Share

3. Salah Sangka

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-07-26 13:01:13

"Semoga mereka berjodoh ya, Ma," celutuk Syaiba mengundang tanda tanya Ghizra.

"Jadi, mereka belum menikah?" tanya Ghizra nampak terkejut. Syaiba memandang suaminya dengan tatapan aneh.

"Jadi, mereka belum menikah?" Syaiba mengulang pertanyaan suaminya.

"Iya, mereka?"

"Mas, kenal Alia dan mas Hilmy?" Syaiba penuh selidik memandang Ghizra.

Ghizra seperti tersadar, saat menikahi Syaiba ia tidak memberitahu tentang Amalia.

"Ayo, Sholih, kita berangkat!" ajak Ghizra meraih tangan kanan Kanzu yang berdiri di antara Mbok Amin dan mertuanya. Sengaja ia melakukan itu, untuk mengalihkan pertanyaan istrinya.

"Mas Ghizra berhutang penjelasan padaku," ucap Syaiba seraya meraih tangan Ghizra untuk diciumnya.

Ghizra tersenyum tipis, mendekatkan kepala istrinya untuk dikecup keningnya. Saat ini lebih baik segera mengantar Kanzu ke sekolah, kemudian langsung menuju ke kantornya.

🌻🌻🌻

"Mas Hilmy tahu darimana, saya ada di rumah dan mau pergi pagi ini?" tanya Amalia saat Hilmy telah duduk di belakang kemudi.

"Ada deh, yang jelas mereka ingin melihat kita bersatu," balas Hilmy menatap Amalia khas dengan senyum tampannya.

"Bersatu," gumam Amalia tetiba salah tingkah dengan kedua pipi merona.

Amalia mengalihkan pandangannya keluar seraya menggelengkan kepala, teringat Hilmy berkali-kali menyatakan perasaannya. Namun, ia tidak pernah menanggapinya. Bagi Amalia, sosok Hilmy adalah kakak sekaligus sahabat baginya.

"Sulit sekali memenangkan hatimu ya, Alia ... padahal selama yang kutahu, hanya daku yang berani bertamu ke rumah keluarga Santosa.

Warga baru yang sangat eksklusif karena langsung menempati rumah di jalur utama dan deretan hunian mewah."

Keluarga Santosa memang menempati komplek perumahan dekat bandara itu, saat dirinya dan Syaiba menginjak semester lima. Itu artinya, mereka bertetangga hampir tiga tahun.

Pertemuan mereka waktu itu, terjadi tanpa sengaja. Hilmy mengantar neneknya saat diundang tasyakuran rumah baru Syaiba.

"Berarti keluarga mas Hilmy juga eksklusif dong, 'kan tetanggaan kita."

"Nah, itu! Tetangga masak gitu sih, diajak hidup berumah tangga enggak pernah memberikan jawaban yang memuaskan."

Amalia langsung tergelak dengan candaan Hilmy, yang sangat humoris tapi masih sopan. Karena tahu batasan saat mereka bersama.

Amalia menanggapi dengan cebikan. "Mas Hilmy itu ganteng, keluarga berada, dokter lagi. Pasti banyak yang mau jadi istri mas Hilmy."

"Lha, buktinya aku tembak kamu berkali-kali enggak terima juga. Ciuu ...." Hilmy mengedipkan mata seraya mengarahkan tangan yang membentuk pistol ke arah Amalia.

Amalia terdiam. Jujur ada kenyamanan dirinya saat bersama Hilmy. Tapi, akalnya selalu menampik perasaan itu. Karena sampai saat ini, dirinya masih terikat janji suci sebuah pernikahan.

Terlepas menyaksikan kenyataan yang dihadapinya. Ghizra sekarang tak lagi sendiri. Hati Amalia perih tak terhingga, kesetiaannya dibalas pengkhianatan. Dan itupun dengan sahabatnya sendiri.

"Kita ke rumah mbak Hasna ambil Ayesha, dia mau ikut tadi." Hilmy membuka obrolan kembali saat tercipta hening sekian menit tadi.

"Eh, serius ini. Mas Hilmy mau antar aku ke Pacitan?" tanya Amalia tak percaya, dia tadi berfikir ditebengi Hilmy hingga terminal Bungurasih sekalian ia jalan ke RS.Aisyiyah.

"Enggaklah, enggak salah lagi maksudnya."

"Waduuh, janganlah Mas ... aku kira tadi ditebengi sampai Bungurasih saja."

"Waduh. Bisa berbuntut panjang ini ... kalau Ayesha kalau enggak jadi lihat pantai."

"Yaa ampun ...."

Amalia hanya bisa menaruh telapak tangan ke dahinya seraya menggelengkan kepalanya lagi.

"Bilangnya, enggak boleh berdua-duaan. Takutnya nanti yang ketiga setan, ya udahlah semalam mas Hilmy telpon mbak Hasna. Minta izin untuk ajakin Ayesha jalan-jalan mumpung libur juga sekolahnya, 'kan."

"Waduh, apa sudah tanggapan mbak Hasna nanti," gumam Amalia tak enak hati.

"Santai saja, dia 'kan dah anggap adik dirimu, Alia. Calon adik ipar, maksudnya," canda Hilmy sembari melirik ke arah dua kaca spion karena membelokkan mobil menuju gerbang masuk perumahan Jayabaya. Kediaman kakak perempuannya.

🌻🌻🌻🌻

"Dah, siap Ayesha?" tanya Hilmy begitu menginjakan kaki di teras rumah Hasna.

"Siyaplah, Om Hilmy. Mama, Ayesha berangkat dulu, ya!" teriak Ayesha.

Dari dalam nampak Hasna mengendong Adnan di tangan kiri, tangan kanan membawa box susun.

"Ini ada kue, sambel goreng kentang dan ayam kalasan."

Hasna memberikan box kepada Hilmy, kemudian Alia menyapa dengan mencium tangan kakak Hilmy itu.

"Nah, 'kan ... beneran jadi repotin mbak Hasna," ucap Amalia melirik box dari Hasna.

"Mbak Hasna ini, kayak enggak ada warung saja, masak dibawain lauk segala. Kue sih okelah, ya," ucap Hilmy menggelengkan kepalanya.

Teringat lebaran tahun lalu, saat kakaknya itu nebeng ikut sekalian ke rumah mertuanya di Madiun. Dia yang paling sibuk isi bagasi mobilnya, maka dari itu saat Hasna meminta untuk mengantar Amalia dulu melihat makam ayahnya. Setelahnya, baru mereka istirahat di rumah mertuanya di Madiun.

Suami Hasna akan berangkat di malam takbiran dengan naik bus supaya hari pertama lebaran bisa sungkeman dengan kedua orang tuanya. Nanti Hasna akan menyusul diantar Hilmy atau cater mobil.

"Hai, Adnan sholih," sapa Amalia merunduk kemudian mencium pipi gempil bayi yang berusia sepuluh bulan itu.

"Eh, ketawa lho dianya. Dasar! tahu aja, dicium cewek cakep," ledek Hilmy mentoel gemes hidung lancip keponakannya.

"Sudah-sudah, berangkat sana! Panjang perjalanan soalnya. Oh, iya ... buah-buahan yang mama kupasin tadi dah dimasukkan ke tas 'kan, Kak?" tanya Hasna pada putrinya yang berdiri di samping Hilmy.

"Iya, Mamaku yang cantik. Udah, yuk Om. Kita berangkat sekarang saja," ucap Ayesha menarik lengan Hilmy.

"Iya-ya, kita berangkat dulu ya, Mbak,"

"Makasih banyak Mbak Hasna. Maaf selalu merepotkan," ucap Amalia enggak enak hati.

"Walah enggak papa. Gosah sungkan gitu, Alia. Kamu sudah mbak anggap kayak adik sendiri. Wajar 'kan, sedikit repot bikin bekal buat kalian. Lagian ada Ayesha ikut kalian. Sudah berangkat sana, hati-hati di jalan,"

Hasna mengusap bahu Amalia dengan senyum tulusnya, kemudian menepuk bahu adik semata wayangnya.

"Itu jalanan ke Pacitan berkelok-kelok hati-hati nyetirnya. Istirahat dulu kalau capek nyetirnya. Ingat, bawa dua anak gadis orang ini," nasehat Hasna, Amalia tersenyum mendengarnya.

"Oke, siap Bu dosen! kita berangkat dulu," pamit Hilmy meraih tangan kanan Hasna untuk diciumnya.

"Iya, hati-hati."

Hasna mengantar ketiganya masuk mobil kemudian menuju kembali pintu gerbang rumahnya saat mobil Hilmy sudah keluar dari gerbang perumahan.

🌻🌻🌻🌻

Menjelang siang di kediaman Santosa. Nampak Sinta menyambut kedatangan Rahmat suaminya di teras rumah mereka.

Rahmat turun dari taksi bandara, bergegas memasuki pagar rumahnya mendatangi Sinta.

"Apa Ghizra sudah bertemu Amalia?" Bukannya salam yang terucap malah pertanyaan yang diberikan pada istrinya.

"Papa ini, bukannya salam malah kasih pertanyaan aneh. Ya, jelas mereka sudah bertemulah ... orang Alia datangnya kemarin," jawab Sinta meraih tangan kanan suaminya untuk dicium.

Rahmat menghela napasnya, hal yang dikhawatirkan akhirnya terjadi.

Ghizra berjumpa kembali dengan Amalia, putri sahabatnya sekaligus wanita yang dicari Ghizra selama ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   60. Menjaga Cinta

    Satria membiarkan Kanaya kembali berbaring santai setelah menandaskan tiga potong kue dan satu gelas jus jeruk. Ia menyalakan ponselnya lagi, memeriksa rentetan pesan masuk yang didominasi ancaman Kanzu dan deretan pertanyaan dari Daffa, berselang-seling dengan notifikasi panggilan tak terjawab dari Ghea.Satria berlalu ke ruang duduk, menatap layar ponselnya. Foto tangannya dan Kanaya, serta cincin kawin mereka berdua.Bunda Syaiba calling...Satria membiarkan panggilan itu berhenti berdering, lalu menyandarkan punggung dan mendongak menatap langit-langit artistik dengan cahaya lembut yang menenangkan. Ia tidak ingin membawa Kanaya kembali, namun terus memaksakan keadaan pun terasa menyakitkan.Satria memejamkan mata, menarik dan mengembuskan napas berulang kali hingga merasa siap menghadapi sisa permasalahan yang menunggunya nanti.Terdengar suara ponsel berdering kembali. Satria memeriksa, ternyata Fran yang menghubungi.“Halo...” sapa Satria pelan, menempelkan ponsel ke telinga ag

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   59. Dia Pintar

    “Mas Kanzu tahu kondisi Kanaya sekarang.”“Tapi kalau aku nyerah, pasti makin susah untuk bisa sama-sama seperti sebelumnya,” kata Satria. Ia tahu benar arah pembicaraan itu.“Makanya menyerahnya bukan sekadar menyerah,” ujar Ghea sambil menunduk. “Minta maaf, perbaiki, dan kalau perlu menangislah.”“Apa?” seru Daffa, kaget. “Bby, kamu tahu, Kanaya juga melakukan beberapa hal yang—”“Dia pintar, ingat? Mustahil dia enggak melakukan apa-apa sementara kamu selalu seenaknya,” potong Ghea santai. “Dia harus bisa bertahan di segala keadaan, makanya ngajak cerai itu ide paling tolol, Mas!”“Apa ingatannya udah pulih sepenuhnya?” tanya Satria.Ghea menggeleng. “Belum. Dokter bilang Kanaya kadang masih kewalahan dengan beberapa potongan dan kilas balik ingatan. Dia juga berkomitmen meminimalisasi penggunaan obat, jadi fokusnya sekarang cuma terapi dan relaksasi.”“Kalau ingatannya utuh, dia pasti tahu aku enggak serius sama rencana cerai itu.”Daffa menyipitkan mata. “Bukannya kalau ingatanny

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   58. Beri Kesempatan

    "Pak…” ucap Fran, menghentikan mobil di area lobi rumah sakit. “Pak Satria menunggu di Suite Room lantai delapan.” Kanzu menipiskan bibir dan melepas sabuk pengamannya. “Bapak sejak tadi memang tidak bertanya-tanya, namun saya sungguh bersaksi bahwa hingga siang tadi Ibu Kanaya masih sangat baik-baik saja bersama Pak Satria dan—” “Dan kenyataannya sekarang terjadi hal sebaliknya,” sela Kanzu sambil menyelipkan ponsel ke saku celana belakang dan keluar dari mobil. “Mas Kanzu!” panggil Ghea yang bergegas mendekat begitu Kanzu menuju lift. Daffa yang bersamanya segera membuntuti. “Kanaya?” tanya Kanzu. “Baik, stabil. Dia dirawat di Gedung Selatan,” jawab Ghea sambil menunjuk arah seberang, ke koridor besar menuju gedung perawatan. “Ayo, kita ke—” “Aku akan menemuinya setelah membereskan Satria,” potong Kanzu. Daffa menahan. “Situasi Satria juga enggak

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   57. Akan Aku Hadapi

    “Terima kasih sudah menelepon. Bunda akan siapkan keperluan tidurnya Saka. Kanaya juga sudah tidur?” “Iya, pulas sejak sejam lalu. Saya janji, Bund ... Kanaya akan baik-baik saja.” Bunda Syaiba mengangguk. Ia tidak bisa menutupi rasa sedih dan kecewanya, karena itu segera mematikan sambungan telepon. “Ayo, ambil Grimlock di kamar Papa Kanzu,” ajak Saka bersemangat. “Iya…” ucap Bunda Syaiba sambil menurunkan cucunya dari pangkuan dan membawanya keluar kamar, meski saat sampai di tangga ternyata Sus Neta sudah membawa barang-barang yang diperlukan. Saka tampak tenang kembali ke tempat tidur. Ia mengenakan kaus kaki, memeluk robot dinosaurusnya, dan diselimuti dengan quilt dari kamar Kanaya. Suara petir bersahutan beberapa kali, namun Saka tidak lagi menangis. Ia hanya mendekut semakin rapat di balik selimut bersama robot Grimlock. “Kenapa?” tanya Bu Syaiba saat cucunya terlihat membuka mata lagi. “Lampunya dimatiin,” jawab Saka sambil tersenyum. Saka udah bobok pakai selimu

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   56. Anakku

    "Kanaya!" seru Satria begitu sadar dari pingsannya. Daffa yang duduk di sisi kiri tempat tidur menghela napas pendek. "Dia baik-baik saja. Ghea bersamanya." "Aku mau—" Daffa dengan mudah menahan bahu Satria, membuatnya kembali rebah di tempat tidur. "Dokter obgyn mengonfirmasi kehamilannya, sekitar lima sampai enam minggu kalau dilihat dari hasil USG. Kantong kehamilan dan embrionya sudah terlihat. Jadi ...." "Anakku," lirih Satria. Daffa sempat diam, lalu mengangguk pelan. Sahabatnya tampak tenang menerima situasi. "Mama sudah menelepon. Ghea tidak banyak cerita. Kamu beruntung, dokter memutuskan Kanaya harus bedrest minimal seminggu." Satria mengangguk. Itu berarti istrinya harus beristirahat hingga pulih. "Ghea dan Kanaya sudah video call dengan Saka. Dia terus bertanya kenapa kalian belum pulang. Untungnya, hujan deras. Jadi, bisa dibuat alasan. Mas Kanzu juga baru bisa berangkat besok, sepertinya." Satria menggeleng. "Kalau tidak bisa naik pesawat, dia akan n

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   55. Gila dan Bodoh

    RS Premier Surabaya Ghea dan Daffa sama-sama butuh tempat untuk duduk sekaligus menenangkan diri. Dua jam lalu, begitu mobil mereka tiba, Satria justru sedang membopong Kanaya keluar dari rumah, langsung masuk ke kursi belakang, meneriakkan perintah untuk pergi ke rumah sakit. Ghea langsung bertanya apa yang terjadi, namun Satria menyuruhnya diam dan sibuk menghubungi Sus Neta agar segera membawa Saka ke rumah mereka.. “Apa pun yang terjadi, Saka harus kembali padaku, mengerti?” Ghea agak bergidik mendengar seruan itu, ditambah Satria yang kemudian sibuk menghubungi dr. Jihan meminta rekomendasi dokter di Surabaya untuk menangani keadaan Kanaya. Dan di sinilah mereka sekarang, salah satu rumah sakit terbaik di kota Pahlawan. Kanaya menjalani pemeriksaan awal di IGD dan dipindahkan ke Presidential Room setelah dipastikan kondisinya stabil. Kini hanya tinggal menunggu waktu hingga ia sadar. “Kamu aja dulu, Sayang ... yang ajak ngomong,” ucap Daffa karena ponselnya mulai berdering-d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status