Share

9. Sudut Pandang

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-08-14 07:14:33

"Apalagi yang kalian bicarakan, Ghizra?" tanya Rahmat berdecih dengan mimik muka tak suka.

"Apakah saya harus melaporkan apa yang saya lakukan pada Anda, Pak?" Ghizra balik bertanya seraya menyalakan mesin mobil. Lalu memasang sabuk pengaman.

Perlahan ia menjalankan mobil mertuanya meninggalkan area parkir bandara Juanda menerobos padatnya lalu lintas kota Surabaya.

"Jangan harap, kalian bisa bermain gila dibelakang Syaiba. Kalau itu sampai terjadi. Kamu akan menyesal, Ghizra. Saya bisa menjadi sosok yang mengerikan untuk melindungi putri saya."

"Bagaimana kalau saya tetap tidak perduli dengan semua ancaman Anda, Pak Rahmat Santosa."

"Kalau begitu ceraikan keduanya. Wanita hamil tidak masalah untuk dicerai, bukan? Daripada sakit salah satu. Lebih baik kamu yang pergi dari hidup mereka. Jangan lupa, sebagai wali dari Syaiba. Papa masih bisa menghidupi Syaiba dan bayi dalam kandungannya."

"Bukankah bapak meminta waktu sampai Syaiba melahirkan. Saya akan penuhi itu," ungkap Ghizra tenang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   13. Berkumpul Di Siau

    Amalia berdua rekannya memutuskan pergi ke Siau untuk merayakan hari Raya Idul Fitri. Dua hari menjelang lebaran mereka bersiap melakukan perjalanan menuju Siau. Karena otto beroperasi seminggu tiga kali, pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu.Kebetulan lebaran jatuh pada hari Kamis, jadi memilih pergi pada H-2. Usai mengajar, ketiganya mempersiapkan diri untuk pergi ke pelabuhan Tagulandang kemudian melanjutkan perjalanan naik kapal menuju pelabuhan Siau. Sebelum menunggu otto yang melintas, mereka bertiga berpamitan kepada Mama Marta dan suaminya. Bahwa ketiganya akan berlibur di Siau.Setali tiga uang teman-teman yang bertugas di pulau terpencil lainnya, juga memilih berkumpul ke Siau untuk merayakan hari Raya Idul Fitri. Mereka berkumpul di kontrakan peserta SM-3T yang bertugas di Siau. Ada sekitar empat belas rekan Amalia berkumpul di sana yang bertugas di pulau Biaro dan Siau."Lha ini bawa ayam bangkok hidup, mau disembelih di sini?" Gurau Amalia melihat Reza rekannya, yang bertug

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   12. Toleransi

    Hari Sabtu, mentari baru saja menyingsing di ufuk timur, memancarkan cahayanya yang hangat di seantero Pulau Tagulandang. Di sebuah rumah sederhana di Batumawira, Amalia sudah sibuk menyiapkan daftar belanjaan. Kulkas mereka sudah mulai kosong, dan ini adalah saatnya untuk mengisinya kembali. Di teras, Agus dan Aldory sudah menunggu. Mereka siap berangkat ke pelabuhan, yang juga menjadi pusat keramaian dan pasar di kecamatan."Sudah siap, Bu Alia?" tanya Agus sambil mengikat tali sepatu. "Biar kita nggak kehabisan sayur segar nanti."Amalia tersenyum, "Sudah, Pak Agus. Daftar belanjanya sudah panjang ini. Semoga uangnya cukup."Aldory tertawa, "Tenang aja, Bu. Kalau kurang nanti kita nambahin. Kan udah janji naik iuran buat puasa."Mereka bertiga berjalan kaki menuju jalan besar, di mana sebuah truk bak terbuka yang dijuluki Otto akan lewat. Otto adalah transportasi umum andalan di sini. Truk dengan bak terbuka yang dilengkapi kursi-kursi kay

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   11. Serenada Senja

    "Alhamdulillah kenyang." Aldory bersendawa usai meneguk habis air putih dalam botol minum yang dibawanya."Wuenak tenan. Makan ikan segar gini. Dibakar sebentar disiram sambal dabu-dabu. Habiskan nasi sewakul, pokoknya." Kekeh Agus masih asyik makan ikan. "Di sini, sumber protein melimpah. Harusnya anak-anak pada cerdas 'kan, ya ... Tapi, realita di lapangan. Ngajarin mereka, lebih sering pakai otot." Aldory berkomentar mengenai anak didik mereka. "Mereka susah nangkap pelajaran karena tidak mau belajar. Itu poin pentingnya. Bukan karena makanan berprotein tinggi atau rendah. Anak kelas tiga kemarin kutanya. Kenapa kok, enggak semangat belajar, padahal sebentar lagi ujian. Apa enggak mau lanjutin sekolah. Mereka jawabnya begini, kami pinter pun tetap saja nanti cari uangnya berlayar atau pergi ke ladang, Bu Guru. Sekarang kami sudah bisa melakukan itu tanpa pergi ke sekolah. Kalau sudah orientasi begitu, kita ngasih semangat kayak bagaimana lagi, coba."Agus dan Aldory hanya tertaw

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   10. Tempat Tugas

    Amalia dan Hadinda berpisah di pelabuhan Siau. Amalia sendiri masih melanjutkan perjalanan dengan kapal feri selama empat jam menuju pulau Tagulandang. Begitu keluar dari kapal feri tampak seorang pria memakai jaket bercelana hitam menatap ke arahnya."Abang kok di sini?" tanya Amalia begitu pria tadi mendekat membantunya membawa kardus yang berisi oleh-oleh."Sengaja menunggumu, Lia. Kata Pak Agus kemarin kamu berangkat dari Surabaya. Itu tas, abang bawa saja, biar enggak capek dirimu.""Enggak usah, Bang David. Terimakasih." "Bagaimana liburanmu. Apakah menyenangkan, Lia? Semua guru sangat rindu denganmu.""Apakah termasuk, Abang?" canda Amalia seraya memakai helm yang diberikan oleh David.Pria yang juga memakai helm hanya tertawa mendengar candaan Amalia. "Sini, ranselnya biar Abang pakai hadap depan. Untuk menghalau angin. Supaya dudukmu longgar di belakang. Syukur-syukur mau berpegangan," ujar David Simarmata. "Lebih baik digodam, daripada kita berpegangan. Kan pernah Alia bil

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   9. Sudut Pandang

    "Apalagi yang kalian bicarakan, Ghizra?" tanya Rahmat berdecih dengan mimik muka tak suka."Apakah saya harus melaporkan apa yang saya lakukan pada Anda, Pak?" Ghizra balik bertanya seraya menyalakan mesin mobil. Lalu memasang sabuk pengaman.Perlahan ia menjalankan mobil mertuanya meninggalkan area parkir bandara Juanda menerobos padatnya lalu lintas kota Surabaya."Jangan harap, kalian bisa bermain gila dibelakang Syaiba. Kalau itu sampai terjadi. Kamu akan menyesal, Ghizra. Saya bisa menjadi sosok yang mengerikan untuk melindungi putri saya.""Bagaimana kalau saya tetap tidak perduli dengan semua ancaman Anda, Pak Rahmat Santosa.""Kalau begitu ceraikan keduanya. Wanita hamil tidak masalah untuk dicerai, bukan? Daripada sakit salah satu. Lebih baik kamu yang pergi dari hidup mereka. Jangan lupa, sebagai wali dari Syaiba. Papa masih bisa menghidupi Syaiba dan bayi dalam kandungannya.""Bukankah bapak meminta waktu sampai Syaiba melahirkan. Saya akan penuhi itu," ungkap Ghizra tenang

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   8. Move On

    "Maksudmu, kamu menginginkan keduanya sebagai istrimu. Jangan serakah Ghizra!" bentak Rahmat tidak terima. 'Apakah, anda sedang akting bapak mertua, kenapa dibahas ini dengan Alia'Ghizra menyeringai mendengar mertuanya emosi dengan ucapannya barusan."Papa sendiri 'kan, yang menginginkan saya beristri dua. Harusnya waktu tahu lembaran catatan nikah kami. Papa bisa mencegah saya menikahi Syaiba," balasan Ghizra membuat Amalia terkejut.Rahmat pun tidak menyangka dengan ucapan menantunya itu. Ditatapnya tajam Ghizra penuh amarah."Maksudnya ini, bagaimana Papa?" tanya Amalia ragu akan dugaan di pikirannya."Sebulan sebelum kami menikah, Papa tahu bahwa Mas adalah suamimu. Mas diminta menyembunyikan semua ini dari Syaiba. Bahkan, saat pertama kalinya Papa mengatakan bahwa Syaiba menyukai Mas Ghizra. Mas mengatakan dengan jujur bahwa Mas adalah pria beristri." Amalia terhenyak tak percaya dengan kejujuran Ghizra. Rahmat memandang kedua orang di depannya silih berganti."Cukup, Ghizra!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status