Leira menghela nafas karena Julian tidak kunjung menjawab teleponnya, rasa gelisah dan sedih menyelimuti hatinya, Leira tidak bisa sedikitpun fokus pada hal yang dirinya lakukan, padahal jelas jika saat ini Leira masih harus membantu sang kakak, kemarin dan hari ini Julian belum sedikitpun mengaktifkan ponselnya, Leira juga tidak bisa menghubungi Asyla.
Semua orang yang dekat dengan Julian tidak ada yang bisa dihubungi, Leira semakin yakin jika feeling buruk itu bukanlah sembarangan, karena yang dirinya rasakan begitu menyakitkan dan nyata, seakan Julian sendiri yang menyampaikan membuat hatinya sakit teramat.
Tak terhitung sudah berapa kali Leira menatap ponselnya sambil menghela nafas, dia sudah berusaha untuk membuat dirinya terus berpikir positif tapi tetap saja dia membayangkan kejadian buruk yang terjadi, dia ingin mengatakan pada sang kakak jika dirinya tidak bisa berada disini, dia ingin pulang dan memastikan keadaan Julian, walau nantinya dia harus kembali lagi.
Keira yang baru saja menyelesaikan sesi fotonya menatap adiknya yang hanya duduk di sudut ruangan sambil menatap ponselnya, wajah murung dan sedih itu membuatnya bertanya apa yang sedang adiknya pikirkan, apakah pria bernama Julian itu masih tidak bisa di hubungi?
Sedekat apa hubungan mereka sampai rasanya Leira begitu khawatir padanya? apakah mereka sudah—tidur bersama?
“Nona Keira, aku akan memberikanmu istirahat selama 15 menit,” Ucap sang fotografer yang sudah menjadi teman dekat untuk Keira selama dirinya mengejar karirnya.
Keira hanya mengangguk, dia menerima selimut yang diberikan pada dirinya untuk menutupi tubuhnya yang sedikit terekspos, dia langsung melangkah mendekati adiknya dan menerima pembelian minum dari managernya.
“Apa dia masih tidak bisa dihubungi?” Tanya Keira.
Leira tersentak dari lamunannya, dia langsung menoleh ke arah sang kakak dan mengembalikan ponselnya ke dalam saku pakaiannya, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum dan menganggukkan ucapan sang kakak, menunjukan jika dirinya baik-baik saja.
“Hm—mungkin Julian sedang sibuk, adiknya—,” Leira langsung memejamkan matanya dengan cepat, mengutuk dirinya yang begitu ceroboh untuk menjaga sebuah rahasia
“Adiknya? Julian punya adik?” Tanya Keira, dia sedikit terkejut karena selama pesta pernikahan yang dirinya amati tidak ada tanda-tanda jika Julian memiliki seorang adik, pria itu benar-benar memiliki banyak sekali hal yang disembunyikan dari keluarganya.
Leira langsung terlihat gugup, dia bergerak dengan ragu, dirinya lupa jika sebelumnya Leira sudah berjanji tidak akan menceritakan tentang adik Julian yang sakit itu kepada keluarganya, dia mengutuk dirinya yang selalu ceroboh.
“Itu—adiknya yang—bukan! sepupu, dia sedang membantu sepupu yang sedang—menjalani proses terapi dan dia memiliki pekerjaan yang super sibuk,” Ucap Leira, dia menyampaikan hal itu penuh dengan keraguan, dengan panik terus menggigit bibir bawahnya dan Leira berharap anag kakak percaya dengan alasannya.
“Lalu kenapa kau begitu panik kemarin?” Tanya Keira, dia memutuskan untuk bersandar di kursi, meregangkan tubuhnya yang terasa begitu kaku, dia suka pekerjaan ini tapi dia tidak suka jika harus bekerja di waktu yang begitu padat, menikmati ice americano adalah hal yang menenangkan dirinya.
“It—itu, aku hanya memiliki masalah pencernaan kemarin, aku sulit menyesuaikan pola makan disini, jadi itulah reaksi yang cukup berlebihan karena Julian tidak pernah menolak panggilan ku,” Ucap Leira lagi, sejak kapan dirinya jadi pandai berbohong, Leira menghela nafas dan merasa bersalah, sejak Julian mengajari banyak hal Leira menjadi pribadi yang berbeda sekarang.
Sedikit dewasa tapi rasanya cukup tidak baik untuknya.
“Kau begitu mencintainya?” Tanya Keira, kenapa dirinya jadi tertarik untuk mengetahui apakah Leira mencintai pria itu atau tidak karena Keira tahu jika hubungan mereka hanyalah sebatas kontrak pernikahan dan bahkan saat menikah tidak ada perasaan yang dikaitkan di sana, jadi tingkah Leira yang berbeda juga mengundang banyak tanda tanya dalam dirinya.
“Cinta? Aku tidak tahu apa itu cinta?” Tanya Leira, dia bahkan tidak mengerti perubahan dirinya bagaimana dirinya mengerti apa itu mencintai, bukankah itu hal tidak bisa di tanyakan atau di mengerti?
Keira tidak terkejut dan bahkan dia sedikit bersyukur setidaknya belum ada perasaan yang tertanam dalam hati Leira, tapi perjanjian itu? bukankah adiknya harus menghasil keturunan untuk keluarga Grew? sungguh aneh jika making love tanpa melibatkan apapun.
“Aku hanya menyarankan untuk tidak menjatuhkan hatimu pada pria itu, kau sudah tahu bukan? jika pada akhirnya kalian tidak akan bisa bersama,” Ucap Keira, dia meletakan americano di tangannya saat para penata rias mendekati dirinya, membiarkan mereka melakukan tugasnya.
Leira tersentak dengan ucapan sang kakak yang seakan sinyal untuk berpikir tentang betapa dirinya begitu memikirkan Julian di setiap hal yang dirinya lakukan, pria itu memenuhi pikirannya dan setiap hal yang dia lakukan selalu berhasil membuat degup jantungnya terus berpacu di luar kendali.
“Aku mengerti, pernikahan kontrak tidak akan bisa bertahan lama, aku hanya akan memberikan keinginan mereka dan kembali melanjut tujuanku untuk kuliah,” Ucap Leira, kini harus yakin jika dirinya bisa melalui ini semua, tapi jika hatinya tidak bisa membayangkan bagaimana jika pada akhirnya mereka harus berpisah, dan bisakah Leira konsisten hingga akhir?
Keira tersenyum kepada sang adik, mengusap surainya penuh dengan bangga, dan dia langsung meninggalkan meja saat fotografer memerintahkan dirinya untuk kembali pada pekerjaan, dan “Aku akan menyelesaikan ini baru kita bicara lagi,”
Leira hanya tersenyum dan mengangguk ucapan sang kakak, memperhatikan bagaimana perbedaan dirinya dengan Keira, sangat jauh. sang kakak bisa melakukan hal yang dia inginkan sedangkan dirinya terseret pada hal yang begitu membingungkan untuknya, menikah dan tidak tahu tujuan itunya, bahkan Leira berpikir kuliahnya tidak akan berjalan baik jika dilakukan dengan kondisi hamil.
Leira kembali tersenyum murung, banyak hal yang secara diam-diam dirinya pahami tentang dunia dewasa dari sisi pernikahan, nyatanya menjadi dewasa sangatlah sulit dan bahkan tidak pernah lepas dari sebuah beban, apalagi tanggung jawab, jika dunia dewasa seperti ini kenapa dahulu dirinya ingin sekali cepat dewasa.
‘Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan Julian? kenapa aku begitu khawatir dan takut, apakah kau baik-baik saja disana?’ tanya Leira pada renungannya, dia terus berharap ponselnya berdering dan mendapatkan pesan dari pria itu.
Apa itu cinta?
Sebenarnya saat meninggalkan Julian di bandara, pria itu sempat mengatakan jika dia mencintai Leira, tapi Leira tidak tahu harus menjawab apa, dia tidak tahu perasaan pada pria itu, tapi Leira tidak bisa berbohong saat Julian mengatakan hal itu membuat hatinya begitu hangat dan rasa ingin terus bersamanya membuat Leira ingin buru-buru kembali.
‘Untuk apa jika pada akhirnya kita tidak bisa bersama, walau kita saling mencintai dan memiliki keinginan untuk hidup bersama.’
Hari ini setelah percobaan yang cukup mengambil resiko akhirnya Julian memutuskan untuk membawa Sean ke rumah sakit untuk hal yang lebih lanjutnya, karena Jake mengatakan jika terapi tidak bisa di lanjutkan di rumah, jadi Sena jyga harus di periksa secara fisik untuk mengetahui benturan di kepalanya separah apa, dan mungkin saja bisa mengakibatkan hal lainnya. Usaha yang di lakukan dirinya, Jake dan Asyla sedikit membangunkan ingatan Sean walau terapi itu tidak selalu membuat adiknya sering kali jatuh pingsan, memang terlalu memaksa untuk mengingat segalanya tidak baik untuk tubuhnya, apalagi setelah bertahun-tahun Sean hanya mengandalkan obat tanpa melakukan terapi oleh psikiater. Julian sudah mengosongkan jadwalnya hari ini, tapi dirinya tidak bisa menghubungi Leira, tidak ingin membuat gadis itu khawatir dan akhir-akhir ini Sean begitu sensitif setelah Leira pergi meninggalkan rumah, adiknya terus menanyakan keberadaannya, membuat Julian ragu dan takyt jika Sean akan menyukai Leir
Malam harinya.Sean berdiri di depan ruangan sang kakak, dengan infusan yang masih harus bersamanya, aneh karena pada akhirnya dia mendapatkan ingatannya begitu saja, tapi masih ada beberapa hal yang tidak bisa dirinya ingat pasti, yaitu kedua wanita yang bertemu dengannya, satu orang yang menceritakan kisah saat bersamanya dan satu orang yang mengaku sebagai adik kecil yang ditolong saat kecelakaan itu.Sean tidak bisa masuk ke dalam karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dokter di dalam, Sean hanya bisa mengintip melalui celah jendela yang menunjukan keadaan sang kakak saat ini, bagaimana mengatakannya? melihat seluruh kepala Julian dipenuhi oleh perban dan selang udara yang masih membingkai wajahnya, mengundang banyak hal.“Aku senang kau bisa kembali menjadi dirimu yang sesungguhnya,” Ucap Jake, kini sudah tidak ada lagi jas putih yang dirinya kenakan, dengan pakaian casual sederhana pria itu berdiri di samping dan melihat temannya terbaring di sana tanpa bisa melakuka
Dua hari sudah berlalu begitu saja.Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?Gadis itu mengusap dada bagian
Leira sampai di bandara pada pukul 4 sore.Padahal kondisi masih sedikit parah dan seharusnya dia beristirahat, tapi Leira meninggalkan bandara begitu saja tanpa menunggu diantar oleh ibu atau kakaknya, dengan masih membawa kopernya, Leira duduk tidak tenang di dalam taksi, padahal sudah sore hari tapi kenapa suasana masih ramai dan bahkan jalan cukup macet hari ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Julian kembali, tapi tetap saja panggilannya tidak diangkat.“Pak, apakah kita masih lama?” Tanya Leira, dia ingin segera bertemu dengan Julian, dari berita yang dirinya baca jika kecelakaan itu terjadi dua hari yang lalu, itu berarti seharusnya kondisi Julian sudah membaik jika insiden itu tidak begitu parah, Leira tidak akan lagi meninggalkan pria itu.“Tidak lama lagi kita akan sampai Nona, hanya perlu melewati persimpangan jalan ini sana,” Ucap sang supir, dia terus mencari cela untuk bisa menyalip agar bisa melewati jalan itu.Leira mengeluarkan dompet miliknya, dia
Malam Harinya.Tepatnya waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, semua yang berada di rumah sakit itu hanya akan diisi oleh pasien, dokter dan suster, sisanya hanya satu atau dua orang yang menjaga di setiap ruang rawat.Julian membuka matanya setelah terpejam selama tiga hari, hal yang dilihat adalah ruangan yang redup akan cahaya, rasanya sunyi dan sepi sudah menjadi bagian dari setiap sudut kamar dominan putih itu, dia sedikit merasa sakit dibagian kepalanya, ketika dirinya hendak mengangkat tangannya dirinya langsung menyadari jika ada yang tertidur di sampingnya.Melihat seorang gadis tertidur lelap di sana, wajah tenang dan dengkuran kecilnya memberikan banyak sekali kehangatan pada Julian, sudah berlama gadis itu berada di sini? apakah Leira yang menemaninya selama dirinya terbaring? pasti gadis itu lelah sekali, tapi? bagaimana Leira tahu keadaannya?Apakah setelah tahu kabar dirinya gadis itu langsung memutuskan untuk terbang ke sini?Julian bertanya dalam suasana yang begitu t
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Semua orang berdiri sedikit menjauh dari ranjang Julian, menunggu pria itu yang sedang melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika dirinya baik-baik saja setelah tidur selama tiga hari, Dokter dan para susternya juga sudah mengganti perbannya, jika Julian kondisi baik hari ini pun pria itu sudah bisa pulang.Julian sesekali melirik ke arah Leira, padahal dokter sedang mengajukan banyak pertanyaan pada nya, tapi pria hanya terkadang menjawab 'ya/tidak' hanya dua kalimat itu, setelahnya matanya terus melirik ke arah Leira, berharap gadis itu juga menatap kembali dirinya, tapi sepertinya kejadian tadi membuat gadis itu malu dan urung untuk menatap pria itu.“Semua pemeriksaan mengatakan jika pasien Julian baik-baik saja, dia bisa pulang hari dan aku akan memberikan resep obat jika sewaktu-waktu kepalanya terasa sangat,” Ucap sang Dokter, dia mengucapkan kalimat itu kepada adik pria itu, dan mendapatkan anggukan paham dari Sean.Semua yang tadi berkumpul di dalam ruangan itu satu persatu
Akhirnya Julian bisa kembali pulang kerumah mereka bersama Liera, hanya berdua karena Sean memutuskan untuk tidak pulang hari ini, masih ada hal yang dirinya lakukan dengan Dokter Jake di rumah sakit, entahlah itu alasan karena ingin memberikan waktu privasi pada kakaknya atau memang itu benar, yang jelas kini Liera dengan membantu Julian untuk menaiki anak tangga, merangkul tubuh yang lebih besar dari cukup kesulitan untuk Liera.“Bukankah aku sudah mengatakan kamu harus tidur di ruang tamu untuk sementara, jangan memaksakan diri, Julian.” Ucap Liera, dia meletakkan tubuh Julian di atas ranjang miliknya di kamar pria itu, lalu sedikit menjauh meregangkan otot tubuhnya.“Kamu marah?” Tanya Julian, dia memperhatikan Leira yang langsung menutup jendela agar udara malam tidak masuk ke dalam kamarnya, gadis itu jadi super sibuk, seharusnya dia menyiapkan segala persiapan untuk wisudanya, membuat Julian merasa bersalah.Padahal tubuh Julian tidak selemah yang Leira pikirkan, jika Leira min