Aku sampai rumah sore hari, saking asyiknya ngobrol sama Nita sampai lupa waktu.
“Assalamualakum bu.” Ujarku sambil mencium tangan ibu.
“Waalaikum salam, kamu darimana saja Ning jam segini kok baru pulang?”
“Nining tadi ada keperluan sebentar bu sama temen, ini Nining bawain lumpia.”
“Lumpia daging bukan Ning?” Tanya ibuku dengan semangat.
“Lumpia biasa bu, kan ibu tau Nining lagi ga punya uang.” Kulihat wajah ibu tak sesemangat tadi.
Mas Dimas pulang setelah maghrib
“Mas Dimas mandi dulu ya, nanti langsung makan malam. ada yang mau aku omongin.”
“Ya udah mas mandi dulu biar seger badannya. Mas capek banget hari ini.” Mas Dimas memasuki kamar mandi dengan lesu.
“Tumben makannya cuma sama tahu tempe Ning?”
“Iya mas kan uang bulanan kita menipis sekarang.”
“Kemaren-kemaren ga pernah begini, kamu jangan boros dong ning.”
“Kemarin kan aku tutupin pake uangku Mas, tapi karena ibu menganggap selama ini aku hanya numpang hidup denganmu maka akan kuperlihatkan arti numpang hidup yang sebenarnya pada ibumu.” Jawabku dalam hati.
Selesai makan malam langsung kuberekan meja makan, aku menemui Mas Dimas di depan rumah.
“Mas mulai besok Nining udah masuk kerja.”
“Kok kamu kerja sih Ning? Kan kamu tahu mas ga setuju kalau kamu kerja.”
“Aku ga minta ijin sama Mas Dimas aku cuma bilang, aku bosen mas di rumah terus ga punya kesibukan. Sedangkan apa yang selama ini aku lakukan selalu salah dimata ibu. Aku janji akan penuhi semua kewajiban aku sebagai istri. Cuma itukan yang Mas Dimas butuhkan?”
“Tapi Ning gimana sama ibu nanti kalau kamu kerja.”
“Kalau yang kamu khawatirin ibu, kamu tenang saja. selama ini juga ibu selalu pergi sendiri kok. Pokoknya aku mau kerja titik, udah aku mau tidur Mas Dimas jangan begadang sampe malem.”
“Kenapa kamu ga pernah akur sama ibu sih Ning?” gusar Mas Dimas sambil mengacak rambut.
“Aku memang tak pernah kurang dimatamu Mas, tapi aku selalu kurang dimata ibu. Walaupun sudah banyak yang kukorbankan selama ini demi mendapat hati ibu. Tapi mata hati ibu seolah tertutup sangat rapat Mas.” Batinku sambil mengusap lelehan air mataku.
“Kamu lihat sendiri kan bagaimana kelakuan istri kamu.” Suara ibu terdengar jelas dari kamarku. “Ibu sudah bilang jangan menikah dengan Nining apalagi dia dia bekerja selama ini. Harusnya kamu nurut sama ibu, nikah sama Zulaikah wanita mandiri, mapan, sholehah, berbakti sama orang tua. Lihat sekarang wanita yang kamu nikahi seperti apa!”
“Tapi aku cintanya sama Nining bu, aku ga cinta sama Zualaikah. Kenapa ga ibu aja yang menikah dengan Zulaikah?!”
“Nining ga punya kelebihan apapun disbanding Zulaikah bahkan dia tidak bisa mengurus ibu selama ini Dimas.”
“Bukan Nining ga bisa ngerawat ibu, tapi Dimas yang ga mampu memenuhi hidup mewah ibu. Makan selalu harus daging sapi, ibu sudah tua seharusnya ibu mulai hidup sehat dengan perbanyak makan sayur. Jangan hanya makan Nasi putih dengan daging sapi saja.”
“Kamu jangan sok tahu dengan kesehatan ibu. Selama ini ibu sehat-sehat saja hanya darah tinggi karena selalu emosi kalau melihat istrimu itu.”
“Nining adalah istri Dimas sekarang bu, dia adalah tanggung jawab Dimas. Karena ibu sekarang Dimas menjadi suami yang gagal. Dimas ga bisa memenuhi kewajiban sebagai suami. Sampai Nining harus kerja dan memenuhi kebutuhan dapur.”
“Ya bagus dong Mas kalau emang dia mau kerja, daripada dirumah cuma dikamar ga ngapa-ngapain. Kalau dia kerja kan jadi ada kesibukan, yang paling penting ada pemasukan. Jadi kamu ga usah capek-capek kerja sampingan.”
“Itu kewajiban Dimas buk untuk menfakahi Nining, udahlah Dimas pusing mau kekamar dulu.”
Aku langsung ke Kasur dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut sampai kepada dan pura-pura tidur.
“Maaf ya Ning, Mas belum bisa bahagiakan kamu seperti janji mas sama Bapak kamu.” Ucap Mas Dimas sambil menyusulku di pembaringan.
***
Pagi ini aku membereskan rumah dan memasak lebih awal karena hari ini hari pertamaku mulai kerja.“Tumben ibu belum keluar kamar dari subuh?” batinku lalu aku bergegas mandi. Aku akan berangkat lebih awal agar tidak terburu-buru.
“Dimas tolong anterin ibu periksa yaa pakai mobil kamu dari subuh tadi kepala ibu sakit.”
“Iya bu nanti Dimas anterin, Dimas telfon kantor dulu untuk ijin berangkat siang.”
“Mas aku udah sarapannya aku berangkat kerja dulu ya, nanti piring kotornya sampan aja di ember bawah biar nanti aku cuci. Jangan di wasteful ya takutnya ibu jijik sama piring kotornya.” Ucapku panjang lebar dengan Mas Dimas.
“Iya Ning mas tahu kamu tenang saja, kamu hati-hati ya ke kantornya.”
“Iya Mas, Buk Nining berangkat dulu.” Ujarku sambil mencium tangan kedua orang yang kuhormati itu.
Meskipun tak kulihat wajah bersahabat dari ibu mertuaku, yang kulihat hanya wajah masamnya.
Hari pertama bekerja belum banyak pekerjaan yang dilimpahkan kepadaku, setelah perkenalan dengan para karyaan dan penjelasan tentang job desk masing-masing.
Notifikasi whastapp dari Mas Dimas mengalihkan perhatianku “Ning ibu darah tinggi dan kolestrol, tolong nanti pulang kerja kamu masakin ibu yang bisa menurunkan kolestrol dan tekanan darah ibu ya Ning.”
“Iya mas nanti pulangnya aku mampir pasar dulu, membeli bahan makanan yang sehat untuk ibu.”
“Makasih ya ning, uang bulanannya masih ada kan Ning?”
“Masih, mas tenang aja.” Ujarku menenangkannya.
“Makasih ya Ning, maaf Mas belum bisa membahagiakan kamu dengan materi yang berkecukupan.”
“Ga papa mas, kita berusaha bareng-bareng ya mas.”
Sesampainya dipasar aku membelikan buah apel dan melon untuk ibu mertuaku. Aku membeli ikan tuna, susu kedelai dan sayuran hijau yang disukai ibu mertua.
“Ning kok makannya sama sayur bayem dam ikan tuna sih!, harusnya tadi kamu beli ikan salmon dipasar. Lebih sehat dan lebih enak dari ikan tuna.”
“Bulan depan ya bu kalau Mas Dimas udah gajian makan salmonnya. Ikan tuna sekilo cuma lima puluh ribu bu, kalau salmon satu kilo dua tiga ratus ribu. Apa ibu mau makan sama sayur bayem terus selama dua minggu kedepan? Ikan tuna sama salmon sama-sama bagus buat menurunkan kadar kolestrol bu” jelasku pada ibu agar mau makan dengan ikan tuna.
“Kamu itu sama ibu mertua kok itung-itungan.” Gerutu ibu mertua sambil makan makannannya.
Aku menghempukan nafaku kasar “aku harus sabar menghadapi sifat menyebalkan ibu, apalagi ibu sedang sakit saat ini.”
“Sudahlah bu jangan pilih-pilih makan lagi, syukuri aja makanan yang diiapin Nining di atas meja. Kemampuan Dimas hanya segini Bu.” Rayu mas Dimas pada Ibu.
Habis maghrib para tetangga menjenguk ibu mertua“Bu Siti sakit apa bu? Kemarin perasaan masih segar bugar penuh semangat ee kok malemnya loyo.” Tanya bu lilis.“Ga tau nih bu lilis, mungkin karena pikiran.”“Jangan terlalu banyak pikiran bu Siti, Zulaikah bawakan bu Siti buah pear katanya bagus untuk menurunkan tekanan darah. Buah pear kan banyak airnya jadi pasti bu siti jadi semangat makan buah.”“Zulaikah selain pinter nyari uang juga perhatian ya sama orang tua, terima kasih ya Zul.” Ucap ibu mertua berseri-seri“Iya bu Siti sama-sama, sesama tetangga kan harus saling tolong menolong.”Aku melenggang pergi meninggalkan ibu mertua dan ibu-ibu yang lain untuk membuat minuman. Jika tidak menyuguhi minuman aku nanti akan semakin di jelek-jelekin sama ibu mertua.“Nining lama banget sih kamu cuma bikin minumas aja.” Ujar ibu saat melihatku mengantarkan the hangat.Aku hanya diam sambil menyajikan minuman untuk para tetangga“Jangan keras-keras bu Siti kalau bicara sama menantu.”“Saya
Aku mengikuti saran Nita untuk menpublishkan novel yang sudah aku terjemahkan selama satu tahun ini. Ada beberapa paltform online yang katanya bisa mempublish novel terjemahan. Ya untung untung investasi jangka panjang.“Ning mending untuk menambah pendapatan, kamu upload cerita yang sudah kamu terjemahkan ke platform-platform cerita online. Sekerang sudah banyak yang berbayar kok. Untuk penambah pembaca kamu juga membuat akun f******k untuk mempromosikannya. Memang perlu usaha yang keras sih kalau baru mulai merintis. Tapi dari pada didiamkan sama di komputer kan sayang Ning.”“Emang boleh Nit novel terjemahan dimasukin ke platform-platform online?”“Boleh banget dong ning, apalagi sekarang ada yang namanya kontrak exclusif dan non exclusif. Jadi kamu bisa bilih mau di publikasikan ke satu platform saja atau ke banyak platform. Apa lagi kalau kamu bisa nulis dengan Bahasa yang mudah dipahami oleh orang-orang awam. Kamu tahukan kalau novel terjemahan biasanya bahasnya amburadul. Nanti
Ternyata menjadi penulis di Platform online tidak mudah. Aku butuh lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan ritmenya. Benar kata orang “Hal yang paling sulit adalah memulai sesuatu”. Aku yang sudah terbiasa menulis novel terjemahan nyatanya masih kelimpungan. Aku harus menyesuaikan Bahasa yang aku gunakan agar mudah dipahami oleh semua kalangan. Tidak mudah mengajukan kontrak dengan platform platform tersebut. Mungkin aku harus banyak belajar biar bisa membaca peluang. Dan belajar menulis novel sendiri agar memiliki karga original. Bismilah mudah mudahan semua dilancarkan dan aku bisa istiqamah pada jalan yang telah aku pilih. “Gimana Ning nulis di platform online?” Tanya Nita padaku saat break makan siang. “Susah Ning, pusing banget aku, masih bingung butuh waktu buat beradaptasi.” “Ga papa Ning nikmati saja prosesnya, lama lama juga pasti enak kok ngejalaninnya.” “Iya kamu bener banget Nit. Kita harus bisa membuka peluang yang ada didepan mata. Jangan sampai terlewat begitu s
Seminggu sudah kita memutuskan untuk menyewa sebuah rumah untuk kita tinggali. Akan tetapi aku merasa selalu sendiri di rumah kontrakan. Waktu luang lebih aku pergunakan untuk menulis cerita daripada aku terus memikirkan kapan Mas Dimas akan pulang dari rumah Ibunya. Sekarang aku juga bergabung menjadi reseller pakaian, hanya bedanya aku bekerja sama dengan adikku yang tinggal di Solo. Karena aku tidak punya waktu untuk pergi ke Solo mengambil pakaian yang aku pasarkan. “Dek nanti Mas Dimas pulang kerja mampir dulu ke rumah Ibu ya Ning, mau melihat kondisi Ibu.” Pulang kerja Mas Dimas selalu mampir ke tempat Ibunya dan pulang ke kontrakan saat aku sudah tidur, entah jam berapa. Waktuku dengannya hanya waktu pagi sebelum dia berangkat kerja. “Iya Mas meskipun sekarang kamu sudah menjadi suamiku, aku juga tahu posisi kamu sebagai anak satu satunya Ibu.” “Seandainya kamu dan Ibu bisa akur, pasti Mas seneng banget Ning.” “Mas kamu lihat sendiri kan perlakuan Ibu kamu ke aku? Aku kuran
Sudah tiga bulan kami tinggal di kontrakan, hubunganku dengan Mas Dimas sudah sangat membaik. Meskipun saat ini ada wabah Covid 19 tapi tidak berpengaruh pada pekerjaanku, bahkan sedang ada proyek sebagai editor untuk sebuah novel online. Karena lockdown dan dianjurkan dirumah saja membuat peminat novel online meningkat tajam. Hal ini membuat aku harus sering lembur di kantor. Bahkan novel yang aku publish di platform online juga jadi banjir pembaca mesipun aku belum bisa menghasilkan banyak rupiah dari novel online. Tapi aku yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.“Mumpung hari ini aku pulang lebih awal sebaiknya aku mampir ke rumah ibu mertua.” gumamku. Kulihat ada mobil Mas Dimas terparkir di halaman rumah ibu.“Aku parkir di pinggir jalan sajalah, biar nanti pulangnya enak. Sudah ada mobil Mas Dimas jadi sempit kalau aku parkir motor di halaman.” Samar-samar aku mendengar obrolan ibu dengan Mas Dimas.“Kamu kok masih jam kerja gini di rumah ibu sih Dim seminggu ini, kamu d
Pov Ibu MertuaAku harus bisa membuat Dimas kembali lagi ke rumah ini. Dan aku berharap dia kembali ke rumah ini sendiri tanpa Nining.“Dimas kamu ga bisa tinggal di rumah ini lagi? Ibu kesepian dim dirumah sebesar ini sendirian.” Ucapku memelas untuk mencari perhatian putra kesayanganku ini.“Ibu kan tahu dimas ga bisa lihat ibu dan nining adu mulut terus tiap hari. Kapala dimas rasanya mau pecah kalau mendengar perdebatan kalian berdua. Ini pilihan yang tepat agar Ibu dan Nining berjauhan untuk menghindari konflik diantara kalian. Ibu paham kan? Aku ingin yang terbaik buat Ibu dan Nining.”“Ya udah terserah kamu deh, yang penting setiap makan malam kamu harus makan disini. Kalau kamu ga makan malam disini ibu ga mau makan.” Ancamku pada Dimas.“Iya bu, Dimas janji sama ibu.” Pintaku pada dimas sebelum dia meninggalkan rumah ini untuk tinggal bersama istrinya di sebuah rumah kontrakan sederhana.Aku harus mendekatkan Zulaikah sama Dimas, kulihat sepertinya perasaan Zulaikah sama Dima
Hari ini aku melihat wajah bahagia ibu ketika kami makan malam bersama Zulaikah. Dia begitu perhatian terhadap ibu, melayani ibu makan. Nining dulunya juga perhatian begitu sama ibu, tapi ibu selalu menolak kebaikan Nining. Aku sedih melihat wajahnya sedih menerima penolakan dari ibu. Tapi akupun tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa menyaksikan semua itu terjadi di depan mataku.Aku sangat menyayangi Nining sebagai istri, tapi aku juga menyayangi dan menghormati ibu sebagai orang tuaku. Aku sangat bahagia jika bisa melihat mereka bisa saling menyayangi satu sama lain. Tapi ternyata hari ini aku merasa seperti gagal menjadi suami dan anak yang baik. Aku melihat ibu bahagia dengan wanita lain. Wanita yang merupakan masa laluku.Wanita itu begitu baik mau melayani ibu yang bukan siapa-siapa baginya. Aku pun sudah lama sekali melihat wajah ibu sebahagia itu. Apa yang harus aku lakukan? Jika aku mengikuti keinginan ibu maka aku akan menyakiti nining, jika aku memilih nining aku tidak
Apa sebenarnya yang terjadi di rumah ibu mertua? Kenapa perasaanku tidak tenang begini? Tidak mungkinkan mas Dimas melakukan hal-hal yang buruk selama di rumah ibunya. Itukan rumah ibunya, itu harusnya menjadi tempat yang aman untuk dirinya. Kenapa aku yang tidak tenang begini? Apa ada yang disembunyikan mas Dimas dariku?Karena merasa tidak tenang aku memutuskan untuk ke rumah ibu mertua, meskipun tadi sore aku sudah kesana. Perasaan tak tenang ini begitu menggangguku.Kulajukan motorku dengan kecepatan sedang, aku memarkirkan motor di jalan. Jaga-jaga kalau terjadi sesuatu biar bisa langsung jalan.Saat memasuki halaman rumah ibu aku mendengar tawa yang penuh dengan kebahagiaan.“Kenapa mereka tertawa begitu bahagianya? Tapi sepertinya suaranya lebih dari dua orang.” Gumamku dengan keheranan. Aku masuk ke rumah ibu mertuaku seperti pencuri yaitu dengan cara mengendap-endap. Kulihat di depan sana ibu dan mas Dimas tertawa dengan bahagianya ka