Sesuai janji yang Julian katakan, dia akan menceritakan segalanya tentang kehidupan Sean jika Liera berhasil meyakini Asyla untuk mau menjadi seseorang yang mungkin membantu Sean. Dimana Julian akan menceritakan asal muasal terjadinya Kecelakaan itu dan apa yang menyebabkan pria itu kehilangan ingatan dan menjadi seperti itu.
Hari ini Julian dan Liera sendiri yang akan menemui Asyla di Cafe tidak jauh dari kantor Julian, pria itu harus kantor untuk mengurus berkas yang tidak bisa ditangani manajernya dan asistennya, dia memang memindahkan semua pekerjaannya di rumah tapi Julian akan sesekali ke kantor untuk melihat perkembangan perusahaan itu.
Jadi Liera dan Asyla menunggu cukup lama, kedua gadis itu menunggu kedatangan Julian dengan berbagi cerita selama mereka tidak bertemu. Liera senang bisa melihat sahabatnya, tapi Asyla terlihat sedikit berbeda dengan terakhir dia bertemu.
“kamu terlihat bahagia Liera. Apakah kamu menyukai Om itu?” Tanya Asyla, sambil minum Vanilla latte yang dia pesan, dan sebuah Cake sebagai pelengkap.
Bola mata Liera melebar menatap ke arah Asyla, dia menaruh minumannya yang hendak akan dia minum. “kenapa aku harus bersedih? Dia baik padaku.”
Kening Asyla mengkerut ke atas, dia ingat jelas sebelum keluarga Liera menyuruh gadis itu menikah, dan saat Liera berbicara bahwa dia takut akan terus bersedih setelah menikah, tapi nyatanya Asyla melihat Liera yang jauh lebih bebas dari tinggal bersama Ibunya.
“Lalu kenapa kau mengajakku untuk bertemu denganya? Jangan menyuruh untuk hal aneh-aneh!” ucap Asyla.
“Itu—,” Liera bingung, dia tidak tahu jika Asyla akan menanyakan pertanyaan sekarang. Dia menunjukkan senyuman senang saat Julian yang berada diluar Cafe, pria itu segera masuk kedalam Cafe.
“Maaf, membuat kalian menunggu.” ucap Julian, dia menarik kursi di samping Liera, dan melepaskan jas yang dia kenakan dan melepas kacamata membingkai wajahnya.
“Kamu ingin meminum sesuatu?” tanya Leira.
Mina menatap kearah Julian, dan menunjukkan wajah cerianya.
“Ice Americano.”
Liera mengangguk mengerti, dia meninggalkan Julian dan Asyla di sana untuk saling berbicara.
“Senang bertemu denganmu, aku dengar kamu menjalin hubungan temanku John.”
Asyla tersedak padahal dia tidak sedang minum, suasana menjadi panas ketika Asyla menatap kearah Julian. Dia menggosokkan kepalanya yang tidak gatal.
“itu berarti benar, aku pikir pria itu akan sibuk memikirkan karirnya, apakah kalian sudah berkencan? Apakah John mengajakmu ke apartemennya.” Ucap Julian, dia tidak ingat siapa yang diajak bicara di depannya.
Asa menunduk malu, apakah John menceritakan semuanya, apa yang harus dia katakan sekarang.
“kau terlihat tegang, kamu tidak perlu menjawabnya, tujuanku mengajakmu bertemu bukan untuk membahas itu, tapi lebih ingin meminta bantuanmu.” jelas Julian, dia berbicara begitu serius. Sampai tidak sadar jika dari kejauhan Liera terus menatap pria itu.
“apa itu kaitannya dengan John?” tanya Asyla dengan ragu, dia tidak berpikir Julian sendiri yang meminta bantuan jika John memutuskan sesuatu. Padahal hubungan mereka cuman teman, lain berbeda dengan Asyla yang sudah menjadi kekasihnya.
“Tidak ada kaitannya dengan pria itu, sebelum aku berbicara, bisakah kau berjanji untuk bersedia dulu?”
Liera kembali dan memberikan apa yang Julian inginkan, dia duduk disamping pria itu lagi.
“aku? Kenapa harus berjanji? Kan yang membutuhkan kamu bukan aku.” ketus Asyla, bukannya tidak mau berjanji hanya saja, dia takut malah tidak bisa melakukannya setelah berjanji.
“Asyla, kenapa kamu berkata seperti itu?” Liera menyela ucapan.
“Aku akan membantu untuk tetap hubungan bertahan lama dengan John, hanya padamu seseorang bisa menikmati hidupnya kembali.”
Asyla diam, kenapa harus dirinya. Dia tidak memiliki bakat apapun, bagaimana dia bisa membantu Julian dan Liera.
“baiklah, aku berjanji.”
Liera dan Julian tersenyum secara bersamaan, diam-diam Julian menggenggam tangan Liera.
“Terimakasih, aku ingin memintamu membantu adikku, namanya Sean. Dia—,,” Julian bercerita dengan singkat, padat dan jelas. Dia hanya menjelaskan hal yang sudah Liera ketahui dan belum menjelaskan proses itu terjadi.
Asyla mendengarkan semua penjelasanya, dia ragu untuk mengikuti segala instruksi yang Julian sudah rencanakan, dan itu sebagian besar Asyla harus berinteraksi dengan adiknya dan ada beberapa hal Asyla harus berkontak fisik dengannya.
Julian mengantarkan Asyla kembali pulang, Julian sempat tertidur di dalam perjalan kembali ke Villa, semakin hari Julian memperhatikan Liera, semakin Julian menyimpulkan sesuatu jika Liera sangat sadar dalam beberapa hal, tidak ada sikap dimana dia merasa terbebani dengan statusnya sebagai istri Julian.
Dan Julian pikir tidak seharusnya gadis itu bersamanya.
Menggendong Liera sampai kembali ke kamarnya, dan kembali sibuk pada pekerjaan yang tidak kenal usai, padahal Julian juga butuh istirahat.
Hari ini Sean dan Jake harus menjalani beberapa periksakan di rumah sakit untuk luka di kepala Sean, bertambahnya tahun kemungkin akan sembuh mungkin tidak banyak tapi Julian mulai percaya jika hasil tidak pernah menghianati usahanya.
Hingga Julian tidak sadar jika hari sudah melewati malam.
Dia baru menyadari saat Liera masuk ke dalam ke kamarnya melalui pintu penghubung, terlihat wajah Liera yang baru bangun dan biasanya dia akan merengek meminta minum.
“kamu ingin minum?” tanya Julian, dia meletakkan laptopnya.
Liera menggeleng, dia menghampiri Julian dan tiba-tiba memeluk tubuh pria itu, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Julian dan Liera memeluk Julian dengan kencang.
“aku mimpi buruk, dan tidak bisa kembali tidur saat memikirkan cerita tentang Sean, bisakah kamu menceritakan sekarang? Aku tidak suka menunggu dan berpikir.” ucap Liera, dia bertingkah seperti anak kecil.
Julian memang terkejut, Liera jarang bersikap seperti ini, sebelum bercerita dia mematikan laptopnya, memberikan Liera segelas air dan menutup kedua tubuh mereka di balik selimut tebal.
“aku tidak tahu cerita ini akan membuatmu tidur tenang, tapi malam ini aku akan memelukmu sampai terlelap.” Julian menghela nafas sebelum menceritakan segalanya.
“saat aku sibuk mengurus kuliahku di amerika, aku jarang menghubungi Sean dan hanya bisa kembali saat libur, mungkin itu sebulan sekali. Aku mendapatkan cerita ini dari salah satu pelayan di rumah, awalnya kecelakaan terjadi karena Sean tidak memperhatikan jalan, benturan keras antara dirinya dan mobil. Membuat beberapa saraf dalam otaknya terganggu, dokter tidak mengetahui itu di awal dan hanya mengatakan jika Sean mengalami gegar otak ringan—lalu semua kembali normal, namun saat Sean akan mengikuti olimpiade internasional. Tiba-tiba dirinya mengalami kesakitan luar biasa sampai harus membatalkan keikutsertaan lomba itu, ayah benar-benar kecewa dan Sean koma saat itu—,”
Julian terdiam, dia menyesal tidak bisa berada disamping adiknya selama kejadian itu terjadi, bahkan hal yang sangat menyakitkan adalah Ayahnya yang tidak memberitahunya, dan Julian baru mengetahuinya setelah Sean koma, tepat saat Julian mendapatkan cuti kuliahnya.
“Sean koma hampir lebih dari setahun, aku hanya bisa menemainya diwaktu liburku, itu sangat menyakitkan dan aku menyesalkan hal itu hingga sekarang, saat sadar ingatan Sean hanya berhenti saat dia akan berangkat saat mengikuti lomba. Namun bukan hanya itu, ayah yang langsung membawanya pulang dan memaksa Sean untuk kembali mengejar yang tertinggal, aku tidak tahu bagaimana tersiksanya Sean saat itu. Sampai akhir Sean benar-benar menjadi anak kecil dan sering mengingat kejadian kecelakaan itu setiap malam, dia tidak bisa mengingat hal yang terjadi hari ini dan selalu kembali pada kejadian saat usianya 17 tahun.”
Liera mengelus dada dan menepuknya, kalimat yang keluar dari mulut pria itu seperti sebuah penyesalan tiada akhir, Lisa mungkin akan menangis jika menjadi Julian saat bercerita.
“aku yakin, jika kamu bisa membuatnya sembuh, aku akan selalu mendukung dan membantumu, sebaik mungkin.”
Julian mengelus pangkal kepala Liera, bercerita seperti ini memberikan kesan berbeda saat Julian hanya bisa memendamnya selama beberapa tahun, dia lega dan dia senang, ada satu orang yang mau mendengarkan dan memberikan dukungan.
“terimakasih Liera.”
Liera menggeleng dalam pelukan Julian, tidak seharusnya Liera mengatakan itu, pasti sangat berat bisa melewati semua ini sendiri dan sangat sulit menceritakan semuanya, seakan Julian kembali luka lama yang sedang ditutupi.
“apakah Asyla akan melakukannya dengan baik?” tanya Liera, dia mengangkat kepala untuk menatap Julian, tapi dia malah melihat wajah Julian yang sudah tertidur.
“kamu pasti lelah.” lanjut Liera lagi, dia mematikan lampu dan kembali menyandarkan tubuhnya di dada bidang Julian, ini posisi yang nyaman karena Liera bisa mendengar suara detak jantung Julian yang berdetak kencang sama seperti dirinya.
“selamat malam.”
Keesokan harinya.Semua dibuat terpaksa bangun pagi saat Tuan Grew atau Ayah Julian. Mendatangi kediaman Villa Julian, tentu itu membuat Sean memberontak ingin bertemu dengannya, tapi semua kembali tenang saat dokter youngbin menahan Sean.Suasana menjadi tegang di ruang tamu, Julian menunjukkan wajah malas, belum lagi ayahnya memaksa Liera untuk bergabung dalam perbincangan antara ayah dan putranya, padahal tidak ada hubungannya sama sekali.“kau pikir aku tidak tahu? Sejak kapan kau peduli pada adikmu?” ucap Tuan Grew. Pria tua itu langsung kemari setelah perjalanan bisnis, dia
Liera memperhatikan semua itu dari atas, kenapa dia tidak ikut merasakan senang yang terlihat jelas di wajah Julian dan Dokter Jake. Pikirannya terus terpaku pada ucapan ayah Julian dan juga pria itu, apa devini dirinya disini?Liera merasa semakin merasa segalanya menjauh, entah itu Julian atau bahkan dirinya yang sudah mulai berubah. Padahal Liera tidak pernah merasakan perasaannya semacam ini, dan ini benar-benar mengganggu dirinya.Membalik badan dan kemudian sepintas Liera memikirkan hal yang tidak masuk akal, dia berpikir untuk menyerahkan dirinya pada Julian, saat ini juga dan kemudian Liera mencari caranya di internet.Julian menghantar Asyla, dia membukakan pintu untuk gadis itu untuk masuk kedalam mobil, Julian sedikit memikirkan rencana kedepannya untuk kesembuhan Sean secepatnya. Dan meng
Note : Yuk bantu Author, jangan sungkan komen dan kasih Rate untuk cerita ini. Terimakasih, salam kenal dari aku.---Beberapa hari kemudian.Mungkin terdengar aneh jika pagi ini Liera memutuskan untuk meninggalkan Villa, kemarin malam ibunya menelpon dan mengatakan dirinya sakit dan membutuhkan bantuan Liera untuk membantu sang kakak, Ya. Keira yang terlihat semakin sibuk setelah memenangkan kompetisi waktu lalu.
Los Angeles. Katakan itu adalah negara dengan sejuta wisata, termasuk juga sebagai liburan terbaik dan juga beberapa tempat romantis, apalagi jika berkunjung disaat musim semi, warna kuning dari daun dering akan menjadi ciri khas kota Los Angeles.Memenuhi setiap jalanan kota ini sama seperti barada Jepang dimana banyak bunga sakura menggugurkan daunnya.Liera dan sang kakak dengan dalam perjalanan menuju hotel, mereka jika menyewa rumah, karena hanya berada beberapa hari dan itu sudah disediakan oleh agensi naungan Keira.Matanya berbinar melihat jalanan kota Los Angeles di malam hari, mengingat perbedaaan waktu, mungkin saat ini Di London masih siang hari, Lisa b
Perpisahan adalah seperti pemain bencana.Pagi hari disambut dengan kerinduan.Ketika malam disambut oleh kekosongan.Suara samar dirimu yang menyentuhku, Kapan itu terjadi?Rindu yang terus dibawa oleh angin.Tiga hari berlalu, Sebagian negara bermusim empat, sudah mulai berevolusi. Membiasakan kembali berpakaian sangat tebal dan membatasi segala aktivitas menyambut natal dan tahun baru, mungkin dari mereka sudah jauh dari menyiapkan untuk kembali berkumpul pada keluarga.Membuat rencana untuk menghabiskan waktu libur panjang.Setelah sibuk ke berbagai tempat dan terus membantu segala pemotret
Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.Keira yang ba
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka