Share

2

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-03 06:21:28

Aku sempat bergetar memegang baju itu. Barang yang tak pernah aku pegang sebelumnya. Namun aku teringat Erna yang menunggu di ruang tamu. Bergegas aku menemuinya.

"Nda, tentang hutangku, kamu catat saja jumlahnya. Saat ini aku belum mampu untuk mencicilnya. Tapi aku berusaha. Diberi bunga juga tidak apa-apa," ujar Erna dengan lemah. Ya memang dia tidak sekali ini meminjam uang. Tapi sudah tiga kali.

Sebenarnya tak masalah, yang dari Mas Agam memang sangat lebih.

Aku hanya mengangguk. Dan tak berselang lama dia pulang. 

Dan aku kembali menuju baju bayi itu. Masih baru. Bahkan dari brandnya, cukup terkenal. Kenapa mama memberikan ini? Apa dia lupa jika kamu belum memiliki anak? Atau beliau dengan sengaja menyindirku?

"Pak kita ke rumah Bu Melisa sekarang," perintahku dengan tegas kepada Pak Bani-sopirku.

Dia yang tengah membaca koran juga ikut terperanjat kaget. Karena tak biasanya aku memerintah dengan cara dadakan seperti ini.

Penjaga rumah mertuaku sudah cukup hafal dengan mobil Alphard berplat A 64 M ini. Tanpa basa basi dia membuka pagar mewah yang menjulang tinggi itu.

Aku juga tak perlu repot-repot mengetuk pintu. Karena hal itu sudah biasa. Aku melesat masuk begitu saja. Dan beruntungnya mama mertua melihat kedatanganku. Sepertinya ia juga baru pulang.

"Manda? Kamu kesini? Kenapa tidak mengabari Mama?" sambutnya dengan sumringah. Ya masih biasa. Dia terlihat bahagia.

Aku hanya tersenyum simpul. Duduk di sofa, lalu Mama Melisa menghampiriku. Tanpa sengaja ekor mataku menangkap layar handphone mewah yang dengan jelasnya terpampang foto bayi di wallpapernya.

"Bayi siapa Ma?" tanyaku.

"Oh ini. Mama cari di internet. Lucu ya Nda?" jawabnya dengan santai.

Orang lain pasti menganggap mama mertuaku ingin segera menimang cucu. Tapi sekalipun beliau tidak pernah membicarakan masalah anak denganku.

Banyak yang mengira beliau mertua yang baik. Tapi apakah benar seperti itu adanya?

"Oh iya. Manda ingin mengembalikan ini," kataku sembari menyerahkan bungkusan berwarna biru muda itu. Lengkap dengan tulisan di depannya.

Mama mertua sontak langsung mengambilnya.

"Ya Tuhan. Ini dari teman Mama, Nda. Dikiranya Agam sudah punya anak. Sudah jangan kamu hiraukan," jawab Mama mertua.

Aku mengangguk pelan. Namun tidak serta Merta akan percaya begitu saja.

"Oh iya Manda. Kamu mau minum apa? Kebetulan Mama punya minuman dari negeri Paman Sam. Kamu pasti suka," tawar mama mertua.

Aku bangkit dari tempat duduk

"Tidak usah Ma. Berikan saja kepada ibu dari bayi yang ada di handphone Mama," jawabku.

Bu Melisa sempat salah tingkah. Dia mendekatiku.

"Manda, kamu kira mama berbohong begitu? Itu hanya foto dari internet sayang. Baiklah, mama akan ganti. Duh menantu kesayanganku itu cemburu rupanya," ucapnya.

Bu Melisa asyik membuka galeri handphonenya. Dengan ekor mataku, bahkan aku dapat melihat banyak sekali foto bayi yang ada disitu.

Kecurangan? Tentu aku mulai curiga. Mereka Pikir dengan nafkah tiga digit tersebut, lantas akan membuatku silau dan langsung tunduk begitu? Tidak sama sekali.

"Aku tidak cemburu Ma. Itu handphone Mama. Terserah mama," jawabku dengan santai.

Dan dalam waktu yang sama, handphone berdering. Telepon dari Mas Agam.

"Halo sayang. Bagaimana? Kamu senang bukan? Kamu bisa shopping, bisa perawatan di tempat yang mahal? Tapi Mas minta maaf ya. Minggu ini mas tidak jadi pulang, ada lemburan. Nanti mas akan transfer lagi untuk kamu liburan sebagai gantinya," kata Agam panjang lebar. Ya dia pikir aku akan selalu senang dengan bermodal uang yang dia beri. Pikiran yang dangkal.

"Hallo Manda. Kamu masih ada disitu?" ulang Mas Agam lagi.

"Tidak usah pulang selamanya saja, Mas," jawabku dengan dingin.

Dikira dengan nafkah seratus juta lantas aku menurut saja begitu? TIDAK sama sekali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   50

    Agam melongo. Apakah nasibnya akan seperti sang Mama? Terbaring di rumah sakit seperti ini?Bagaikan sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Ditinggal istri dan sekarang harus kehilangan satu satunya sumber penghasilan.Belum usai, seorang dokter keluar dari ruang rawat mamanya. Masih dengan wajah sedih bercampur bingung, ia menghadap sang dokter."Keluarganya Bu Melani?"Agam mengangguk"Iya. Saya anaknya," jawab Agam"Ibu anda terserang stroke. Dan mungkin harus selalu didampingi ya Pak. Karena tubuhnya sulit untuk digerakan.""Dok, tapi mama saya sebelumnya tidak punya penyakit darah tinggi. Mana mungkin mama saya terkena stroke tiba tiba?" tanya Naya masih tak percaya. Ia tak bisa membayangkan mamanya yang semula bisa beraktivitas tiba tiba harus berubah tak bisa untuk apa apa"Penyakit stroke bisa menyerang siapa dan dengan latar belakang apapun Mbak. Lagipula umur ibu anda sudah tidak muda lagi. Mungkin sebelumnya ada berita yang mengagetkan. Bisa jadi itu memacu tekanan darah beliau

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   49

    Neni menoleh kanan kiri dengan suara tersebut "Aku disini Mbak," ucap suara itu.Berapa terkejutnya Neni saat mengetahui Naya ada dibelakangnya. Lidah Neni saat itu terasa kelu."Kenapa Mbak? Biasa saja wajahnya. Tidak usah kaget," lanjut Naya dengan senyum mengejeknya."Nay, kenapa kamu ada disini?"Lagi lagi Naya tersenyum penuh remeh"Memangnya kenapa Mbak? Ini tempat umum. Bukan milik Mbak Neni. Jadi wajar aku ada disini," lawan Naya."Untuk apa kamu di ATM? Kamu pasti sengaja ngikutin aku ya?""Tak perlu aku jelaskan bukan apa fungsi ATM. Lagipula bukan hanya Mbak Neni kok yang punya uang. Aku juga punya. Uang halal malahan. Percuma kan uangnya banyak, bisa beli barang branded ternyata uang dari simpanan. Upps." kata Naya lagi Ng dengan sengaja menyindir Neni."Memangnya kenapa? Itu juga karena kesalahan Abang kamu. Tidak bisa mencukupi kebutuhan istrinya." sengit Neni tak mau kalah.Naya menggeleng walau tak percaya. Ternyata ada iblis di balik polos dan cantiknya wajah seorang

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   48

    Tak ada perlawanan dari Bu Melisa, kecuali menurut untuk turun dari panggung."Ini yang mau Mama cela? Lihatlah bahkan lebih dari Mas Agam," kata NayaBu Melisa hanya melengos. Ya mau bagaimana memang Yoga lebih mapan adanya.Sementara Neni tak perduli. Mau suaminya kalah dengan suami Manda sekalipun, ia tak perduli. Toh ia sudah ada yang baru.Baru saja hendak menyuapkan satu suapan ke mulutnya, Bu Melisa mendapatkan telepon dari salah satu anak buahnya bahwa salah satunya rumah makan mereka yang ada di pusat, yang paling terbesar kebakaran.Bu Melisa tentu shock bukan main. Satu sendok di tanganya gagal masuk ke mulut. Bahkan sekedar untuk memberi tau anak anaknya pun lidahnya terasa kelu.Bu Melisa hanya mampu menepuk bahu Naya yang ada di sampingnya"Ada apa Ma?"Bu Melisa masih diam. Sulit sekali untuk berucap. Karena merasa aneh, Bata mengambil alih handphone mamanya. Dan ia mendengar sendiri bahwa rumah makan mereka sedang kebakaran.Tak banyak tingkah, Naya segera mungkin memb

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   47

    "Neni bekerja Nay. Dia itu model beberapa baju temannya," bela Agam.Naya hanya melengos. Ia menghela nafas dengan kasar"Gaji dari model baju bisa untuk membeli baju branded seperti itu ya Mas? Mbak Neni bukan artis dengan bayaran fantastis. Artis saja mungkin berfikir berkali kali untuk membeli barang semewah itu. Coba Mas Agam lebih perhatikan Mbak Neni. Lebih tepatnya selidiki. Percaya boleh. Tapi dibodohi jangan mau mas. Jangan hanya menerima begitu saja." kata Naya lagi.Agam hanya mengangguk. Ya Naya memang baru tau hanya pakaian yang diberikan kepada Mama. Belum pakaian yang kemarin. Yang bahkan sempat dibelikan untuk dia.Sepulang dari rumah Mama, Agam mengutarakan rasa penasarannya juga karena aduan dari Naya tersebut."Neni, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Agam dengan pelan"Langsung tanya saja kenapa sih Mas.""Gaji kamu berapa jadi model Nen?"Neni yang ada di sebelah Agam langsungenoleh tajam menatap sang suami."Kenapa Mas Agam tanya seperti itu? Tumben. Aneh. Dan pe

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   46

    "Tumben sekali. Apa kamu tidak mengajakku untuk turut serta Nen?" tanya Agam sembari menikmati makanan."Duh, bagaimana ya Mas. Teman temanku tidak ada yang membawa suami. Jadi aku tidak enak kalau membawa suami sendiri. Ka.u dirumah saja ya. Ehm sebagai gantinya nanti aku belikan oleh oleh yang mahal tentunya dari hasilku menjadi model baju. Bagaimana?" tawar Neni.Agam mengangguk."Bolehlah."Neni tentu tersenyum penuh kemenangan.'Dasar kere. Disogok pakai barang mahal langsung nurut begitu saja,' gumam Neni."Oh iya Nen. Aku sudah bercerai dengan Aisyah," ucap Agam tiba tiba."Oh iya? Baguslah kalau begitu." jawab Neni dengan santai."Kok responmu biasa saja Nen? Bukankah ini yang kamu harapkan dari dulu?"Neni sedikit salah tingkah."Bukan begitu Mas. Tapi aku sadar, aku sudah bersuami. Itu artinya aku juga harus lebih dewasa dari sebelumnya. Lalu mau Mas Agam aku harus bagaimana? Jingkrak jingkrak begitu? Yang ada ditertawakan ayam mas," elak Neni. Padahal dalam hati juga Neni b

  • AKU TAK BUTUH NAFKAH 100 JUTA   45

    Tentu Manda kebingungan dengan Naya yang ada dihadapannya tersebut."Nay, tenang dulu. Ada apa?"Naya mengusap air matanya."Romi, Mbak."Mendengar itu, Manda yang justru gemetar."Iya benar. Harusnya dari awal aku harus hati hati. Menyelediki di setiap sisinya. Di hari pertunangan, justru dia baru mengaku bahwa menikahiku untuk dijadikan istri ke tiganya. Aku malu Mbak. Malu sekali kepada Mbak Manda,"Manda masih mengggenggam tangan Naya."Tidak perlu malu Nay. Aku juga tidak akan mengolokku. Pak Romi adalah tetanggaku. Jadi aku tau,"Mendengar itu justru tangis Naya semakin pecah."Nay, sudah. Itu artinya Tuhan sudah menyelamatkanmu dari hal yang salah. Kamu tidak perlu malu. Tidak perlu menyesal. Tapi kamu harus bersyukur," pesan Manda.Naya hanya mengangguk kecil."Aku juga minta maaf ya Mbak. Atas topengku. Atas kemunafikan ku. Terutama keluargaku."Manda mengambil nafas panjang. Sejenak netranya terpejam."Iya." jawab Manda singkat."Berat ya Mbak? Iya dan aku sudah merasakanya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status