Share

AIR MATA PERNIKAHAN
AIR MATA PERNIKAHAN
Author: Ilaina

1. HARUSKAH AKU PERCAYA?

   "Cukup! Aku sudah bosan dengan penjelasan kamu!" pekik Bella tajam, menantang wajah di depan suaminya.

   Sang Suami mulai mengeras rahangnya. Bella kembali memasukkan baju-bajunya ke dalam koper dengan cepat. Pria dengan rambut cepak dan kumis tipis itu mencengkram lengan istrinya dengan keras.

   "Bel, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik. Jangan seperti ini Bella!" 

   Bella sama sekali tidak peduli. Ia menuruni anak tangga membawa koper dengan berat. Wanita berhijab segiempat berbahan satin itu sudah bulat keputusannya untuk pergi dari rumah. 

   "Bella!" teriak Bara yang kini sudah berada tepat di tengah-tengah pintu.

   "Kamu nggak bisa bertindak seperti ini dengan seenaknya sendiri, Bella. Kita juga harus memikirkan perasaan Mama," tegas Bara dengan kedua bola mata melotot.

   Melihat sang suami yang begitu berapi-api. Wanita bermata bening itu hanya bisa menunduk. Kali ini Ia berusaha menahan amarahnya.

   Bella menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Kedua kelopak matanya di tutup sebentar lalu di bukanya kembali.

   "Duduk dulu Bella," ucap sang suami dengan memegang lengan Bella sambil membawanya duduk di sofa.

   Ruang tamu itu serasa menjadi saksi bagaimana sakit hati Bella yang kala itu melihat sang suami yang berciuman di sebuah mobil bersama seorang perempuan.

   "Semua sudah jelas 'kan, Mas? Kamu selingkuh dari aku!" Suara Bella terdengar serak.

   Pria itu kebingungan menjelaskan kalimat yang dikatakan oleh sang istri. Kedua mata Bara berkedip- kedip dengan pikiran kacau.

   "Wanita yang kamu lihat di mobil itu cuma teman aku, Bella. Dia bernama Arum. Kita cuma ciuman biasa saja tidak lebih. Kami berdua tidak berhubungan badan," jelas Bara.

   "Teman? Memangnya boleh dalam agama kita bertingkah seperti itu?" tanya Bella dengan geram lalu menggeleng tidak percaya apa yang diperbuat oleh suaminya. Sementara Bara hanya melirik dengan kesal.

   "Mas, kalau kamu sudah nggak sayang sama aku, kamu boleh ceraikan aku. Aku ikhlas, daripada kamu menyakiti aku dengan berselingkuh seperti ini," ucap Bella meski sesak di dada.

   Bercerai dan diselingkuhi adalah dua perkara yang menyakitkan. Ia bahkan tidak akan memilih keduanya jika takdir mau. Namun, ia memilih bercerai saja kalau sudah seperti ini keadaannya. 

   "Aku nggak bisa ceraikan kamu Bella. Kasihan Mamaku," jawab Bara dengan wajah polos. Pria berwajah oval dengan kumis dan jambang tipis  itu terlihat bodoh saat berhadapan dengan Bella.

   "Egois kamu, Mas. Kamu udah nyakitin dua orang sekaligus, Mas. Aku dan juga Mama. Kamu bersenang-senang sementara ada orang yang tersakiti karena kamu," tegas Bella sambil menunjuk dada Bara dengan jijik.

   "Bella, aku jujur sama kamu. Kalau Arum itu cuma temen aku. Dia yang nyosor duluan. Aku janji akan jauhi Arum. Percaya sama aku Bella," Bara membela diri.

   "Aku nggak percaya sama kamu," kata Bella dengan melihat ke arah yang berbeda.

   Bara tampak berwajah gelisah tetapi ia berusaha dengan tangannya memegang lengan Bella.

   "Bella, kamu harus percaya sama aku. Aku nggak mungkin selingkuh dari kamu. Kita menjalani rumah tangga ini sudah lima tahun. Aku nggak mungkin segampang itu mengkhianati cinta kita," tutur Bara dengan nada seolah bersedih.

   "Aku sakit banget, Mas. Kalau kamu selingkuh," kata Bella memegang dadanya. 

   "Aku nggak selingkuh Bella, percaya sama aku," Bara Mahesa dengan lembut segera memeluk wanita di depannya. Pelukan itu benar benar membuat Bella merasa sangat hangat. 

   Tidak dipungkiri lagi kalau sentuhan lembut bisa membuat wanita lebih tenang. Kini Bella berusaha untuk percaya pada suaminya. Ia berharap ucapan suaminya tidak bohong. Esok harinya Bara bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Namun Bella merasa khawatir kenapa suaminya berangkat kerja pagi sekali.

   "Mas, ini masih jam lima pagi. Kamu serius berangkat jam segini?" tanya Bella sambil memasukkan sarapan berisi roti bakar di dalam box makan.

   Tangan Bara memasukkan benda berwarna biru itu ke dalam tas kerja dengan cepat

  "Bella, kerjaan aku itu tim kreatif di program tv. Hari ini aku mau survei lokasi syutingnya. Lokasinya ada di puncak. Aku harus berangat pagi supaya aku bisa pulang cepat. Semoga aja sih, aku bisa pulang cepet."

   Penjelasan Bara membuat Bella tidak yakin. Karena menurutnya, Bara menjelaskan dengan ragu. Tapi ia mencoba untuk meyakinkan diri kalau suaminya tidak berbohong.

   "Iya, Mas aku tau kerjaan kamu kaya gimana. Kerjaan kamu emang nggak kenal waktu. Aku berdoa semoga kamu di sana nggak nglirik wanita lain. Siapa tuh, namanya?" tanya Bella dengan wajah berpikir.

   "Arum maksud kamu?" 

   "Iya, semoga aja dia nggak nyosor kamu lagi. Awas aja kalau sampai kamu deketin dia," ucap Bella dengan nada tajam.

   "Aku nggak akan macam-macam sama wanita lain. Kamu tenang aja sama aku. Aku sayang banget sama kamu Bella," kecupan mesra dengan kilat mendarat di bibir sang istri. Bella tentu saja tersipu malu dan sangat senang sekali.

   "Ya sudah, kalau gitu hati-hati ya, sayang," kata Bella sambil memeluk Bara dengan lembut.

   Beberapa menit setelahnya, Bara kini sudah berada di dalam mobil. Bella melihat dari pintu gerbang lalu melambaikan tangan kepada sang suami. Kini Bella masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan. Sebenarnya saat ini perasaannya sangat tidak enak. Ia merasa ada yang di tutup-tutupi oleh sang suami.

   “Ya Allah, perasaan aku nggak enak banget rasanya. Aku sangat berharap kalau Mas Bara bisa menjadi suami yang setia. Kalau terpikir bayangan buruk kemarin, rasanya benar benar sakit. Mereka berdua benar-benar ciuman di mobil. Meski Mas Bara bilang kalau Arum yang nyosor duluan, tapi aku rasa Mas Bara benar-benar menikmati itu." 

   Bella merasa sangat khawatir dengan apa yang di lihatnya kemarin. Ia masih setengah percaya atas penjelasan dari Bara. Bagaimana mungkin Bella percaya begitu saja. Wanita dengan wajah berbalut hijab Maryam itu duduk di ruang makan sambil menyeruput teh hangat. Di sampingnya jendela cukup besar. Gorden putih dengan sinar matahari pagi yang menembus begitu indah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status