Chapter: 49. Langkah Awal Pendekatan "Eng-enggak apa-apa kok, Kak. Cuma ngobrol biasa. Tante tanya gimana kabarku selama ini," kilah Luna. Matanya tak berani menatap Marsel lama. Dia mengalihkan pandangan ke arah lain setelah menjawab pertanyaan Marsel. "Yakin? Aku lihat kalian ngobrol serius banget lho," tanya Marsel lagi sambil bersendekap dada. "Iya, Kak. Memangnya Kak Marsel mikirnya kita lagi ngobrolin apa?" Marsel membuang napas kecil. "Nggak apa-apa. Ya sudah. Lupakan saja.""Kalau gitu aku pamit dulu ya, Kak," ujar Luna buru-buru. Dia bergegas keluar rumah dan masuk ke dalam mobil. "Hampir saja aku ketahuan. Aku harus menghubungi Tante Intan lagi buat menyusun rencana selanjutnya," ucap Luna sendiri sambil fokus mengemudi. ***Hari demi hari, Luna semakin berambisi untuk mendapatkan Marsel. Dia semakin tertantang dan tidak rela jika posisi kakaknya digantikan oleh seorang pembantu. "Apa yang harus saya lakukan, Tante?" tanya Luna saat mengajak Intan bertemu di sebuah restoran mewah untuk makan siang bersama
최신 업데이트: 2025-06-11
Chapter: 48. Rencana Luna dan IntanLama-lama rasa penasaran Luna pun mulai terpatik. Dia yang dulu memang pernah naksir dengan Marsel mulai tertarik untuk bersaing dengan Nawang. "Kayaknya seru nih kalau aku rebut Kak Marsel dari Nawang. Lagian nggak ada salahnya kan? Mereka belum menikah. Dan Kak Marsel lebih cocok bersanding denganku daripada sama si pembantu itu." Rencana jahat mulai muncul di kepala Luna. "Aku harus temui Tante Intan lagi." Luna bergegas kembali mencari mamanya Marsel. Dia berjalan sembari tersenyum lebar. Seolah kemenangan sudah pasti berada di tangannya. "Tante!" panggilnya, saat Intan sedang asyik melihat bunga-bunga mawar yang bermekaran di taman depan rumah. "Eh ... Luna. Kenapa? Udah selesai kelilingnya?" tanya Intan balik. "Sudah, Tante. Tapi, Te, tadi aku lihat Kak Marsel lagi berduaan sama Nawang di kamar Axelle. Mereka lagi ngobrol apa ya? Apa lagi bahas aku ya? Aku jadi nggak enak nih, Te," pancing Luna. Seketika wajah Intan pun merah padam. "Apa? Mereka lagi berduaan? Ini nggak bi
최신 업데이트: 2025-06-03
Chapter: 47. Saingan Spek Pembantu"Apa Marsel akan menerima perempuan itu menjadi istrinya?" Nawang duduk sambil memeluk lutut di atas lantai kamar Axelle. Tembok bercat putih di hadapannya menjadi saksi kegelisahan hatinya. "Kalau iya, berarti aku sudah nggak ada kesempatan buat kembali sama dia," pikirnya lagi. Benih cinta yang mulai tumbuh kembali di antara mereka kembali membuat suasana hatinya ditumbuhi rasa cemburu. "Ah ... kenapa aku jadi mikir begini? Jelas saja Marsel akan menerima perempuan itu. Sudah cantik, kaya dan yang pasti direstui sama mamanya. Sadar diri dong, Nawang. Kamu ini siapa. Hanya pembantu di rumah ini." Nawang terus merutuki dirinya sendiri dalam hati. Meski dia sudah mengakui akan perasaan yang mulai kembali berkembang itu, Nawang harus tetap memiliki pikiran untuk sadar diri. Sementara suasana di ruang tamu berubah menjadi tegang. Bahkan Marsel berusaha menghindari kontak mata dengan Luna. Bukan karena dia takut akan jatuh cinta dengan Luna, tapi karena dia tidak nyaman duduk bersama
최신 업데이트: 2025-05-28
Chapter: 46. Rencana Pernikahan Marsel dan Luna"Selamat pagi, Tante!" Intan langsung membelalak melihat siapa yang berdiri di depannya setelah pintu terbuka. Luna tersenyum lebar dan terlihat begitu manis. "Wah ... pagi-pagi aku kedatangan tamu istimewa. Yuk masuk, Lun!" Intan menyambutnya dengan suka cita. "Duduk sebentar! Kamu mau minum apa? Biar Tante buatkan.""Apa saja, Tante.""Mau susu atau jus?""Em ... jus juga boleh, Tante.""Oke. Tante buatkan jus alpukat khusus buat kamu.""Terima kasih banyak, Tante. Maaf kalau merepotkan.""Ah ... nggak apa-apa. Justru Tante senang sekali kamu mau main ke sini. Karena itu tandanya ..." Intan tak melanjutkan ucapannya. Tapi wajahnya bersemu merah. Dia tahu ini artinya Luna menyetujui tawaran dia tempo hari. Intan melangkah penuh semangat menuju dapur, memilih buah alpukat terbaik di dalam kulkas dan menghaluskannya dengan blender. Dia sedang menyiapkan minuman spesial untuk calon menantu kesayangannya. "Bikin jus buat siapa? Kenapa sambil senyum-senyum gitu? Bikinin juga buat aku
최신 업데이트: 2025-05-25
Chapter: 45. Dia Masih Sama"Lho, Pak Marsel, mau ke mana?" sergah kedua anak buahnya saat Marsel hendak menuju sebuah toko perhiasan di depannya. "Mau ke sana," tunjuknya. Mereka berdua sejenak saling pandang. "Jadinya mau dibelikan perhiasan emas, Pak?" tanya mereka seolah tak percaya. Marsel mengangguk. "Iya. Kalian tunggu di sini saja!" perintahnya. "Baik, Pak," jawab mereka serempak. Setelah Marsel melangkah pergi, mereka berdua mulai membicarakan bosnya tersebut."Baru kali ini ada pembantu ulang tahun dikasih perhiasan emas sama bosnya," ujar pria pertama. "Iya. Aku juga. Ini si Nawang yang beruntung apa Pak Marsel sih yang ...""Yang apa?""Em ... anu ..." dia garuk-garuk kepala "Kamu ngerasa ada yang aneh nggak sih di antara mereka?""Iya sih. Jangan-jangan mereka pacaran!""Bisa jadi. Kalau emang iya, wah ... tuh perempuan hokinya dobel.""Nggak heran sih. Dia memang cantik, anggun, baik, telaten, sayang sama Axelle. Minusnya satu saja.""Apa?""Nggak punya harta. Kayak kita.""Mangkanya mamanya
최신 업데이트: 2025-05-22
Chapter: 44. Kado Ulang Tahun untuk NawangDahi Luna mengeryit. Memang dulu dia sempat naksir dengan mantan suami kakaknya itu. Tapi apa turun ranjang adalah pilihan terbaik? "Tapi Kak Marsel mana mau dengan saya, Tante?" "Ah ... pasti mau. Dia itu nurut kalau sama tante. Lagian masak iya dia mau nolak perempuan cantik kayak kamu begini," jawab Intan begitu percaya diri. "Nanti saya pikir-pikir lagi ya, Te. Saya bicarakan dulu sama orang tua saya.""Iya nggak apa-apa. Tapi kalau bisa jangan lama-lama ya mikirnya.""Memangnya kenapa, Tante?""Marsel itu udah ngebet pengin nikah lagi. Daripada dia salah orang. Ya kan?"Luna hanya tersenyum simpul. Dalam hati dia sedikit risih karena terus didesak untuk segera memberi keputusan. Seolah memutuskan untuk menikah dengan seseorang segampang memilih jeruk satu kilo di tukang buah. "Oiya ... Tante boleh minta nomor teleponmu? Atau kamu save kontak tante." Intan dengan sigap menyodorkan ponselnya pada Luna. Luna pun tak enak hati untuk menolaknya. "Kak Marsel ganteng sih tapi maman
최신 업데이트: 2025-05-18
Chapter: 13. Kaki yang TerlukaJam pertama hari itu diisi oleh pelajaran olahraga. Udara pagi masih lembap, bekas hujan semalam yang belum sepenuhnya menguap dari tanah. Aku membuka kancing seragamku yang sudah kusam dan kotor, lalu menaruhnya di atas bangku panjang di sudut kelas. Suara riuh anak-anak terdengar dari arah lapangan, bercampur dengan tiupan peluit nyaring yang sudah tidak asing lagi.Aku buru-buru mengenakan baju olahraga yang lusuh dan sudah mulai melar di bagian leher. Warnanya pun memudar. Tapi aku tetap memakainya, karena aku tak punya pilihan lain. Ibu jelas tidak akan mau membelikanku seragam olahraga yang baru. Pak Ketut, guru olahraga kami yang terkenal tegas tapi penyayang, berdiri di tengah lapangan dengan peluit tergantung di lehernya. Ia meniupnya beberapa kali—tanda semua murid harus segera berkumpul dan berbaris rapi.“Cepat, cepat! Jangan lambat. Baris berdasarkan absen!” serunya lantang.Kami semua segera mengambil tempat. Anak-anak mulai merapikan posisi, sebagian masih tertawa-tawa
최신 업데이트: 2025-06-17
Chapter: 12. Uang Saku dari AyahMeski ibu berulang kali memupus semangatku menuntut ilmu dengan dalih menghemat pengeluaran, aku tetap semangat untuk sekolah. Katanya, perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya hanya akan ke dapur juga. Tapi aku tidak peduli. Dalam hatiku, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa punya masa depan cerah. Aku ingin mengubah nasibku, agar tidak selamanya hidup dalam kemiskinan dan tekanan.Meski hanya punya dua stel seragam lusuh dan sepatu yang bagian depannya sudah menganga, aku tetap berangkat ke sekolah dengan kepala tegak. Yang penting pihak sekolah tak pernah menolak kehadiranku. Itu saja sudah cukup untuk menyulut semangatku setiap pagi."Aku berangkat sekolah dulu, Bu," pamitku suatu pagi.Dua adikku belum selesai mandi, masih bermain air di kamar mandi sambil tertawa-tawa. Aku sudah lebih dulu bangun dan selesai sarapan karena sekolahku lebih jauh daripada sekolah mereka."Iya," jawab ibu singkat, tanpa menoleh. Ia masih sibuk mencuci piring di dapur. Namun, seperti
최신 업데이트: 2025-06-16
Chapter: 11. Aku Ingin Punya Sepatu Baru"Bu, sepatuku kekecilan. Sudah nggak muat. Jariku sampai sakit karena terpaksa harus kutekuk," keluhku waktu itu.Aku masih ingat betul suasana sore itu. Udara panas masuk dari jendela yang terbuka setengah. Suara jangkrik mulai terdengar bersahutan dari kebun samping rumah. Di ruang tengah, aku duduk bersila di atas sofa tua warisan nenek. Kulitnya sudah terkelupas di banyak bagian. Jika aku duduk terlalu lama, potongan sponsnya bisa menempel di seragamku. Tapi tak ada tempat lain yang lebih nyaman di rumah kami, kecuali kamar tidurku yang sempit.Ibu hanya menoleh sesaat dari depan radio tua. Ia duduk di karpet sambil memutar-mutar kenop radio, berusaha menemukan gelombang yang tidak menimbulkan suara kresek-kresek. Dia lebih memilih fokus pada lagu-lagu nostalgia daripada mendengarkan keluhanku."Gimana, Bu? Apa ibu mau membelikanku sepatu baru?" aku kembali memohon. Suaraku perlahan mengecil karena rasa takut. Tapi aku tetap berusaha berharap, barangkali hatinya terketuk. Barangka
최신 업데이트: 2025-06-15
Chapter: 10. Sepatu Baru Harapan BaruDua jam setengah berlalu. Bel tanda istirahat berbunyi nyaring, memecah kesunyian ruang kelas di mana anak-anak sibuk mengerjakan tugas dariku. Aku bergegas meninggalkan kelas tempatku mengajar dan melangkah menuju kelas Sekar. Anak itu duduk di bangku paling belakang, wajahnya tampak lesu meski ia berusaha tersenyum ketika melihatku datang."Ada perlu apa Bu Wulan ke sini?" tanya “Saya ingin mengajak Sekar keluar sebentar. Ada keperluan penting, saya mau membelikan dia sepatu baru. Saya akan pastikan dia kembali sebelum bel masuk berbunyi.”Ekspresi guru muda itu berubah. Alisnya sedikit bertaut, ragu. Ia menoleh pada Sekar, lalu kembali menatapku.“Membelikan sepatu untuk dia?” tanyanya, nada suaranya sarat keheranan.Aku tetap tersenyum ramah, berusaha menahan diri untuk tidak tersinggung. “Iya,” jawabku singkat.“Dia… dapat beasiswa? Tapi rasanya nggak mung—”Aku segera memotong kalimatnya sebelum ia sempat menyelesaikannya. Nada suaraku tetap tenang, tapi tegas. “Nggak harus nun
최신 업데이트: 2025-06-14
Chapter: 9. Gambaran Masa Kecil“Kenapa kamu nggak makan nasi? Orang tuamu nggak masak?” tanyaku penasaran, mencoba terdengar santai. Tapi sebenarnya, hatiku sudah curiga sejak tadi. Anak itu duduk di pojok kantin dengan wajah lesu dan perut yang beberapa kali terdengar keroncongan.Sekar menunduk. Lama ia terdiam sebelum akhirnya membuka mulut. Suaranya pelan, hampir tak terdengar.“Motor ayah sudah beberapa hari rusak. Ayah nggak punya uang buat bawa ke bengkel. Ibu juga nggak ada uang buat beli beras. Jadi… ibu cuma ngerebus singkong beberapa hari ini untuk kita makan. Itu pun saya harus berbagi dengan adik-adik saya.”Aku menelan ludah, berusaha menahan gelombang perasaan yang tiba-tiba menyerbu. Sekar mulai menitikkan air mata, tapi ia buru-buru menunduk lebih dalam, mencoba menyembunyikannya dariku. Aku pura-pura tidak melihat, memberinya ruang untuk menjaga harga dirinya.“Kadang ibu sering menahan lapar demi anak-anaknya, Bu… karena pohon singkong di sekitar rumah sudah habis dicabut buat dimasak…” lanjutnya
최신 업데이트: 2025-06-13
Chapter: 8. Sekar dan Sepatunya Yang KoyakEntah sudah berapa kali secuil kisah pahit masa kecil itu terulang dalam ingatan. Bahkan setelah puluhan tahun berlalu, aku belum juga melupakan setiap detail rasa sakitnya. Semua bagai kepingan film yang terpatri kuat dalam ingatanku. Bayangan-bayangan itu kerap muncul di waktu-waktu yang tak terduga, seperti pagi ini. Aku terisak lirih dalam perjalanan menuju sekolah. Air mata tak bisa kutahan saat berbagai hal menyakitkan itu kembali berputar ulang di dalam kepala. Sekolah tempatku mengajar mulai tampak di depan mata. Aku menarik napas panjang, menepikan kenangan ke balik relung hati yang paling sunyi. Setelah memarkir motor, aku mengeluarkan bedak dari tas kecilku dan membubuhkannya dengan cepat di wajah yang masih sedikit basah. Harus tampak segar, setidaknya tak terlihat seperti habis menangis.Aku melangkah menuju ruang guru, meletakkan tas dan map pelajaran yang sudah kubawa dari rumah. Setelah itu, seperti biasa, aku berjalan menuju kantin untuk sarapan. Udara pagi cukup sej
최신 업데이트: 2025-06-13