Share

AMBISI BISAWARNA
AMBISI BISAWARNA
Penulis: Sumadi Sragen

Itu Baru Pemanasan

Sosok tinggi besar itu menatap tajam ke depan. Dia enggan memperhatikan kesembilan anak panah yang baru saja ia lepaskan dari busurnya. Dia tahu betul bahwa kesembilan anak panah itu tepat mengenai sembilan pasang mata burung camar yang beterbangan di atas pantai. 

Hanya butuh waktu sepekan alias tujuh hari saja dia mengasah kemampuan memanahnya sehingga menjadi sehebat itu.

“Itu belum cukup hebat, Bisawarna.” Seru seseorang yang sudah tampak sepuh dari belakang sosok tersebut. 

Iya, Bisawarna lah sosok pemuda yang telah melepaskan sembilan anak panah dengan sekali tarikan dan semuanya tepat mengenai sasaran yang dituju: sepasang mata burung camar yang sedang terbang. Dan seorang tua yang meneriakinya itu adalah Resi Sabda Jati, ayahnya. 

“Seorang pendekar hebat tidak perlu boros menggunakan senjatanya untuk menghadapi musuh yang tidak berguna." lanjut Resi Sabda Jati. 

Bisawarna lalu membungkuk melakukan penghormatan kepada ayahnya. 

“Perhatikan orang tua ini memanah!” Resi Sabda Jati kemudian melepaskan busur panah yang ia kenakan di pundaknya lalu mengambil sebatang ranting yang tergeletak di dekatnya. 

Ranting itu ia gunakan sebagai anak panah. 

“Lihatlah sepuluh ekor burung camar yang terbang di sebelah kiri sana! Aku akan menghadap ke sana, membelakangi burung-burung itu dan melepaskan ranting ini dari busurku.”

Resi Sabda Jati kemudian membelakangi sepuluh ekor burung camar yang terbang itu sebagai sasaran panahnya. Menghadap ke belakang, tangan kiri Resi Sabda Jati memegang busur dan tangan kanannya menarik ranting patah sebagai anak panasnya. Perlahan tapi mantap, tarikan itu ia lepaskan. 

Jepret! 

Lima detik kemudian, anak panah dari ranting patah itu sempurna menusuk sepuluh pasang mata burung camar yang sedang terbang di atas pantai. 

“Begitulah cara seorang ksatria memanah.” Ucap Resi Sabda Jati sesaat kemudian. 

“Apa yang kamu lakukan tadi, bagiku …” Resi Sabda Jati menjeda kalimatnya.

Bisawarna yang awalnya menunduk, kini mengangkat kepalanya dan memandang ayahnya itu, penasaran dengan potongan kalimat selanjutnya.

“… itu baru pemanasan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status