Home / Rumah Tangga / AKU BUKAN BENALU / Chapter 4 Pengorbanan yang Sia-sia

Share

Chapter 4 Pengorbanan yang Sia-sia

Author: Bubuk Kacang
last update Huling Na-update: 2022-06-19 21:42:50

Aku sampai rumah sore hari, saking asyiknya ngobrol sama Nita sampai lupa waktu.

“Assalamualakum bu.” Ujarku sambil mencium tangan ibu.

“Waalaikum salam, kamu darimana saja Ning jam segini kok baru pulang?”

“Nining tadi ada keperluan sebentar bu sama temen, ini Nining bawain lumpia.”

“Lumpia daging bukan Ning?” Tanya ibuku dengan semangat.

“Lumpia biasa bu, kan ibu tau Nining lagi ga punya uang.” Kulihat wajah ibu tak sesemangat tadi.

Mas Dimas pulang setelah maghrib

“Mas Dimas mandi dulu ya, nanti langsung makan malam. ada yang mau aku omongin.”

“Ya udah mas mandi dulu biar seger badannya. Mas capek banget hari ini.” Mas Dimas memasuki kamar mandi dengan lesu.

“Tumben makannya cuma sama tahu tempe Ning?”

“Iya mas kan uang bulanan kita menipis sekarang.”

“Kemaren-kemaren ga pernah begini, kamu jangan boros dong ning.”

“Kemarin kan aku tutupin pake uangku Mas, tapi karena ibu menganggap selama ini aku hanya numpang hidup denganmu maka akan kuperlihatkan arti numpang hidup yang sebenarnya pada ibumu.” Jawabku dalam hati.

Selesai makan malam langsung kuberekan meja makan, aku menemui Mas Dimas di depan rumah.

“Mas mulai besok Nining udah masuk kerja.”

“Kok kamu kerja sih Ning? Kan kamu tahu mas ga setuju kalau kamu kerja.”

“Aku ga minta ijin sama Mas Dimas aku cuma bilang, aku bosen mas di rumah terus ga punya kesibukan. Sedangkan apa yang selama ini aku lakukan selalu salah dimata ibu. Aku janji akan penuhi semua kewajiban aku sebagai istri. Cuma itukan yang Mas Dimas butuhkan?”

“Tapi Ning gimana sama ibu nanti kalau kamu kerja.”

“Kalau yang kamu khawatirin ibu, kamu tenang saja. selama ini juga ibu selalu pergi sendiri kok. Pokoknya aku mau kerja titik, udah aku mau tidur Mas Dimas jangan begadang sampe malem.”

“Kenapa kamu ga pernah akur sama ibu sih Ning?” gusar Mas Dimas sambil mengacak rambut.

“Aku memang tak pernah kurang dimatamu Mas, tapi aku selalu kurang dimata ibu. Walaupun sudah banyak yang kukorbankan selama ini demi mendapat hati ibu. Tapi mata hati ibu seolah tertutup sangat rapat Mas.” Batinku sambil mengusap lelehan air mataku.

“Kamu lihat sendiri kan bagaimana kelakuan istri kamu.” Suara ibu terdengar jelas dari kamarku. “Ibu sudah bilang jangan menikah dengan Nining apalagi dia dia bekerja selama ini. Harusnya kamu nurut sama ibu, nikah sama Zulaikah wanita mandiri, mapan, sholehah, berbakti sama orang tua. Lihat sekarang wanita yang kamu nikahi seperti apa!”

“Tapi aku cintanya sama Nining bu, aku ga cinta sama Zualaikah. Kenapa ga ibu aja yang menikah dengan Zulaikah?!”

“Nining ga punya kelebihan apapun disbanding Zulaikah bahkan dia tidak bisa mengurus ibu selama ini Dimas.”

“Bukan Nining ga bisa ngerawat ibu, tapi Dimas yang ga mampu memenuhi hidup mewah ibu. Makan selalu harus daging sapi, ibu sudah tua seharusnya ibu mulai hidup sehat dengan perbanyak makan sayur. Jangan hanya makan Nasi putih dengan daging sapi saja.”

“Kamu jangan sok tahu dengan kesehatan ibu. Selama ini ibu sehat-sehat saja hanya darah tinggi karena selalu emosi kalau melihat istrimu itu.”

“Nining adalah istri Dimas sekarang bu, dia adalah tanggung jawab Dimas. Karena ibu sekarang Dimas menjadi suami yang gagal. Dimas ga bisa memenuhi kewajiban sebagai suami. Sampai Nining harus kerja dan memenuhi kebutuhan dapur.”

“Ya bagus dong Mas kalau emang dia mau kerja, daripada dirumah cuma dikamar ga ngapa-ngapain. Kalau dia kerja kan jadi ada kesibukan, yang paling penting ada pemasukan. Jadi kamu ga usah capek-capek kerja sampingan.”

“Itu kewajiban Dimas buk untuk menfakahi Nining, udahlah Dimas pusing mau kekamar dulu.”

Aku langsung ke Kasur dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut sampai kepada dan pura-pura tidur.

“Maaf ya Ning, Mas belum bisa bahagiakan kamu seperti janji mas sama Bapak kamu.” Ucap Mas Dimas sambil menyusulku di pembaringan.

***

Pagi ini aku membereskan rumah dan memasak lebih awal karena hari ini hari pertamaku mulai kerja.

“Tumben ibu belum keluar kamar dari subuh?” batinku lalu aku bergegas mandi. Aku akan berangkat lebih awal agar tidak terburu-buru.

“Dimas tolong anterin ibu periksa yaa pakai mobil kamu dari subuh tadi kepala ibu sakit.”

“Iya bu nanti Dimas anterin, Dimas telfon kantor dulu untuk ijin berangkat siang.”

“Mas aku udah sarapannya aku berangkat kerja dulu ya, nanti piring kotornya sampan aja di ember bawah biar nanti aku cuci. Jangan di wasteful ya takutnya ibu jijik sama piring kotornya.” Ucapku panjang lebar dengan Mas Dimas.

“Iya Ning mas tahu kamu tenang saja, kamu hati-hati ya ke kantornya.”

“Iya Mas, Buk Nining berangkat dulu.” Ujarku sambil mencium tangan kedua orang yang kuhormati itu.

Meskipun tak kulihat wajah bersahabat dari ibu mertuaku, yang kulihat hanya wajah masamnya.

Hari pertama bekerja belum banyak pekerjaan yang dilimpahkan kepadaku, setelah perkenalan dengan para karyaan dan penjelasan tentang job desk masing-masing.

Notifikasi whastapp dari Mas Dimas mengalihkan perhatianku “Ning ibu darah tinggi dan kolestrol, tolong nanti pulang kerja kamu masakin ibu yang bisa menurunkan kolestrol dan tekanan darah ibu ya Ning.”

“Iya mas nanti pulangnya aku mampir pasar dulu, membeli bahan makanan yang sehat untuk ibu.”

“Makasih ya ning, uang bulanannya masih ada kan Ning?”

“Masih, mas tenang aja.” Ujarku menenangkannya.

“Makasih ya Ning, maaf Mas belum bisa membahagiakan kamu dengan materi yang berkecukupan.”

“Ga papa mas, kita berusaha bareng-bareng ya mas.”

Sesampainya dipasar aku membelikan buah apel dan melon untuk ibu mertuaku. Aku membeli ikan tuna, susu kedelai dan sayuran hijau yang disukai ibu mertua.

“Ning kok makannya sama sayur bayem dam ikan tuna sih!, harusnya tadi kamu beli ikan salmon dipasar. Lebih sehat dan lebih enak dari ikan tuna.”

“Bulan depan ya bu kalau Mas Dimas udah gajian makan salmonnya. Ikan tuna sekilo cuma lima puluh ribu bu, kalau salmon satu kilo dua tiga ratus ribu. Apa ibu mau makan sama sayur bayem terus selama dua minggu kedepan? Ikan tuna sama salmon sama-sama bagus buat menurunkan kadar kolestrol bu” jelasku pada ibu agar mau makan dengan ikan tuna.

“Kamu itu sama ibu mertua kok itung-itungan.” Gerutu ibu mertua sambil makan makannannya.

Aku menghempukan nafaku kasar “aku harus sabar menghadapi sifat menyebalkan ibu, apalagi ibu sedang sakit saat ini.”

“Sudahlah bu jangan pilih-pilih makan lagi, syukuri aja makanan yang diiapin Nining di atas meja. Kemampuan Dimas hanya segini Bu.” Rayu mas Dimas pada Ibu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 23 Rencana Membuka Butik

    Sepulang dari rumah Mas Dimas aku mengajak ibu dan Bapakku untuk membiacarakan sesuatu hal yang penting.“Pak, Buk sebenarnya Nining ingin minta tolong Bapak dan Ibu untuk membantu Nining mengelola bisnis Nining yang ada di Solo. Alhamdulillah usaha Nining selama ini sudah berkembang dan Nining sudah membuka toko di Solo.”Aku melihat wajah Bapak dan Ibu terkejut tidak mengerti.“Sejak kapan kamu berbisnis Ning? Bukankah kamu selama ini hanya ibu rumah tangga biasa? Itu sebabnya ibu mertua kamu selama ini tidak berbuat baik sama kamu?” tanya ibuku“Ibu benar, aku mengelola bisnis ini memang dari rumah aja bu. Dengan bantuan internet, sebenarnya sudha sejak kuliah Nining menjalankan bisnis ini bu, namun karena modalnya belum terkumpul jadi Nining tanya membuatnya dengan online aja bu. Tapi Nining juga punya partner bisnis yang membangun bisnis ini berama Nining. Bapak dan Ibu ingat dengan teman Nining, Sandra yang dulu sering Nining ajak mampir kerumah?”Kulihat ibu dan bapak mencoba m

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 22 Tanda Tangan Mas Dimas

    Agar masalah ini segera selesai aku memutuskan untuk meminta tanda tangan Mas Dimas sendiri. Pulang dari kantor Pak Rajendra aku memutuskan ke rumah Ibu mertua untuk meminta tanda tangan Mas Dimas. AKu harus mengambil kesempatan di hari bahagia mereka, agar ibu bisa meminta Mas Dimas menanda tangani surat perceraian antara aku dengan Mas Dimas. Aku yakin pasti Ibu mertuaku sangat bahagia akan kedatanganku dengan membawa surat gugatan perceraian.“Pak, kita langsung ke Rumah Ibu Siti ya Pak, buat minta tanda tangan Mas Dimas.”“Iya Ibu juga ingin melihat bahagimana reaksi Dimas dan Bu Siti melihat kedatangan kita ke rumah mereka.”“Bapak nanti jaga emosi Bapak ya, jangan terpancing emosi jika Bu Siti bilang yang aneh-aneh tentang Nining. Bapak tenang saja, Nining sudah terbiasa mendengar hinaan dari Ibu Siti.”“Kamu tenang saja Ning, Bapak pasti bisa mengontrol emosi Bapak, Bapak tidak ingin mengotori tangan Bapak untuk memberi pelajaran pada Dimas, jika kamu saja ikhlas masa Bapak mal

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 21 Bertemu Pengacara

    Senin pagi-pagi sekali aku mengumpulkan semua berkas yang dibutuhkan. Aku akan menemui pengacara yang direkomentasikan Nita untuk membantuku mengurus perceraian dengan Mas Dimas. Aku membaca nama pengacara tersebut di kontak handphone ku. Aku merasa seperti tidak asing dengan nama itu. “Rajendra?” gumamku sambil melihat kontak yang diberikan Nita kemarin. Aku akan menelfonnya terlebih dahulu, meskipun sudah di buatkan janji dengan Nita, setidaknya aku juga memastikannya sendiri kan. Aku menekan tombol Call pada kontak Rajendra, tak lama kemudian suara bass dan maskulin menyapa indra pendengaranku.“Selamat pagi, dengan Rajendra disini.” ucapnya formal.“Selamat pagi Pak Rajendra, saya Nining teman Nita yang ingin meminta bantuan Bapak untuk mengurus perceraian saya. Bisa kita bertemu hari ini Pak, untuk membahas masalah perceraian saya?”“Ohh Bu Nining. Iya Ibu, tenang saja kemarin Nita sudah membuatkan janji temu ya Bu. Di kantor saya Jalan. Melati No. 405 Pukul 10.00 ya Bu, saya ha

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 20 Kedatangan Bapak dan Ibu

    Setelah menenangkan diri di Masjid dekat taman, aku memutuskan untuk belanja ke Pasar untuk membeli keperluan dapur karena Bapak dan Ibu akan datang. Aku tidak mungkin menyambut kedatangan mereka dengan meja kosong. "Sekalian belanja untuk seminggu kedepan kali yaa, biar ibu ga perlu belanja lagi selama di Semarang." ujarku sambil memilih ikan yang segar. Setelah membeli semua keperluan dapur aku membeli jajanan pasar langgananku untuk dihidangkan kepada kedua orang tuaku. Aku harus bisa menjamu mereka dengan baik agar kesedihan yang aku alami, tidak membuat mereka sedih. Aku harus bisa terlihat baik-baik saja saat mereka ada di Semarang. Aku tahu ketika aku sedih pasti orang tuaku akan lebih sedih daripada diriku sendiri. Mana ada orang tua yang rela melihat anak yang mereka sayangi sepenuh hati disakiti oleh orang lain. Apalagi orang tuaku yang selama ini selalu menjaga perasaan anak-anaknya. Sesampainya di kontrakan aku memasukkan semua belanjaanku ke dalam tempat khusus agar leb

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 19 Memasang Topeng Kebahagiaan

    "Bagaimana para saksi, Sah?" tanya pak penghulu yang sudah menikahkan Mas Dimas dengan istri barunya."Sah!" sentak semua orang yang ada diruangan ini dengan serentak.Tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku, aku segera menghapus air mataku. Semua tamu bergantian memberikan selamat kepada kedua mempelai, aku berdiri melepas kaca mata bacaku dan memasang senyum lebar. Aku berjalan menuju pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan ijab qobul."Selamat yaa Mas Dimas dan Mbak Zulaikah, akhirnya kalia bersatu dalam pelaminan, dan maaf Mas Dimas aku akan mengajukan gugatan cerai untuk Mas Dimas. Selamat ya Bu, karena ibu sudha mendapatkan menantu yang ibu idam-idamkan selama ini. Semoga hidup ibu bahagia." ucapku kepada mereka bertiga.Ibu Mertua menolak uluran tanganku yang ingin bersalaman dengan Beliau."Udah ga usah basa-basi, ngapain kamu disini? jangan merusak hari bahagia Dimas dan Zulaikah. Aku tidak ingin ada wanita pembawa sial yang

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 18 Perubahan Mas Dimas

    Aku menjalani rumah tanggaku dengan ketidaknyamanan selama satu bulan terakhir ini. Mas Dimas sekarang lebih sering menginap di rumah ibu dengan alasan kesehatan ibu yang menurun, tapi anehnya aku tidak boleh menjenguk ibu. Aku tidak tahu apa yang sedang di sembunyikan mas Dimas dariku, tapi aku harap dia menjaga kesetiaannya kepadaku. Meski dulu aku sempat ragu akan reaksi mas Dimas jika aku tidak subur, tapi mas Dimas berhasil menyakinkan ku bahwa rumah tangga kita akan baik-baik saja karena kita berdua bisa saling menghargai satu sama lain. Aku menepis semua pikiran buruk yang memenuhi pikiranku. Aku yakin kita berdua bisa melewati semua ujian dalam pernikahan kita berdua.Aku menjalani hari-hariku seperti biasa bekerja, menulis, berjualan dan menjadi ibu rumah tangga. Aku menikmati semua pekerjaan yang aku lakukan sehingga membuatku merasa tidak kosong karena jarangnya Mas Dimas dirumah. Aku anggap ini adalah ujian dari yang Maha Kuasa untuk pernikahanku dengan Mas Dimas. Aku mene

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 17 Menukar Posisi Demi Mas Dimas

    “Bagaimana aku mengatakan hasil pemeriksaan ini kepada mas Dimas? Apa aku harus bilang kalau aku yang mandul? Tapi kalau aku bilang aku mandul maka mas Dimas pasti akan disuruh ibu untuk menikah lagi.”“Ah sudahlah lebih baik aku menemui mas Dimas di rumah ibu mertua.”Aku menuju parkiran rumah sakit dengan pikiran yang berkecamuk. Entah apa yang akan terjadi pada rumah tanggaku ini. Seakan makan buah simala kama apa yang akan aku putuskan akan menghancurkan rumah tanggaku. Tetapi aku tidak ingin kesehatan mental mas Dimas terganggu karena hasil ini.Sepertinya akan lebih baik jika aku yang mandul, asal mas Dimas tetap setia padaku pasti semua akan baik-baik saja. Aku memasukkan hasil pemeriksaan kami ke dalam tasku. Mas dimas tidak perlu tahu hasil yang sebenarnya. Dan ku tidak akan pernah mengatakan hasil ini kepada siapapun, aku harus menjaga aib mas Dimas.“Assalamu’alaikum”“Waalakum salam Ning&r

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 16 Mas Dimas Mandul

    Kami berdua pergi ke Dokter specialis untuk memeriksa kesuburan kami.“Selamat siang ibu Nining dan bapak Dimas, untuk pemeriksaan kesuburan silahkan bapak dan ibu ikuti suster untuk pengambilan sampel ya.” Ucap dokter joko kepada kamu dan menunjuk dua suster.Aku dan mas Dimas mengikuti instruksi dokter, kami masuk ke dalam bilik yang berbeda untuk pengambilan sample kita berdua.“Baik bu Nining dan bapak Dimas nanti tiga hari lagi bisa kesini lagi ya. Untuk pengambilan hasil labnya. Karena hasilnya tidak bisa langsung keluar. Paling cepat tiga hari ya. Nanti akan dikabari oleh admin dari rumah sakit kami. Kami berharap hasil pemeriksaan kesuburan dari bapak dan ibu normal semua.”“Baik terima kasih dok.”Kami berdua keluar dari ruang dokter dan kembali ke rumah kontrakan kami.“Mas gimana kalau ternyata aku ga subur mas?”“Kamu jangan bicara yang tidak-tidak Ning, kita berdua pas

  • AKU BUKAN BENALU   Chapter 15 Kembali Berulah

    Seminggu sudah kejadian itu berlalu, kulihat Mas Dimas selalu murung. Mungkin dia memikirkan ibunya yang sendirian di rumah besarnya. Aku juga tidak menanyakan apakah mbak Zulaikah masih sering kerumah ibu atau tidak.“Mas senin kamu nanti WFH kan? Kamu kerja di rumah ibu aja, biar ibu ada temennya.”“Apa kamu ga papa Ning?”“Ya ga papa dong mas, biar bagaimanapun juga beliau adalah ibu kandung kamu Mas. Tapi kalau udah sore kamu cepet-cepet pulang ya. Aku ga mau kamu bersendau gurau sama mbak Zulaikah.”“Cemburu kamu dek? Ga usah cemburu karena aku adalah milikmu selamanya.”“Halah gombal kamu Mas.”“Kok gombal sih Ning, Mas serius Ning. Mas akan pegang janji setia kita sampai nanti maut memisahkan kita. Kita saling menguatkan ya Ning demi keluarga kecil kita. Dan mudah-mudahan Allah segera menitipkan malaikat kecil buat kita.”“Amin mas, semoga Allah ijabah do’a kita agar segera memiliki momongan ya mas.”“Gimana kalau kita periksa ke dokter aja mas? Periksa kesuburan kita berdua, a

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status