Share

Bab 38 - Hidden part II

Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.

Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.

Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerita selama mereka tidak bertemu. Liera senang bisa melihat sahabatnya, tapi Asyla terlihat sedikit berbeda dengan terakhir dia bertemu.

“kamu terlihat bahagia Liera. Apakah kamu menyukai Om itu?” Tanya Asyla, sambil minum Vanilla latte yang dia pesan, dan sebuah Cake sebagai pelengkap.

Bola mata Liera melebar menatap ke arah Asyla, dia menaruh minumannya yang hendak akan dia minum. “kenapa aku harus bersedih? Dia baik padaku.”

Kening Asyla mengkerut ke atas, dia ingat jelas sebelum keluarga Liera menyuruh gadis itu menikah, dan saat Liera berbicara bahwa dia takut akan terus bersedih setelah menikah, tapi nyatanya Asyla melihat Liera yang jauh lebih bebas dari tinggal bersama Ibunya.

“Lalu kenapa kau mengajakku untuk bertemu denganya? Jangan menyuruh untuk hal aneh-aneh!” ucap Asyla.

“Itu—,” Liera bingung, dia tidak tahu jika Asyla akan menanyakan pertanyaan sekarang. Dia menunjukkan senyuman senang saat Julian yang berada diluar Cafe, pria itu segera masuk kedalam Cafe.

“Maaf, membuat kalian menunggu.” ucap Julian, dia menarik kursi di samping Liera, dan melepaskan jas yang dia kenakan dan melepas kacamata membingkai wajahnya.

“Kamu ingin meminum sesuatu?” tanya Leira.

Mina menatap kearah Julian, dan menunjukkan wajah cerianya.

“Ice Americano.”

Liera mengangguk mengerti, dia meninggalkan Julian dan Asyla di sana untuk saling berbicara. 

“Senang bertemu denganmu, aku dengar kamu menjalin hubungan temanku John.”

Asyla tersedak padahal dia tidak sedang minum, suasana menjadi panas ketika Asyla menatap kearah Julian. Dia menggosokkan kepalanya yang tidak gatal.

“itu berarti benar, aku pikir pria itu akan sibuk memikirkan karirnya, apakah kalian sudah berkencan? Apakah John mengajakmu ke apartemennya.” Ucap Julian, dia tidak ingat siapa yang diajak bicara di depannya.

Asa menunduk malu, apakah John menceritakan semuanya, apa yang harus dia katakan sekarang.

“kau terlihat tegang, kamu tidak perlu menjawabnya, tujuanku mengajakmu bertemu bukan untuk membahas itu, tapi lebih ingin meminta bantuanmu.” jelas Julian, dia berbicara begitu serius. Sampai tidak sadar jika dari kejauhan Liera terus menatap pria itu.

“apa itu kaitannya dengan John?” tanya Asyla dengan ragu, dia tidak berpikir Julian sendiri yang meminta bantuan jika John memutuskan sesuatu. Padahal hubungan mereka cuman teman, lain berbeda dengan Asyla yang sudah menjadi kekasihnya.

“Tidak ada kaitannya dengan pria itu, sebelum aku berbicara, bisakah kau berjanji untuk bersedia dulu?”

Liera kembali dan memberikan apa yang Julian inginkan, dia duduk disamping pria itu lagi.

“aku? Kenapa harus berjanji? Kan yang membutuhkan kamu bukan aku.” ketus Asyla, bukannya tidak mau berjanji hanya saja, dia takut malah tidak bisa melakukannya setelah berjanji.

“Asyla, kenapa kamu berkata seperti itu?” Liera menyela ucapan.

“Aku akan membantu untuk tetap hubungan bertahan lama dengan John, hanya padamu seseorang bisa menikmati hidupnya kembali.”

Asyla diam, kenapa harus dirinya. Dia tidak memiliki bakat apapun, bagaimana dia bisa membantu Julian dan Liera.

“baiklah, aku berjanji.”

Liera dan Julian tersenyum secara bersamaan, diam-diam Julian menggenggam tangan Liera.

“Terimakasih, aku ingin memintamu membantu adikku, namanya Sean. Dia—,,” Julian bercerita dengan singkat, padat dan jelas. Dia hanya menjelaskan hal yang sudah Liera ketahui dan belum menjelaskan proses itu terjadi.

Asyla mendengarkan semua penjelasanya, dia ragu untuk mengikuti segala instruksi yang Julian sudah rencanakan, dan itu sebagian besar Asyla harus berinteraksi dengan adiknya dan ada beberapa hal Asyla harus berkontak fisik dengannya.

Julian mengantarkan Asyla kembali pulang, Julian sempat tertidur di dalam perjalan kembali ke Villa, semakin hari Julian memperhatikan Liera, semakin Julian menyimpulkan sesuatu jika Liera sangat sadar dalam beberapa hal, tidak ada sikap dimana dia merasa terbebani dengan statusnya sebagai istri Julian. 

Dan Julian pikir tidak seharusnya gadis itu bersamanya.

Menggendong Liera sampai kembali ke kamarnya, dan kembali sibuk pada pekerjaan yang tidak kenal usai, padahal Julian juga butuh istirahat.

Hari ini Sean dan Jake harus menjalani beberapa periksakan di rumah sakit untuk luka di kepala Sean, bertambahnya tahun kemungkin akan sembuh mungkin tidak banyak tapi Julian mulai percaya jika hasil tidak pernah menghianati usahanya.

Hingga Julian tidak sadar jika hari sudah melewati malam.

Dia baru menyadari saat Liera masuk ke dalam ke kamarnya melalui pintu penghubung, terlihat wajah Liera yang baru bangun dan biasanya dia akan merengek meminta minum.

“kamu ingin minum?” tanya Julian, dia meletakkan laptopnya.

Liera menggeleng, dia menghampiri Julian dan tiba-tiba memeluk tubuh pria itu, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Julian dan Liera memeluk Julian dengan kencang.

“aku mimpi buruk, dan tidak bisa kembali tidur saat memikirkan cerita tentang Sean, bisakah kamu menceritakan sekarang? Aku tidak suka menunggu dan berpikir.” ucap Liera, dia bertingkah seperti anak kecil.

Julian memang terkejut, Liera jarang bersikap seperti ini, sebelum bercerita dia mematikan laptopnya, memberikan Liera segelas air dan menutup kedua tubuh mereka di balik selimut tebal.

“aku tidak tahu cerita ini akan membuatmu tidur tenang, tapi malam ini aku akan memelukmu sampai terlelap.” Julian menghela nafas sebelum menceritakan segalanya.

“saat aku sibuk mengurus kuliahku di amerika, aku jarang menghubungi Sean dan hanya bisa kembali saat libur, mungkin itu sebulan sekali. Aku mendapatkan cerita ini dari salah satu pelayan di rumah, awalnya kecelakaan terjadi karena Sean tidak memperhatikan jalan, benturan keras antara dirinya dan mobil. Membuat beberapa saraf dalam otaknya terganggu, dokter tidak mengetahui itu di awal dan hanya mengatakan jika Sean mengalami gegar otak ringan—lalu semua kembali normal, namun saat Sean akan mengikuti olimpiade internasional. Tiba-tiba dirinya mengalami kesakitan luar biasa sampai harus membatalkan keikutsertaan lomba itu, ayah benar-benar kecewa dan Sean koma saat itu—,”

Julian terdiam, dia menyesal tidak bisa berada disamping adiknya selama kejadian itu terjadi, bahkan hal yang sangat menyakitkan adalah Ayahnya yang tidak memberitahunya, dan Julian baru mengetahuinya setelah Sean koma, tepat saat Julian mendapatkan cuti kuliahnya.

“Sean koma hampir lebih dari setahun, aku hanya bisa menemainya diwaktu liburku, itu sangat menyakitkan dan aku menyesalkan hal itu hingga sekarang, saat sadar ingatan Sean hanya berhenti saat dia akan berangkat saat mengikuti lomba. Namun bukan hanya itu, ayah yang langsung membawanya pulang dan memaksa Sean untuk kembali mengejar yang tertinggal, aku tidak tahu bagaimana tersiksanya Sean saat itu. Sampai akhir Sean benar-benar menjadi anak kecil dan sering mengingat kejadian kecelakaan itu setiap malam, dia tidak bisa mengingat hal yang terjadi hari ini dan selalu kembali pada kejadian saat usianya 17 tahun.”

Liera mengelus dada dan menepuknya, kalimat yang keluar dari mulut pria itu seperti sebuah penyesalan tiada akhir, Lisa mungkin akan menangis jika menjadi Julian saat bercerita.

“aku yakin, jika kamu bisa membuatnya sembuh, aku akan selalu mendukung dan membantumu, sebaik mungkin.”

Julian mengelus pangkal kepala Liera, bercerita seperti ini memberikan kesan berbeda saat Julian hanya bisa memendamnya selama beberapa tahun, dia lega dan dia senang, ada satu orang yang mau mendengarkan dan memberikan dukungan.

“terimakasih Liera.”

Liera menggeleng dalam pelukan Julian, tidak seharusnya Liera mengatakan itu, pasti sangat berat bisa melewati semua ini sendiri dan sangat sulit menceritakan semuanya, seakan Julian kembali luka lama yang sedang ditutupi.

“apakah Asyla akan melakukannya dengan baik?” tanya Liera, dia mengangkat kepala untuk menatap Julian, tapi dia malah melihat wajah Julian yang sudah tertidur.

“kamu pasti lelah.” lanjut Liera lagi, dia mematikan lampu dan kembali menyandarkan tubuhnya di dada bidang Julian, ini posisi yang nyaman karena Liera bisa mendengar suara detak jantung Julian yang berdetak kencang sama seperti dirinya. 

“selamat malam.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status