หน้าหลัก / Fantasi / Lembah Kaisar Takdir / Bab 4: Langkah Menuju Kekuatan

แชร์

Bab 4: Langkah Menuju Kekuatan

ผู้เขียน: Lann
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-08 19:54:19

Liu Feng melangkah meninggalkan lembah dengan tubuh yang masih terasa berat. Pertarungan melawan makhluk besar semalam masih membekas di pikirannya. Luka-luka kecil di lengannya terasa perih, tetapi ia tidak mengeluh. Baginya, rasa sakit itu adalah bukti bahwa ia telah melewati ujian pertamanya.

"Langkah pertamamu sudah berhasil," ujar Shen Tao sambil berjalan di depan, tangannya menggenggam tongkat kayu yang digunakan untuk menyingkirkan ranting dan dedaunan. "Namun, kau harus ingat, ini baru awal dari pelatihanmu. Energi Roh Api itu tidak stabil. Jika kau tidak mempelajari cara mengendalikannya, maka energi itu bisa menghancurkanmu kapan saja."

Liu Feng hanya mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang mulai tumbuh—sebuah keyakinan bahwa ia bisa mengatasi apa pun yang datang.

Mereka akhirnya tiba di sebuah hutan bambu yang lebat. Suara gemerisik angin di antara batang bambu menciptakan harmoni yang menenangkan, tetapi Shen Tao tidak membiarkan Liu Feng menikmati keindahan itu terlalu lama. "Di sinilah kau akan melanjutkan pelatihanmu," katanya sambil menunjuk sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan. Rumah itu tampak tua, dengan atap yang hampir runtuh dan dinding kayu yang dipenuhi lumut.

"Di sini?" tanya Liu Feng, sedikit bingung. "Apa yang akan aku pelajari di tempat ini?"

Shen Tao tersenyum tipis, matanya berkilat penuh misteri. "Tempat ini bukan sekadar rumah tua. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya, sesuatu yang akan membantumu memahami inti dari energi Roh Api."

Ketika mereka memasuki rumah itu, Liu Feng segera merasakan perubahan. Udara di dalam ruangan terasa berat, hampir seperti menghirup kabut tebal. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan lukisan kuno yang menggambarkan pertempuran besar, dan di tengah ruangan terdapat sebuah altar kecil yang mirip dengan yang ada di lembah. Namun, kali ini, kristal di atas altar itu berwarna biru tua, memancarkan aura dingin yang bertentangan dengan energi api yang baru saja ia pelajari.

"Kristal itu dikenal sebagai Es Jiwa," kata Shen Tao sambil mendekati altar. "Energinya bertentangan dengan Roh Api, tetapi justru karena itu, kau harus belajar untuk menyeimbangkan keduanya. Tanpa keseimbangan, kau tidak akan pernah mencapai potensi penuhnya."

Liu Feng mendekati altar dengan hati-hati. Energi dari kristal itu terasa menusuk kulitnya, membuatnya merinding. Ia merasa seolah sedang berdiri di tengah badai salju. Shen Tao memerintahkannya untuk duduk bersila di depan altar, seperti yang ia lakukan sebelumnya.

"Fokuskan pikiranmu," kata Shen Tao dengan suara tenang namun tegas. "Rasakan perbedaan antara panas dan dingin, dan pelajari cara menyatukan keduanya."

Liu Feng memejamkan mata dan mencoba mengikuti instruksi itu. Namun, saat energi dari kristal mulai masuk ke tubuhnya, ia langsung merasakan konflik yang luar biasa. Tubuhnya terasa seperti medan perang antara dua kekuatan besar yang saling bertarung. Panas dari Roh Api mencoba melawan dingin dari Es Jiwa, menciptakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan.

"Jangan menyerah!" seru Shen Tao dari kejauhan. "Rasa sakit itu adalah bagian dari pelajaranmu. Kau harus menguasai keduanya, atau kau akan kalah."

Liu Feng menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang terus meningkat. Namun, seiring waktu, ia mulai memahami pola energi yang mengalir di dalam tubuhnya. Ia belajar bagaimana mengarahkan kedua kekuatan itu, bukan untuk bertarung, tetapi untuk bekerja sama. Lambat laun, rasa sakit itu mulai berkurang, digantikan oleh perasaan tenang yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ketika ia membuka matanya, kristal itu telah kehilangan cahayanya, seolah-olah semua energinya telah terserap oleh Liu Feng. Shen Tao menatapnya dengan penuh kebanggaan. "Kau telah melampaui harapanku," katanya. "Namun, ingatlah, ini hanya permulaan. Dunia di luar sana tidak akan memberimu waktu untuk bersantai. Kau harus terus maju."

Malam itu, Liu Feng merenungkan semua yang telah terjadi. Ia merasa lebih kuat dari sebelumnya, tetapi ia juga sadar bahwa kekuatan itu datang dengan tanggung jawab besar. Ia memandang langit yang dipenuhi bintang-bintang, bertanya-tanya apa yang menantinya di masa depan.

Namun, jauh di dalam hutan, sepasang mata merah menyala mengawasi dari kegelapan. Sesuatu yang tidak diketahui sedang bergerak mendekat, membawa ancaman baru yang tidak pernah dibayangkan oleh Liu Feng.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 128: Pusaran Ajaib Semesta

    Di bawah langit yang tak berujung, di mana awan gelap dan sinar rembulan saling bertarung untuk menguasai cakrawala, terdapat sebuah lembah yang terlupakan oleh waktu. Lembah itu dipenuhi oleh sisa-sisa pertempuran kuno dan keheningan yang menyimpan rahasia masa lampau. Setiap sudutnya bercerita tentang perjuangan para penyihir, kesatria, dan makhluk ajaib yang pernah bertarung demi melindungi keseimbangan alam. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah, dedaunan yang layu, dan secercah harapan yang masih tersisa di antara reruntuhan zaman.Di tengah lembah itu, berdirilah sebuah danau kecil yang airnya berkilauan dengan cahaya aneh, seolah-olah memantulkan energi dari semesta yang jauh. Air danau itu tampak hidup, bergerak perlahan, menyatu dengan irama alam yang misterius. Di sekelilingnya, tumbuh pepohonan purba yang akarnya menembus batu, seakan menyimpan rahasia dari dalam bumi. Suasana itu begitu hening sehingga hanya ada suara gemericik air dan desir angin yang menemani

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 127: Cahaya Abadi dari Alam Lain

    Langit di atas Kerajaan Lembah Elysia tampak seperti kanvas raksasa yang dihiasi warna-warna senja, namun di balik keindahan itu terselubung bayang-bayang misterius yang selalu mengancam. Angin malam yang sejuk mengalir lembut menyusuri lembah, membawa aroma bunga-bunga liar dan embun pagi yang masih menempel pada dedaunan. Di antara keheningan alam, terdengar suara gemericik sungai kecil yang mengalir di antara bebatuan, seolah-olah memberikan irama bagi kisah yang akan segera terungkap.Di sebuah dataran tinggi yang menghadap lembah, berdirilah sekelompok kesatria yang tampak kelelahan, namun matanya menyala dengan tekad yang membara. Di antara mereka, seorang pemuda bernama Armand, dengan rambut hitam legam dan mata biru yang tajam, memimpin barisan itu. Wajahnya, meski dipenuhi bekas luka pertempuran, memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. Ia mengenakan baju zirah berlapis perunggu yang berkilau samar di bawah sinar rembulan, dan di tangannya terhunus pedang pusaka yang tela

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 126: Kebangkitan Pemberani

    Di balik awan gelap yang menyelimuti langit, fajar perlahan mulai memecah kegelapan malam. Namun, sinar yang menyusup itu bukanlah cahayanya matahari yang hangat, melainkan kilauan magis yang datang dari dalam jiwa para pejuang yang telah lama terlupakan. Di tengah medan pertempuran yang hancur lebur, di antara reruntuhan dan debu yang menutupi tanah, para penyintas berkumpul dengan harapan yang tertinggal dari masa lalu. Suasana itu terasa seperti perisai terakhir yang memisahkan dunia dari kehancuran mutlak.Awan-awan berarak di langit dengan gerakan lambat namun pasti, seolah-olah menyaksikan sebuah pertunjukan yang telah ditentukan oleh takdir. Di antara debu dan sisa-sisa kehancuran, Armand berdiri tegak, meskipun tubuhnya dipenuhi luka dan kelelahan. Mata Armand yang dulunya menyala dengan semangat kini menunjukkan jejak penderitaan, namun tekadnya tetap menggelora. Di balik setiap luka, ada cerita tentang pertempuran, pengorbanan, dan janji untuk tidak pernah menyerah.Di sisi

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 125: Keabadian Sang Penjaga

    Di antara reruntuhan sebuah dunia yang telah lama terpuruk dalam kegelapan, muncul secercah cahaya yang tak terduga. Langit yang dahulu suram kini mulai menunjukkan secercah fajar, meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui setiap sudut. Di tengah medan pertempuran yang hancur, di mana batu-batu retak berserakan dan tanah basah oleh darah para pejuang, berdiri seorang pria dengan tatapan penuh tekad. Namanya adalah Rasyid, sang Penjaga, yang tak pernah mengingkari janjinya untuk melindungi sisa-sisa harapan dunia ini.Rasyid mengenakan baju zirah yang berkilauan meskipun sudah banyak goresan dan retak, tanda pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Di tangannya, tersandang pedang legendaris yang telah mengantar ribuan jiwa menuju keabadian atau kehancuran. Pedang itu, yang dikenal sebagai "Sinar Purnama", memancarkan cahaya lembut di tengah kegelapan, seolah menandakan bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kehancuran, masih ada secercah harapan yang takkan pernah padam.Da

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 124: Titik Balik di Dunia yang Terbelah

    Di suatu pagi yang kelabu, ketika embun masih menempel di dedaunan dan udara terasa dingin menyelinap ke dalam setiap celah, dunia seolah-olah sedang mengalami pergeseran. Di balik langit yang kelabu dan megah, terdapat sebuah kekosongan yang menggantung, seolah-olah alam semesta sedang menahan nafas. Di sinilah titik balik yang selama ini dinanti telah tiba, di mana segala sesuatu yang telah terjadi mulai menemukan maknanya dan jalan menuju keabadian mulai terbuka.Di tengah kekacauan itu, Armand berdiri di atas reruntuhan sebuah kota kuno yang pernah menjadi pusat peradaban. Tubuhnya yang penuh luka menandakan betapa pertempuran yang telah ia lalui sangatlah berat. Meski begitu, matanya yang tajam tetap menyala, menyiratkan tekad yang tak tergoyahkan untuk melanjutkan perjuangan. Di sekelilingnya, puing-puing bata, potongan-potongan kayu, dan debu-debu halus berterbangan, menorehkan gambaran dari kehancuran yang melanda dunia. Namun, di balik setiap reruntuhan itu tersimpan harapan—

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 123: Pencerahan Abadi

    Di ufuk timur, matahari perlahan muncul dari balik awan mendung, menyinari dunia yang telah lama didera kegelapan. Setiap sinar cahayanya seolah membawa harapan baru bagi tanah yang hancur dan jiwa-jiwa yang terluka. Angin pagi menyapa dengan lembut, membawa aroma bunga liar yang mulai mekar kembali di tengah reruntuhan zaman yang penuh penderitaan.Di sebuah lembah yang dulunya pernah dipenuhi kebahagiaan, kini tersisa hanya puing dan kenangan pahit. Armand, Aveline, dan beberapa penyintas lain berjalan perlahan melewati medan pertempuran yang sunyi. Langkah mereka berat, namun semangat mereka tetap menyala, seperti bara api yang tidak pernah padam. Setiap jejak kaki mereka menorehkan kisah perjuangan, sebuah bukti bahwa walaupun dunia ini telah dihantui oleh kegelapan, masih ada cahaya yang tak terpadamkan.Armand menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala yang perlahan berubah warna. Ia teringat akan janji yang telah diikrarkannya kepada mereka yang ia cintai, janji untuk membebaskan

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status