Share

BAB 13

Pernikahan kedua.

Kata-kata itu terngiang bagai belati di dalam dadaku. Meski aku bertahan dengan maksud yang teguh kuyakini, tapi nyeri itu tetap ada.

“Ibu nggak apa-apa?”

Pertanyaan itu mengejutkanku. Jihan sudah berdiri di sampingku dengan secangkir teh yang ia buat di dapur.

“Kamu bukan pelayan, Jihan,” kataku, tapi tetap menerima uluran teh itu darinya.

“Ibu kelihatan pucat.”

Aku menangkap keprihatinan yang tulus di mata gadis itu. Jika orang asing saja bisa melihat lukaku, mengapa orang-orang yang sangat dekat denganku justru seakan buta dan tuli. Apakah mereka benar-benar tidak sadar? Atau sengaja abai agar membuat perasaan mereka lebih nyaman?

“Di mana Andra?”

“Tadi main di kamarnya, Bu.”

Aku mengangguk. Akhirnya kami kembali ke rumah, meski Andra masih harus menggunakan kursi roda.

“Kamu bisa temani dia sambil istirahat di kamarnya,”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
perbincangan ybtdk ada guna. knp omongan ini bertele2 terus. un faedah. klu nggak mau pisah.takut anak terlantar. terima. nggak guna berdebat terus. sdh tau laki selikuh. klu bener dia baik setia nggak ada omongan2 nggak guna itu .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status