Share

Kebingungan

Author: Vinassa
last update Last Updated: 2025-04-08 12:03:59

---

Dini Hari

Di Dalam Mobil

Meski jam menunjukkan lewat tengah malam, Bara sudah duduk di kursi kemudi, mobil terparkir jauh dari vila utama. Ia menyalakan tablet kecil yang terkoneksi ke server pengawasan perkebunan. Jemarinya cepat, tajam, seperti pikirannya malam ini.

Ia membuka rekaman CCTV di sekitar kamar tamu, ruang makan, halaman belakang. Matanya menyipit saat menemukan potongan waktu ketika “nenek Liyana” berdiri sendirian di dapur, seperti sedang berbicara... tapi tak ada siapa-siapa di sekitarnya.

Bara menekan pause.

“Ngomong dengan siapa dia?”

Lalu ia mempercepat. Ada satu bagian aneh—nenek itu masuk ke gudang kecil di belakang rumah, tempat penyimpanan alat-alat tua. Ia keluar dua jam kemudian... membawa sesuatu dalam tas plastik hitam.

“Kenapa harus diam-diam? Apa yang dia sembunyikan?”

Bara menuliskan waktu kejadian itu. Niatnya sudah bulat. Pagi nanti, sebelum siapa pun bangun, ia akan ke g
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • AKU ISTRIMU MAS!    Ingin Mengatakan

    Tepi Sungai, Masih Dini Hari.Bara berdiri mematung. Kata-kata sang nenek menggantung di udara, menusuk relung pikirannya seperti jarum-jarum halus."Aku mungkin bukan Liyana yang kau kenal, Mas... tapi aku adalah Liyana yang tersisa."Apa maksudnya? Kalimat itu tak memberi kejelasan, justru menyesakkan.“Liyana yang tersisa?” Bara mengulang pelan, setengah tak percaya. “Ibu bicara seperti seseorang yang... menyerah.”Sang nenek melangkah mendekat. Bayu langsung bergerak, berdiri setengah di depan Bara—refleks pelindung yang tak bisa ia kendalikan.Namun Bara mengangkat tangan, menghentikan Bayu tanpa berkata apa-apa.“Aku tidak menyerah, Mas Bara,” ucap si nenek tenang. “Aku hanya… menyadari, bahwa kadang cinta tak harus dikenali lewat wajah yang sama.”Bara menahan napas.Bayu, di sisi lain, nyaris kehilangan kendali.Berhenti. Jangan bujuk dia lagi dengan puisi-puisi palsu itu.“Kalau begitu…” Bara berkata perlahan, “katakan padaku satu hal. Apa yang kau ingat tentang pernikahan ki

    Last Updated : 2025-04-08
  • AKU ISTRIMU MAS!    Ingin Mengatakan

    Tepi Sungai, Masih Dini Hari.Bara berdiri mematung. Kata-kata sang nenek menggantung di udara, menusuk relung pikirannya seperti jarum-jarum halus."Aku mungkin bukan Liyana yang kau kenal, Mas... tapi aku adalah Liyana yang tersisa."Apa maksudnya? Kalimat itu tak memberi kejelasan, justru menyesakkan.“Liyana yang tersisa?” Bara mengulang pelan, setengah tak percaya. “Ibu bicara seperti seseorang yang... menyerah.”Sang nenek melangkah mendekat. Bayu langsung bergerak, berdiri setengah di depan Bara—refleks pelindung yang tak bisa ia kendalikan.Namun Bara mengangkat tangan, menghentikan Bayu tanpa berkata apa-apa.“Aku tidak menyerah, Mas Bara,” ucap si nenek tenang. “Aku hanya… menyadari, bahwa kadang cinta tak harus dikenali lewat wajah yang sama.”Bara menahan napas.Bayu, di sisi lain, nyaris kehilangan kendali.Berhenti. Jangan bujuk dia lagi dengan puisi-puisi palsu itu.“Kalau begitu…” Bara berkata perlahan, “katakan padaku satu hal. Apa yang kau ingat tentang pernikahan ki

    Last Updated : 2025-04-08
  • AKU ISTRIMU MAS!    Kebenaran akan muncul

    ---Masih dini hari, kamar utama terasa sesakBayu menutup pintu kamar perlahan, meninggalkan Bara yang masih berdiri membelakangi jendela. Langit di luar belum sepenuhnya terang, namun cahaya samar mulai menyusup di antara tirai. Bayu berjalan pelan menuju koridor, dadanya terasa seperti dipenuhi duri. Setiap langkah menjauh dari kamar Bara adalah langkah menuju keputusasaan yang harus ia telan sendiri.Ia tidak tidur malam itu.Di kamarnya yang gelap, Bayu duduk di lantai, menatap kosong ke arah dinding. Di meja kecil, tersimpan ponsel dengan satu pesan draf yang belum pernah ia kirim:"Pak, saya ini sebenarnya—"Ia menghapusnya. Lagi.Tangannya gemetar. Ia ingin jujur. Ingin melepaskan semuanya. Tapi wajah kedua orangtuanya selalu muncul di benaknya. Ibunya yang lembut, ayahnya yang keras tapi hangat. Mereka bukan hanya sandaran hidup—mereka adalah alasan kenapa ia harus bertahan menyamar sejauh ini.Bayu menarik napas panjang. “Aku harus temukan mereka... sebelum semuanya hancur.”

    Last Updated : 2025-04-09
  • AKU ISTRIMU MAS!    Rahasia yang disembunyikan

    Masih Malam Itu, di Kamar Sri SatmikaBayu menggigil pelan di balik tirai. Napasnya tercekik di tenggorokan saat mendengar suara langkah kaki Sri Satmika mendekat ke arah meja rias, hanya beberapa langkah dari tempatnya bersembunyi. Gelas diletakkan di atas meja, dan suara derit kursi berbunyi pelan. Wanita tua itu duduk.Suara desahannya terdengar lirih, seperti sedang berbicara pada diri sendiri."Kenapa kau belum juga menyerah, Liyana..." katanya pelan. "Kalau saja kau tahu siapa aku sebenarnya."Bayu mencengkeram kain tirai lebih erat. Jantungnya terasa mau meledak. Apakah dia sedang berbicara pada seseorang? Atau hanya monolog biasa? Tapi yang jelas, nama itu—namanya—diucapkan dengan sangat sadar.Beberapa menit berlalu. Suara napas wanita tua itu melambat, menandakan ia mulai terlelap. Bayu tak bisa tinggal lebih lama. Ia perlu keluar.Perlahan, ia mengintip dari balik tirai. Sri Satmika telah bersandar di kursi, mata tertutup, napas tenang.Bayu melangkah ringan, nyaris tanpa s

    Last Updated : 2025-04-10
  • AKU ISTRIMU MAS!    Pengorbanan Demi Kebenaran

    Malam Masih Terus Bergulir – Perjalanan Menuju KebenaranMobil yang dikendarai Bara melaju pelan di jalanan berbatu yang mengarah ke luar area perkebunan. Lampu sorot depannya menembus kabut tipis, membelah malam yang semakin pekat. Tangan Bara menggenggam erat setir, tatapannya lurus ke depan. Ia belum sepenuhnya yakin arah ini akan membawanya pada jawaban, tapi nalurinya bicara lain.Bayu.Ia tidak pernah menyangka akan memikirkan seseorang sedalam ini, secepat ini. Bayu bukan hanya asisten. Bukan sekadar bawahan yang datang membawa data kejahatan. Ada sesuatu yang lebih rumit… dan lebih personal. Sesuatu yang mengikat mereka tanpa bisa dijelaskan dengan logika.Sementara itu, di dalam mobil tua yang Larissa kendarai, Bayu menatap layar ponsel yang terus menampilkan titik merah. Truk itu bergerak pelan, menyusuri jalan kecil yang sepertinya menuju daerah terpencil di luar desa.“Mereka berhenti,” kata Larissa pelan. Ia memiringkan layar ke arah Bayu. “Sekitar satu kilometer lagi.”B

    Last Updated : 2025-04-11
  • AKU ISTRIMU MAS!    Rencana demi Rencana

    ---Pagi harinya – Di Pondok UtamaBara berdiri di depan jendela besar kamarnya, memandangi kebun teh yang tertutup kabut. Matanya sembab karena kurang tidur. Semalam, ia tak bisa berhenti memikirkan Bayu—lebih tepatnya, semua keanehan yang mengelilingi sosok itu.Sifatnya berubah-ubah. Kadang gugup, kadang tenang. Terlalu pintar untuk seorang asisten biasa, dan terlalu peduli untuk orang yang baru dikenalnya.Terutama semalam… saat Bayu keluar dari rumah dengan amarah meledak-ledak setelah bertemu dua orang asing yang katanya “paman dan bibi penipu.” Bara sempat mengejar, tapi Bayu menolak bicara lebih jauh.“Pak, saya cuma dibohongi lagi. Mereka mengaku keluarga, tapi mereka bukan siapa-siapa. Saya cuma... kecewa. Itu aja.”Tapi Bara tahu itu bukan sekadar kekecewaan biasa. Ada luka dalam sorot mata Bayu yang tak bisa dijelaskan dengan logika. Luka yang mirip dengan... kehilangan.Ia menghela napas panjang. Saat itulah ponselnya berbunyi.“Larissa,” gumamnya, kening berkerut.Ia ang

    Last Updated : 2025-04-12
  • AKU ISTRIMU MAS!    Panggung Pertarungan Diam

    Di Sebuah Ruang Rahasia, Belakang Rumah Lama – Malam HariGustur duduk di kursi rotan tua, menyalakan cerutu sambil menatap layar monitor yang menampilkan rekaman tersembunyi dari rumah perkebunan. Di salah satu layar kecil, terlihat Bayu sedang bergerak mencurigakan di gudang. Di layar lain, Bara sedang duduk sendirian di kamar, tampak murung dan termenung.“Dia masih belum juga menyerah,” gumam Gustur, menepuk-nepuk debu dari lutut celananya.Laksmi masuk membawa map berisi laporan kegiatan Bayu beberapa hari terakhir. Ia meletakkannya di atas meja dengan angkuh.“Kau yakin dia masih percaya Bayu?” tanya Laksmi, melipat tangan di dada.Gustur menyeringai. “Bara itu lelaki yang mudah terombang-ambing perasaan. Apalagi kalau sudah bicara soal cinta. Kita hanya perlu mengalihkan hatinya—supaya tidak lagi mencari Liyana.”Laksmi menarik napas panjang. “Dengan Sapphire?”“Ya,” Gustur bangkit dan berjalan ke arah rak tua berisi botol-botol minuman keras. Ia menuang satu gelas kecil, menye

    Last Updated : 2025-04-13
  • AKU ISTRIMU MAS!    Permainan Baru Dimulai

    ---Siang yang Tenang Tapi TegangMatahari siang menyinari halaman rumah perkebunan dengan damai, tapi suasana di dalam rumah jauh dari ketenangan.Di ruang tengah, Sri Satmika sedang duduk di kursi rotan sambil merajut, pandangannya sesekali menatap tangga menuju lantai atas. Bayu, yang baru saja membersihkan taman belakang, masuk membawa nampan teh. Ia hendak meletakkannya di meja saat suara langkah heels terdengar menuruni tangga.Sapphire muncul, anggun seperti biasa, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan. Senyum kecil terpahat di wajahnya saat ia melihat Bayu dan Nenek Sri Satmika.“Wah, wangi tehnya sampai ke atas. Terima kasih, Bayu,” ucap Sapphire sambil mengambil cangkir.Bayu mengangguk sopan. “Sama-sama, Nona.”Namun, dari sudut mata, ia menangkap perubahan halus pada raut wajah Sri Satmika. Rajutannya terhenti. Tatapannya dingin, menusuk ke arah Sapphire seperti ingin menyingkirkan bayangan itu dari rumah ini.Sapphire tampaknya tak menyadari atau pura-pura tidak me

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kesempatan

    Liyana menutup jendela dengan hati-hati. Tirai ditarik, bukan untuk menghalangi cahaya, tapi untuk memutus pandangan dari dunia luar—dari mata-mata yang bisa saja dikirim Sapphire atau Gustur.Langkahnya ringan menuju meja kecil di sudut kamar. Ia menarik laci dan mengeluarkan ponsel cadangan. Ponsel itu tidak terhubung dengan jaringan utama rumah Danendra, dan hanya digunakan untuk satu hal: menghubungi penyelidik kepercayaannya.Kode Aman: L-52 diaktifkan.Liyana mengetik pesan cepat ke seseorang bernama “Titik Bening”:> “Sapphire tahu identitasku. Minta tolong cari hubungan dia dengan Gustur. Jangan lacak dari rumah ini. Prioritaskan nama ‘Arta Kencana’—pernah dengar dia sebut diam-diam.”Pesan terkirim.Liyana menghela napas. Ia tahu langkah selanjutnya bukan hanya bertahan, tapi menyerang balik.Karena Sapphire telah menunjukkan wajah aslinya, artinya Liyana tak perlu lagi pura-pura ramah jika harus bertemu.Lalu, pikirannya melayang pada Bara.Laki-laki itu... pria yang dulu ha

  • AKU ISTRIMU MAS!    Tantangan dari masalalu

    Liyana berdiri membeku di balik dinding batu taman. Nafasnya tercekat saat mendengar gumaman terakhir Sapphire yang menusuk seperti jarum dingin ke tulang belakangnya.> “Aku tahu kamu dengar semuanya, Bayu, UPS salah, Lily.”Sapphire kemudian berbalik dan melangkah anggun menuju rumah, meninggalkan jejak ancaman halus yang masih menggantung di udara.Liyana mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Jantungnya berdentam kencang, tapi bukan karena takut. Ini bukan hanya soal rahasia yang terbongkar—ini soal Bara. Tentang bagaimana wanita lain mencoba memutar balik kepercayaannya.Ia tahu Sapphire bukan sekadar datang sebagai “mantan”. Perempuan itu licin, penuh strategi. Dan barusan, dia meletakkan bom psikologis di hati Bara.Liyana buru-buru masuk ke kamarnya, duduk di tepi ranjang sambil memijit pelipis. Ia harus bertindak. Tapi dengan cara yang tak sembrono.Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan di pintu kamarnya.Tok. Tok. Tok.Suara itu berat. Ia langsung tahu.“Lily,” panggi

  • AKU ISTRIMU MAS!    Pertarungan sesuangguhnya baru dimulai

    Langit mulai berwarna jingga ketika Bara melangkah keluar dari kamarnya. Kepalanya masih dipenuhi tanya, hatinya masih digelayuti rasa ragu. Bayu—atau siapa pun dia sebenarnya—semakin membuat pikirannya tak tenang. Tapi belum sempat ia menarik napas panjang, seseorang menghampirinya dari arah taman samping rumah.“Sapphire?” Bara sedikit terkejut melihat wanita itu muncul tanpa pemberitahuan.Sapphire mengenakan gaun biru muda yang jatuh lembut, kontras dengan rambut hitamnya yang dikuncir rapi. Tatapannya hangat, tapi ada sesuatu di balik senyumannya yang tak bisa Bara baca."Kenapa kamu tak menghampiriku? dan mengabaikan pesan," ungkapnya kini“Aku tahu kamu sedang kacau. Makanya aku datang. Aku... mau jujur,” ucap Sapphire pelan, suaranya mengambang di udara sore itu.Bara mengernyit. “Jujur tentang apa?”Sapphire menarik napas dalam, lalu melangkah lebih dekat. “Aku minta maaf, Bara. Aku... sudah tahu sejak awal siapa Bayu sebenarnya. Tapi aku diam. Aku... aku disuruh Ryven buat m

  • AKU ISTRIMU MAS!    Antara cinta dan Benci

    Di sudut rumah, malam itu sunyi. Bara duduk di ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya yang terbingkai di rak kayu. Foto itu kini terasa asing. Dua wanita—satu di rumahnya kini mengaku Liyana, satu lagi adalah Bayu yang ia pikir asisten, tapi ternyata juga Liyana.Bara menutup mata. Pusing. Perasaannya campur aduk.“Kenapa semua orang menipu saya?” bisiknya lirih.Malam semakin larut. Udara dingin menyusup di antara sela-sela jendela kamar, namun hati Bara lebih beku dari cuaca. Ia masih duduk termenung di kursi kerjanya, memandangi surat perceraian yang belum ia tanda tangani.Tangannya menggenggam pena, tapi matanya kosong. Setiap kali ia menatap nama “Liyana” di lembar itu, dadanya seperti diremas. Ia benci. Tapi juga... rindu. Ia kecewa, namun juga merasa hangat saat mengingat semua hari-hari bersama Bayu—atau Liyana, sekarang. Ia bahkan tak bisa menyebutnya dengan pasti."Kenapa kamu harus jadi Bayu?" gumamnya lirih.Tak lama kemudian, terdengar ketukan pelan di pintu kamar Ba

  • AKU ISTRIMU MAS!    Kesalahpahaman Dan Luka

    Pagi itu, matahari enggan menyinari kamar Bara. Tirai masih tertutup rapat, dan udara di dalam kamar terasa pengap, seperti hatinya yang sesak oleh berbagai perasaan yang bertumpuk.Bara masih duduk di meja kerjanya. Matanya menatap satu berkas di hadapannya — berkas pengajuan cerai.Tangannya menggenggam pulpen, namun tak kunjung menorehkan tanda tangan di atas kertas itu. Di luar, terdengar suara burung berkicau, seolah mengejek kebimbangannya.“Kenapa kamu gak pergi aja, Lily?” gumamnya pelan. “Kenapa kamu harus bikin semuanya serumit ini?”Kata-katanya dingin, tapi suaranya bergetar. Ia bukan benar-benar marah... lebih tepatnya, kecewa. Terluka. Tertusuk oleh harapan yang sempat ia pupuk diam-diam sejak Liyana — atau Lily — kembali hadir di hidupnya sebagai Bayu.“Lily...” Bara memejamkan mata, menyebut nama itu dengan berat. “Kamu tahu enggak... saat kamu ngelap keringat saya waktu saya demam... saya ngerasa damai. Saya pikir, Bayu i

  • AKU ISTRIMU MAS!    Masih cinta

    Malam itu Bayu (Liyana) berdiri ragu di depan pintu kamar Bara. Ia sudah berkali-kali mengangkat tangan untuk mengetuk, tapi akhirnya kembali ragu. Namun malam ini, ia sudah tak tahan lagi. Ia butuh kejelasan. Butuh berbicara. Butuh menjelaskan. Walau tidak semuanya. Kamu harus kuat, Liyana, bisiknya dalam hati. Dengan satu tarikan napas panjang, akhirnya ia mengetuk pintu. Tok. Tok. Beberapa detik sunyi. Lalu suara langkah pelan terdengar mendekat. Pintu terbuka. Bara berdiri di ambang, hanya menatap sebentar, lalu berbalik badan dan kembali masuk tanpa mempersilakan. Tapi Bayu (Liyana) menganggap itu sebagai isyarat untuk masuk. Ia melangkah perlahan, menutup pintu di belakangnya. Keduanya kini berada dalam satu ruangan yang hening. Suasana tegang merayap seperti kabut. “Ada apa?” tanya Bara tanpa menoleh. Suaranya datar. Bayu (Liyana) mengecap bibirnya yang kering. “Aku... aku mau bicara, Mas.” Bara duduk di kursi dekat meja, menyilangkan tangan. “Kalau ini s

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rasa ini

    Bayu (Liyana) duduk di atas ranjang sempit dengan mata kosong menatap langit-langit. Hatinya berat. Ia baru saja kehilangan Bara untuk kedua kalinya, dan kali ini lebih menyakitkan karena pria itu sendiri yang berpaling darinya."Dia pikir aku selingkuh..." bisiknya getir. "Dengan Ryven pula..."Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasanya ingin menjerit, tapi suara itu hanya terkurung di tenggorokan.Sementara itu, Bara duduk diam di ruang kerjanya, menatap foto pernikahannya dengan Liyana yang masih terpajang di rak. Tangannya mengepal."Kenapa kau kembali hanya untuk menghancurkan aku lagi, Liyana?" batinnya. Ia ingin marah, ingin menghapus foto itu, ingin melupakan segalanya—tapi wajah Liyana terus mengganggunya. Kenangan mereka dulu pun berkelebat tak henti.Bara menghempaskan diri ke kursi, frustrasi. Ia tidak tahu harus percaya siapa. Nenek yang mengaku Liyana, atau Bayu yang jelas-jelas berbohong? Tapi wajah Bayu saat bicara dengannya... entah kenapa selalu seperti Liyana.

  • AKU ISTRIMU MAS!    Bimbang

    ---Di Vila DanendraSudah tiga hari Bara tidak menyapa Bayu. Bahkan tak menatapnya. Seolah keberadaannya transparan. Padahal biasanya, sekalipun mereka tak banyak bicara, ada tatapan… ada kesadaran bahwa mereka saling hadir.Bayu duduk di pinggir ranjang kecil di kamar tamu yang kini jadi tempat tidurnya. Wig-nya ia simpan rapi di dalam laci, dan rambut aslinya terurai, mulai tumbuh tak rapi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin—mata Liyana menatap balik dari balik wajah Bayu."Apa aku harus menyerah...?" bisiknya lirih.Namun bayangan orangtuanya yang masih dalam cengkeraman Gustur membuatnya menggertakkan gigi. "Belum. Aku belum boleh pergi sebelum kebenaran terungkap."Ia keluar menuju dapur, berpura-pura mencari air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Bara di balkon atas, berdiri sendiri, memandang langit malam.Bayu menatap punggung itu lama. Hatinya sakit. Ingin mendekat, tapi takut ditolak.Sementara itu...Di BalkonBara menghela napas panjang. Wajahnya keras, tapi matany

  • AKU ISTRIMU MAS!    Rumit

    Malam Hari – Ruang Tengah Rumah DanendraLangkah Bayu—atau Liyana—bergetar pelan saat menuruni tangga. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia sudah bersiap. Sudah menyusun kata-kata di kepala, berkali-kali. Malam ini, ia ingin mengakhiri semua kebohongan dan mengatakan yang sebenarnya pada Bara.Namun, ketika ia sampai di ruang tengah... Bara tak ada di sana. Yang ada hanya keheningan. Bahkan aroma kopi kesukaan Bara pun tak tercium. Aneh. Biasanya pria itu akan duduk membaca atau diam menatap api perapian.“Pak Bara?” panggilnya pelan.Tak ada jawaban.Dengan hati-hati, Bayu melangkah ke arah kamar Bara. Pintu sedikit terbuka. Ia mendorongnya perlahan dan menemukan Bara sedang duduk sendiri di ranjang, memunggunginya.“Pak...”Bara tidak menoleh. Bahunya tegang. Sunyi.Bayu menegakkan tubuh, mencoba tetap tenang. “Saya ingin bicara sesuatu... penting.”Bara masih diam. Hanya suara angin malam dari jendela yang terbuka sedikit mengisi keheningan.Bayu melangkah maju. “Saya... saya tahu se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status