*Kutipan: “Kenali musuhmu dan kenali dirimu sendiri, maka dalam seratus pertempuran, kau tidak akan pernah kalah.” Dari buku ‘Seni Berperang’ karya Sun Tzu.
“Ini uang untukmu. Gunakan sesukamu untuk membeli makanan atau barang yang kau sukai. Sesekali, pergilah ke tempat Vasily jika kau merasa kesepian, ya?”Fay hendak menolak, tetapi Anna meraih tangannya dan meletakkan kotak berisi uang itu di atas telapaknya.“Nona, tidak perlu memberikan tabungan Anda. Saya bisa bekerja dengan mengurus kuda—”“Shhh, aku tahu fisikmu itu lemah, Fay,” sela Anna dengan suara tegas. Kemudian, tatapannya melembut. “Jangan memaksakan diri. Kau hanya perlu mengurus rumah ini dan menjaganya. Aku akan kembali secepatnya, jadi pakailah uang ini.”Fay menatap bingung. “Kembali secepatnya? Maksud Anda?”“Aku tidak ingin menikah dengan Kaiden. Aku akan mencari cara untuk membatalkannya.”Fay menggeleng tidak setuju. “Nona, sampai kapan Anda akan seperti ini?”Anna hanya melemparkan senyum penuh ketidakpastian sebelum bergegas keluar dari rumah. Seorang prajurit kelas atas telah menunggu dengan mobil yang sama seperti kemarin.Hanya saja, dia bukan Dominic.Pria it
“Nona Anna!”Fay berlari menghambur ke pelukan Anna dengan wajah berseri-seri. Pelukannya begitu kuat dan Anna spontan tertawa.Fay kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Anna. “Anda cantik sekali dengan gaun ini,” katanya dengan mata berbinar.Senyum Anna memudar. “Aku terpaksa memakainya,” sahutnya setengah hati. “Semua gaunnya sama dan heels runcingnya. Mereka sangat ingin melihatku tersandung dan mencium lantai.”Fay cemberut, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia tahu benar selera Anna bukanlah gaun kebesaran perempuan ibu kota. Fay sendiri selalu memuja apa pun yang ada di ibu kota, sekalipun itu hanya sebuah sepatu.“Kalau begitu, bagaimana di ibu kota?” tanya Fay penasaran. Fay tidak pernah pergi ke ibu kota, dia hanya melihat semuanya lewat foto di majalah atau koran.Anna tidak langsung menjawab. Ia melangkah menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. Di belakangnya, Fay terlihat memungut heels-nya dan menyimpannya hati-hati di dekat sofa.“Tidak menyenangkan,” jawab A
“Do-dominic?! Kenapa... kenapa kau ada di sini?!”Senyum Dominic melebar dan ia mengedikkan bahunya. Anna menatap syok, tak menyangka akan melihat Dominic lagi di ibu kota.Dominic adalah teman masa kecilnya, tiga tahun lebih tua darinya. Mereka berasal dari distrik yang sama, sampai kemudian Dominic pindah ke distrik lain setelah lulus dari akademi.Dominic pernah memberitahunya tentang keinginannya untuk mendaftar sebagai prajurit di umur 25 tahun. Itu sebabnya Anna bertanya pada Kaiden.Tak disangka, Dominic mendaftar lebih awal dan sekarang telah sepenuhnya menjadi prajurit. Seragam hitam yang dipakainya menunjukkan statusnya sebagai prajurit kelas atas.Prajurit kelas bawah menggunakan pakaian militer berwarna putih, sementara prajurit kelas menengah berwarna abu-abu.“Anda terlihat sangat terkejut, Nona Annalise,” kata Dominic dengan nada hormat seraya membungkuk.Anna menggeleng dengan wajah berkerut, tidak suka dengan penghormatan dan kesopanan itu. “Jangan memanggilku dengan
Anna menatap gaun sutranya dan bertanya-tanya apakah ia akan tidur dengan gaun ini atau tidak. Gaunnya ketat dan tidak nyaman untuk dipakai tidur, sementara ia ingin merilekskan otot-ototnya dengan pakaian longgar. Ia berjalan ke lemarinya dan membukanya. Wajahnya berkerut melihat beberapa pakaian baru yang digantung di belakang jajaran gaun formalnya. Itu adalah lingerie yang nyaris tidak menutupi apa pun. Dan dua potong gaun tidur berwarna putih tulang. Tidak mungkin Anna memakai potongan gaun malam yang seksi itu, jadi ia mengambil terusan yang longgar. Mungkin Kaiden yang sengaja mengirimnya, semata-mata hanya untuk membuatnya kesal. Anna penasaran apakah Selena sudah bicara pada pria itu? Mendudukkan diri di kasur, Anna memikirkan hal itu. Selena tampak sangat kesal sampai-sampai dia terlihat ingin menamparnya. Jika hubungan Selena dan Kaiden berjalan selayaknya sepasang suami istri, maka Selena pasti akan menceritakan kejadian tadi. ‘Aku menjadi jenderal bukan untuk p
Nyonya Brighton tak bisa berhenti menatap Anna.Sesekali Anna membalas senyumnya, kemudian melanjutkan makannya. Mereka menyajikan daging kuda panggang yang lezat, dengan puding stroberi sebagai pencuci mulut.Anna hanya makan sedikit, ia merasa tidak berselera. Terlebih, bukan hanya Nyonya Brighton yang terus menatapnya, melainkan Genevi Benheiton.Bibir Genevi menyunggingkan senyum manis, tetapi tatapan matanya jelas menunjukkan ketidaksukaannya pada Anna. Dia melihat Anna seolah ia adalah kotoran yang harus disingkirkan.Sama seperti Selena, Genevi pun tidak menginginkan pernikahannya dengan Kaiden.Anna menyesap jusnya dan diam-diam tersenyum. Ia harap keduanya bisa menjadi jalan batalnya pernikahannya.Mereka semua makan dengan tenang di atas meja panjang. Anna duduk di samping Selena, berhadapan dengan Kaiden, Nyonya Brighton, dan Genevi.“Kau ternyata jauh lebih cantik dari foto yang aku lihat,” ucap Brighton, meletakkan garfunya. Ia menatap Anna dengan senyum hangat. “Kaiden j
Malam menyapa. Bulan sabit kecil terlihat berpendar di luar jendela. Anna menyibukkan diri dengan memperhatikan bulan yang menggantung, sementara Camila mendandaninya. Camila memberikan riasan yang membuat wajahnya terlihat sedikit lebih dewasa dari umur aslinya. Bibirnya dipoles dengan warna merah muda yang mengkilap. Warnanya sama dengan gaun sutra mulberry yang ia kenakan. Kainnya sangat lembut, rasanya seperti meleleh di tubuh Anna dan membentuk lekuk tubuhnya. Ketika ia bergerak, gaunnya akan berkilau secara halus. Satu hal yang mengusik Anna adalah belahan samping di salah satu pahanya. Sepertinya seluruh gaun sutra di ibu kota tak jauh dari kata seksi. Meskipun ia akui kalau gaun ini begitu elegan dan indah. “Anda terlihat sangat cantik,” kata Camila dengan senyum kecil. Ia selesai menggelung rambut panjang Anna dan menyemprotkan parfum beraroma mawar. Anna bahkan telah memakai sabun dan shampoo dengan aroma yang sama. Anna hanya bisa tersenyum mendengar hal itu. Ia