Dulu aku sangat kesulitan dengan kebiasaan ini, tapi lambat laun terbiasa apalagi sudah hampir 5 bulan menjadi menantu di sini.
"Aku sudah selesai," ucap suamiku sambil berdiri. Aku bergegas ikut berdiri untuk mengantarkannya ke depan seperti biasa."Duduklah dulu Hendra! ada yang ingin ayah bicarakan kepada kalian!" Ucapan ayah menghentikan langkah mas Hendra begitu juga dengan aku yang mengikuti di belakangnya."Nanti saja yah, Hendra buru buru.""Buru buru? Pasti ia akan menemui pengirim pesan dengan nama luv itu." Batinku geram.Ingin rasanya aku mengikutinya, tapi tidak mungkin karena ayah dan ibu biasanya akan pergi sekitar setengah jam setelah mas Hendra. Aku tidak ingin membuat mereka curiga.Mungkin akan ku pikirkan untuk bermain cantik dan tidak tergesa gesa. Jika benar mas Hendra bermain di belakangku, maka aku tidak akan tinggal diam.Jangan kira karena aku adalah perempuan yang berasal dari desa lantas harga diriku di injak-injak begitu saja.Aku kembali ke meja makan untuk meneruskan sarapan ku yang tertunda. Ku lihat ayah dan ibu sudah selesai, mereka beranjak menuju kamarnya lagi. "Teruskan makanmu, kami sudah selesai".ucap ayah kepada ku."Baik ayah." jawabku patuh.Sedangkan ibu, beliau hanya diam di samping suaminya. Sulit bagiku untuk menebak karakter ibu mertuaku itu. Bahkan aku masih kikuk jika berbicara berdua saja dengannya.Aku mendangar suara mobil keluar dari halaman rumah.Kini aku sering kesepian di rumah ini, sebenarnya ada beberapa pekerja disini, tapi mereka seakan membatasi percakapan bersama majikannya.Kuputuskan untuk menelfon mas Hendra dan meminta izin keluar sebentar.Tutt tuttTerlihat tulisan berdering namun tidak terangkat, lalu aku menelfon nya kembali.Tidak lama panggilan pun terhubung. Belum sempat aku berbicara dari seberang ada suara seorang perempuan menyapa dahulu."Haloo, maaf mas Hendranya sedang mandi...Tut Panggilan ku akhiri begitu saja, otakku langsung bertraveling memikirkan banyak kemungkinan. Padahal tadi pagi mas Hendra sudah mandi, tapi mengapa sekarang ia mandi lagi? Sebagai seorang wanita yang sudah dewasa pikiranku langsung menjorok ke satu hal.Aku langsung melacak nomor hp mas Hendra, biar kubuktikan dengan mata kepalaku sendiri kecurigaan ini.Jangan anggap aku yang dari desa ini tidak mengerti apa apa. Bahkan dulu saat kuliah aku banyak mengikuti berbagai macam organisasi dan perkumpulan. Apalagi soal pemberdayaan wanita.Aku memesan ojek online setelah menemukan tempat di mana Mas Hendra singgah. "Ikuti saja maps ini pak!" ucapku mengirimkan alamat kepada kurir."Baik mbak."Tidak terlalu jauh ternyata, hanya sekitar 20 menit aku sampai. Sebuah rumah minimalis bercat grey dan putih, ku lihat mobil suamiku terparkir di sana. Aku mengendap dan bersembunyi di balik gerbang, tak lupa aku mengaktifkan mode video pada ponselku. Terlihat pintu rumah terbuka, sepasang sejoli keluar bersamaan dengan si perempuan yang bergelayut di tangan lelaki yang tak lain adalah suamiku. "Mas, sampai kapan aku harus bersabar menunggu?" rengek perempuan di samping mas Hendra."Sebentar lagi sayang, kamu tahu kan aku menikahi Dinda karena paksaan ayah. Kalau aku menolak ayah mengancam akan mencoretku dari ahli waris, lagian aku juga sedang merencanakan kematian untuknya agar aku tak repot repot menceraikan."Hatiku bagai terhantam ribuan batu. Ternyata begitu. Baiklah akan ku ikuti permainanmu itu mas.Aku terduduk dengan memeluk kedua lutut. Bahkan untuk berdiri pun serasa tidak bertulang.setegar tegarnya, aku tetaplah seorang perempuan yang akan terpuruk melihat suaminya berkhianat di depan matanya."Entah mas, bahkan otakku masih buntu untuk mengimbangi permainanmu. Tapi yang pasti aku tidak akan tinggal diam."****Aku membuka mata ketika jam menunjukkan pukul 16.00. sepertinya ia sudah tertidur cukup lama, ia berharap semua hanyalah mimpi buruk. Tapi saat mengecek galeri di ponselnya video itu benar benar ada. Video di saat suaminya sedang merencanakan pembunuhan untuknya. "Aku tidak boleh berlarut, sebentar lagi jamnya mas Hendra pulang, akan ku lihat sejauh mana ia memainkan perannya."Tidak berselang lama, suara deru mobil terdengar di halaman rumah. Aku mengintip dari balik korden kamar, memastikan jika itu memang mobil suaminya. Biasanya jam pulang suami dan mertuanya memang hampir bersamaan.Aku turun menyambutnya di depan pintu, seperti biasa ku kecup punggung tangan k
Aku bingung mendengar ucapannya yang hanya dua patah kata. Apa maksudnya?Ku beranikan untuk bertanya "maksud ibu apa ya?""Tidak bermaksud apa apa, saya hanya ingin kamu berhati-hati".Setelah mengatakan itu beliau beranjak pergi meninggalkan tanda tanya besar di benakku."Dinda, apa yang kau obrolkan bersama ibu?"Aku kaget, sejak kapan mas Hendra berada di situ? "Eh, tidak ada mas. Aku hanya bertanya beliau sedang apa, tapi ibu malah beranjak pergi." ucapku berbohong."Jangan dengarkan kalau ibu bicara yang aneh aneh."Eh, apa maksud suamiku itu. Apakah memang seperti ini hubungan dia dengan ibunya."Iya mas, sebenarnya aku juga mau ke dapur kok, ambil minum. "Aku kemudian beranjak ke dapur untuk menghindari pertanyaan2 mas Hendra.Pun begitu, selama makan malam berlangsung ibu mertua hanya terdiam bahkan sma sekali tidak menatapku."Apakah kalian sudah berusaha program hamil?"Aku menoleh mendengar pertanyaan tiba tiba papa mertuaku.Ku lirik mas Hendra yang sepertinya tidak ter
Aku merasa semua tubuhku tergores semak belukar. Tapi itu tidak sebanding daripada harus meledak di dalam mobil.Tadi saat mobilku meluncur bebas ke jurang, aku sudah bersiap dengan melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Seketika aku loncat begitu saja. Dan berakhir di dalam semak semak. Memang di kedalaman jurang ini banyak ditumbuhi pepohonan dan rumput yang tinggi tinggi. Jadi aku yakin mereka yang di atas tidak mungkin melihat jika aku keluar dari mobil. Aku harus segera naik untuk mencapai jalan raya,jangan sampai orang orang suruhan mas Hendra menemukanku di sini. Tadi sudah ku minta temanku untuk menunggu di pinggir jalan agak jauh dari kejadian. Entah kenapa aku merasa perutku sangat sakit, seperti kram. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Dengan memegangi perut yang semakin sakit, aku terus berusaha naik sampai di jalan raya. Ku lihat mobil avanza terparkir di sana, itu Alma temanku. Akhirnya aku sampai juga. Ku ketuk jendelanya pelan, tenagaku sudah terkuras un
Aku benar benar bingung harus bagaimana? disaat seperti ini, kenapa nyawa kecil ini harus hadir. Memikirkan nasib diri sendiri pun sulit. Haruskah aku pulang memberitahu bapak dan ibu di kampung. Tapi bagaimana dengan mas Hendra jika tahu ternyata aku selamat dari kecelakaan ini."Ya ampun Din, terus bagaimana? apakah suamimu tahu?""Tidak Al, dan aku tidak akan memberi tahunya. Biarkan aku merawatnya sendiri kelak.""Maksudmu apa Din?"Aku memang belum memberi tahu Alma tentang kejadian ini. Dan mengalirlah ceritaku dari saat memergoki mas Hendra berselingkuh sampai tahu jika ia juga merencanakan pembunuhan untukku.Alma menutup mulutnya mendengar ceritaku. Mungkin ia juga tidak menyangka jika suamiku setega itu, sebab selama ini aku selalu bercerita tentang kebaikan mas Hendra. "Yang sabar ya Din, aku yakin kamu bisa melewati ini." Ucap Alma menenangkanku. "Aku hanya bingung bagaimana akan melewati hari hari kedepannya, aku bahkan tidak bekerja. Jika harus kembali ke kampung pun
Sudah dua hari aku menjalani bedrest total di rumah sakit, setiap malam sepulang bekerja Alma selalu datang dengan membawakanku macam macam cemilan dan buah buahan. "Biar calon keponakan tumbuh dengan sehat" begitulah katanya saat ku larang dia membawa macam macam.Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Entah aku harus pulang kemana. Sedangkan media sedang heboh dengan berita pencarianku."ISTRI CEO DARI PT BASGA GRUB HILANG DAN MOBILNYA DI TEMUKAN MELEDAK DI DASAR JURANG".Begitulah kira kira berita yang viral 2 hari ini, hanya saja media memblur bagian wajah pada foto yang beredar, namaku pun hanya disingkat Adinda Ayumi menjadi AA. Entah apa maksudnya. Namun orang orang yang sudah mengenalku pasti paham jika itu fotoku.Bahkan ponsel memang sengaja aku matikan untuk menghindari kecurigaan. Aku sangat paham jika mas Hendra pasti akan menghilangkan jejak hingga ke akar akarnya. Aku juga sama sekali tidak mengabarkan kepada keluarga di kampung tentang keadaanku saat ini. Untuk mengant
Aku mencoba mengingat ngingat. Namun kemudian menggeleng saat tidak menemukan memori apapun tentang wajah itu."Saya bahkan sudah menyadari anda sejak awal, namun memang berniat menyembunyikannya, bahkan memalsukan data anda saat berita hilangnya istri dari CEO PT BASGA GRUB beredar. Apalagi ternyata anda hilang dan mobilnya meledak di dasar jurang, dikuatkan dengan keadaan anda yang terluka seperti ini. Saya paham jika anda memang berniat melarikan diri. "Aku tercengang mendengar penjelasannya. Bagaimana bisa ia secerdas ini dalam menghubungkan suatu perkara. Aku yang masih diam, kemudian menoleh saat mendengar penuturannya lagi."Jika kamu masih belum mengingat saya, perkenalkan Saya Hardian Maulana rekan kerja Bapak Hendra Bagaskara. Dulu saya pernah melihat anda saat melakukan pertemuan di mansion utama keluarga Bagaskara." Ucapnya memperkenalkan diri.Aku melirik ke nametag yang tergantung di dada sang dokter. "Dr. Hardian M S.KM"Aku juga mengingat jika dulu pernah diperkenalka
05Pagi harinya Alma menelponku, meminta maaf jika semalam tidak bisa menemani. Dia juga bilang akan menjemputku siang nanti.Tapi aku menolaknya. Aku menyuruhnya untuk berangkat kerja saja, nanti akan ku kirim alamat di mana aku tinggal. Aku berniat untuk menerima tawaran Dokter Hardian saja.Sesuai jadwal setiap jam 8 pagi, pasti akan ada suster yang memeriksa keadaanku. Tapi kali ini bukan suster tapi Dokter Hardian sendiri yang memeriksa langsung."Selamat pagi Adinda".Aku menoleh, dia ternyata sudah mengganti sapaannya padaku."Pagi juga Dok"."Silahkan berbaring dulu ya, biar saya pastikan apakah kamu boleh pulang hari ini"."Baik dok".Aku berbaring sesuai perintah. Dokter Hardian memeriksa semua luka lukaku. Menempelkan stetoskop di dadaku juga."Lukanya berangsur pulih. Sebelum pulang cek dulu ke dokter kandungannya!"Aku mengangguk."Bagaimana dengan tawaran saya yang semalam?"Pertanyaannya mengingatkan akan keputusan yang sudah aku ambil."Saya ikut dokter saja".Kulihat
Kesanku pertama ia adalah wanita setia. Ia hanya menatap kami sekilas, bahkan ketika aku sengaja memujinya cantik. Tapi responnya bukan tersanjung tapi malah menatap ke arah suaminya. Mungkin dia berharap jika Hendra akan cemburu.Padahal aku beberapa kali memergoki Hendra jalan bersama perempuan lain. Sungguh malang. Aku hanya bisa berdoa kebahagiaan untuknya.Sekarang ia datang ke rumah sakit dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Aku meminta suster untuk mengobati lukanya selagi aku mencari tahu penyebab pendarahan pada bagian bawahnya. Tidak kutemukan luka sama sekali, hingga akhirnya aku sadar jika ternyata dia sedang mengandung. Aku memintanya datang ke ruang dokter kandungan untuk memastikan. Dan benar saja, ia sedang mengandung, bahkan janinnya hampir tidak terselamatkan jika terlambat sedikit saja.Jika biasanya aku jarang mengecek pasien langsung, tapi kali ini aku benar benar menanganinya sendiri. Entah mengapa aku merasa mendapat penyemangat untuk selalu datang ke r