Share

Bab 2

Dulu aku sangat kesulitan dengan kebiasaan ini, tapi lambat laun terbiasa apalagi sudah hampir 5 bulan menjadi menantu di sini.

"Aku sudah selesai," ucap suamiku sambil berdiri. Aku bergegas ikut berdiri untuk mengantarkannya ke depan seperti biasa.

"Duduklah dulu Hendra! ada yang ingin ayah bicarakan kepada kalian!" Ucapan ayah menghentikan langkah mas Hendra begitu juga dengan aku yang mengikuti di belakangnya.

"Nanti saja yah, Hendra buru buru."

"Buru buru? Pasti ia akan menemui pengirim pesan dengan nama luv itu." Batinku geram.

Ingin rasanya aku mengikutinya, tapi tidak mungkin karena ayah dan ibu biasanya akan pergi sekitar setengah jam setelah mas Hendra. Aku tidak ingin membuat mereka curiga.

Mungkin akan ku pikirkan untuk bermain cantik dan tidak tergesa gesa. Jika benar mas Hendra bermain di belakangku, maka aku tidak akan tinggal diam.

Jangan kira karena aku adalah perempuan yang berasal dari desa lantas harga diriku di injak-injak begitu saja.

Aku kembali ke meja makan untuk meneruskan sarapan ku yang tertunda. Ku lihat ayah dan ibu sudah selesai, mereka beranjak menuju kamarnya lagi. 

"Teruskan makanmu, kami sudah selesai".ucap ayah kepada ku.

"Baik ayah." jawabku patuh.

Sedangkan ibu, beliau hanya diam di samping suaminya. Sulit bagiku untuk menebak karakter ibu mertuaku itu. Bahkan aku masih kikuk jika berbicara berdua saja dengannya.

Aku mendangar suara mobil keluar dari halaman rumah.

Kini aku sering kesepian di rumah ini, sebenarnya ada beberapa pekerja disini, tapi mereka seakan membatasi percakapan bersama majikannya.

Kuputuskan untuk menelfon mas Hendra dan meminta izin keluar sebentar.

Tutt tutt

Terlihat tulisan berdering namun tidak terangkat, lalu aku menelfon nya kembali.

Tidak lama panggilan pun terhubung. Belum sempat aku berbicara dari seberang ada suara seorang perempuan menyapa dahulu.

"Haloo, maaf mas Hendranya sedang mandi...

Tut 

Panggilan ku akhiri begitu saja, otakku langsung bertraveling memikirkan banyak kemungkinan. 

Padahal tadi pagi mas Hendra sudah mandi, tapi mengapa sekarang ia mandi lagi? 

Sebagai seorang wanita yang sudah dewasa pikiranku langsung menjorok ke satu hal.

Aku langsung melacak nomor hp mas Hendra, biar kubuktikan dengan mata kepalaku sendiri kecurigaan ini.

Jangan anggap aku yang dari desa ini tidak mengerti apa apa. Bahkan dulu saat kuliah aku banyak mengikuti berbagai macam organisasi dan perkumpulan. Apalagi soal pemberdayaan wanita.

Aku memesan ojek online setelah menemukan tempat di mana Mas Hendra singgah. 

"Ikuti saja maps ini pak!" ucapku mengirimkan alamat kepada kurir.

"Baik mbak."

Tidak terlalu jauh ternyata, hanya sekitar 20 menit aku sampai. Sebuah rumah minimalis bercat grey dan putih, ku lihat mobil suamiku terparkir di sana. 

Aku mengendap dan bersembunyi di balik gerbang, tak lupa aku mengaktifkan mode video pada ponselku. 

Terlihat pintu rumah terbuka, sepasang sejoli keluar bersamaan dengan si perempuan yang bergelayut di tangan lelaki yang tak lain adalah suamiku. 

"Mas, sampai kapan aku harus bersabar menunggu?" rengek perempuan di samping mas Hendra.

"Sebentar lagi sayang, kamu tahu kan aku menikahi Dinda karena paksaan ayah. Kalau aku menolak ayah mengancam akan mencoretku dari ahli waris, lagian aku juga sedang merencanakan kematian untuknya agar aku tak repot repot menceraikan."

Hatiku bagai terhantam ribuan batu. Ternyata begitu. Baiklah akan ku ikuti permainanmu itu mas.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
bagus kmu emang perempuan pinter jangan mau d bidohin sama laki2 itu .kmu ikutin terus kemana Hendra pergi dn juga kmu kumpulin semua bukti2 perselingkuhan Hendra ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status