panjang sambil menyalakan kompor. "Mau sampai besok pagi juga nggak bakal mateng kalau kompornya belum dinyalain, Mas!" Bima garuk-garuk kepala sambil cengar cengir tak jelas. Dia mengalihkan pandangannya ke dalam wajan dan bertanya pada San, "Apa caraku memasak juga salah?""Nggak kok, Mas. Cuma mungkin ada cara yang lebih bagus lagi dari pada buang-buang minyak goreng," kata Santi seraya mengambil alih alat masak yang dipegang oleh Bima."Biar aku aja, Santi. Kamu kan lagi sakit juga," kata Bima."Nggak usah, biar aku aja. Kamu sama papa tunggu aja sambil nonton televisi," ucap Santi sambil mengurangi minyak goreng di wajan.Adam menarik Bima agar segera menjauh dari sana. Bagaimanapun juga memang lebih baik jika Bima menjauh dari dapur sebelum meledakkan dapur di rumah itu.Keduanya pun menuju ke ruang tengah sambil menonton televisi. Sesekali mereka bercengkrama

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Memasak

    "Ada apa dengannya?" tanya Adam tak kalah panik."Aku juga nggak tahu, Pa. Tadi dia masih baik-baik aja!" ujar Bima sambil menggendong tubuh istrinya masuk ke kamarnya."Kamu juga, sih! Kenapa kurang memperhatikan kondisi istrimu! Dia pasti kelelahan karena belakangan ini selalu sibuk mengurus kita berdua!" cecar Adam sambil berjalan mengikuti anaknya di belakang."Papa nggak usah bawel, deh! Mendingan sekarang bantuin aku buat nelpon dokter agar segera kesini buat memeriksa kondisi istriku!" kata Bima.Beberapa kali mendapati Santi dalam kondisi yang buruk membuat Bima merasa benar-benar gagal menjadi suami yang baik. Apalagi Santi juga yang berapa kali malah melindunginya dari serangan musuh.Dalam hati Bima merutuki kebodohannya yang tidak bisa menjaga istrinya dengan baik. Kalau boleh memilih tentu saja Bima tidak ingin berada di posisi seperti kemarin.Bima pun ingin mempunyai keluarga yang harmonis dan bahagia seperti orang kebanyakan. Bukan malah penuh dengan darah dan juga den

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Aku Ikuti Mau mu

    "Sepertinya aku kedatangan tamu istimewa! Selamat datang!" Ucap Rizwan berusaha tetap tenang. Dia tak mau terlibat gugup di depan semuanya."Aku nggak mau basa-basi di sini. Yang aku tahu kamu udah menyuruh orang untuk melenyapkan Septa!" kata Santi."Hahahaha … sayang! Bukankah kamu sudah menyetujui permintaan Papa untuk menikah denganku? Kenapa sekarang kamu malah menuduhku melakukan hal itu?" tanya Rizwan. "Lagi pula kalau bukan karena Septa berkhianat, pasti papa aku juga nggak akan pergi meninggalkanku sendiri!" imbuh Rizwan."Aku tahu kamu sedih kehilangan papamu, tapi percayalah itu sudah kemauannya. Dia sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya," kata Santi mencoba berdamai dengan Rizwan."Sayangnya aku nggak bisa percaya begitu saja," Rizwan berjalan mendekat secara perlahan.Santi tetap waspada dengan segala gerak gerik Rizwan. Dia melihat ada senjata di saku samping Rizwan dan bisa diperkirakan itu adalah pistol."Kami mempunyai rekaman CCTV yang membuktikan bahwa p

  • Istri Kampungan Kesayangan Presdir    Perubahan

    "Apa sudah ada informasi siapa dalang dibalik semua ini?" tanya Bima."Semuanya tersusun rapi seperti sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Bahkan mereka tahu seluk-beluk perusahaan ini sampai bisa melumpuhkan Septa begitu saja." Aldo merasa dirinya sudah gagal."Pasti ada kerjasama dengan orang dalam. Kamu pastikan untuk mencari Siapa yang terlibat dengan semua ini!" kata Bima kemudian.Aldo mengangguk setuju. Dia pun mengirim pesan pada orang kepercayaannya untuk mencari tahu siapa yang berani berkhianat pada Bima."Sekarang kita ikuti kemana perginya mereka," kata Bima.Dalam mobil Bima sudah terpasang GPS sehingga bisa melacak keberadaan istrinya. Namun, Bima punya pikiran lain. Lawannya bukan orang yang sembarang bergerak. Terbukti dia menyusun rencana tersebut dengan rapi.Orang itu tidak mungkin dengan sengaja membawa mobil pribadi miliknya untuk menculik Santi pergi jika tanpa satu alasan. Orang itu pasti mempunyai rencana tersendiri untuk menjebaknya."Siapkan orang-orang

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status