Share

Status calon janda

Rianti sangat kaget saat tangannya di pegang oleh kakak iparnya.

"Kamu menjatuhkan kuncimu, nih" Didin memberikan kunci itu pada Rianti. Rianti langsung merebut kuncinya dari tangan Didin.

"Makasih bang." Ia berlari ke kamarnya. Entah mengapa dia takut sekali pada suami iparnya itu. Takut di lecehkan, mungkin karna sekarang dia banyak baca novel drama rumah tangga jadi sedikit berhati-hati.

'Aku akan berusaha mendekati Rianti, menawarkan diri sebagai kakak angkat dan sebagai tempat curhat, lalu membuat nyaman Rianti berada bersamaku, bila perlu ku ajak selingkuh balik buat balesin dendam ke Syarif. Sepertinya harus ganti istri apalagi kalo istrinya Rianti bakal bahagia seumur hidup kayaknya.' Batin Didin.

Rianti sudah tau akal bulus kakak iparnya, membaca novel rumah tangga ternyata cukup membuatnya parno, apalagi sampai ada cerita mertua memperk*sa menantu, adik ipar di perk*sa kakak ipar. Sebenarnya tadi ia takut terjadi hal buruk padanya.

'Sepertinya aku harus berpura-pura berbaikan dengan Mas Syarif untuk menghindari hal yang tak diinginkan, bagaimana kalau dia memintaku selingkuh dengannya untuk membalas dendam pada Mas Syarif'Batin Rianti.

Membayangkan saja dia sudah ngeri. Selain tampang Didin yang kurang tampan dari Syarif , Rianti juga tau sisi gelap kakak iparnya itu lebih buruk dari Syarif.

Rianti memutuskan untuk berpura-pura memaafkan Syarif. Rianti menunggu suaminya pulang sambil menonton tv, dan orang yang di tunggu-tunggu akhirnya datang.

"Kamu belum tidur Ri?" Tanya Syarif gugup. Dan merasa canggung.

"Belum ngantuk" Jawabnya ketus, tanpa melihat Syarif.

"Ri, maafin aku yah. Aku tahu aku salah, aku khilaf tolong maafin aku yah." Syarif bersimpuh di kaki Rianti. Tapi Rianti langsung mendorong suaminya.

"Gak usah gitu deh, lebay. Aku malah makin jijik liatnya" wanita berambut ikal itu mendelik pada suaminya

"Terus aku harus bagaimana agar kamu mau maafin aku?"

"Gak gimana-gimana sih, semua juga udah terjadi jadi udah lah." Syarif memeluk Rianti.

Perasaan Rianti saat ini sedang berkecamuk, dulu Syarif adalah lelaki yang sangat ia cintai di dunia ini, tapi sekarang rasa cinta itu telah bercampur dengan rasa benci. Rianti buru-buru melepaskan pelukan suaminya.

"Bagaimana keadaan Ammar?" Mengangkat kedua alis, lalu menyilangkan kedua tangan di atas perut

"Dia sekarang sudah jauh lebih baik." Jawab Syarif, pandangannya terus saja tertuju pada sang istri, walaupun sang istri sama sekali tak peduli.

"Syukurlah. hmm, aku baru sadar kalau nama panjang Ammar itu Syahil Ammar Abidzar. Syahil itu Syarif Hilda kan? ah romantis sekali kalian." Ejek Rianti. Sambil memanjangkan bibir bawahnya. Wanita berhidung mancung itu sebenarnya ingin menangis, tapi ia tak ingin terlihat lemah di depan suaminya.

"Ria, aku dan Hilda sudah tak ada hubungan apa-apa lagi sumpah. Dia langsung menghilang setelah menyerahkan Ammar padaku, percayalah." Syarif memegang tangan wanita berhidung mancung itu.

"Kamu fikir aku peduli, oh tidak." Menepis tangan sang suami lalu pergi ke dalam kamar.

'Setidaknya sekarang dia mau di ajak bicara' batin Syarif.

**

Setelah mendengar tak ada hubungan apa-apa lagi dari mulut suaminya, Rianti penasaran dengan Hilda sekarang.

Rianti mendatangi kontrakan yang dulu Hilda menyerahkan Ammar padanya. Dengan menaiki sepeda motor Rianti akhirnya sampai tujuan.

Dia mengetuk pintu kontrakan, sebenarnya Rianti bingung jika bertemu dengan Hilda, bingung harus berbuat apa haruskah langsung mencakarnya, menamparnya, menarik rambutnya atau hanya melabraknya dengan marah-marah.

Penghuni kontrakan membuka pintu, Rianti kaget kenapa yang keluar bukan Hilda.

"Cari siapa Mbak?" Tanya Febri

"Hilda, bukannya ia ngontrak disini." Ujar Rianti melihat sekeliling kontrakan

"Oh enggak, Mbak. Dia sudah pulang ke habitatnya. Kemarin terakhir dia memang sewa kontrakan ini pada saya dua juta setengah hari. Kalo boleh Mbak siapa Hilda?"

"Saya istri Syarif. Dia berselingkuh dengan suami saya." Febri mendengarnya langsung membuka mulutnya lebar-lebar lalu menutupnya dengan tangan, dan matanya langsung tak berkedip. Febri buru-buru menyuruh Rianti masuk.

Setelah di persilahkan duduk tanpa di minta Rianti menceritakan kisah rumah tangganya sampai kejadian terakhir yang menimpanya bersama Ammar. Febri merasa prihatin pada Rianti, sebagai wanita diapun tak rela jika di khianati.

Sebenarnya Febri tahu masalah Hilda, karna sebelum berpisah dengannya Hilda sudah menceritakan semuanya pada Febri. Febri fikir yang datang menanyakan Hilda adalah teman sesama simpanan Hilda, karna selain berteman dengannya Hilda juga punya geng wanita simpanan.

"Kamu bener gak punya kontak Hilda yang baru?" Tanya Rianti curiga Febri berbohong menyembunyikan Hilda.

"Bener Mbak sumpah, sepertinya dia sudah ganti nomor."

"Saya gak bakal apa-apain dia kok, saya cuma mau kasih tahu keadaan Ammar. Karna bagaimanapun Hilda kan ibu kandungnya." Kata Rianti tersenyum pada Febri

"Sumpah saya gak tahu dia di mana Mbak. Kalo dia kabari saya, janji deh saya kabari Mbak, sini mana no Mbak nya." Febri berusaha meyakinkan Rianti dan mereka pun bertukar kontak.

Setelah ngobrol cukup lama, Rianti berpamitan pulang pada Febri "Saya pegang janji kamu loh Feb." Rianti memberi peringatan pada Febri.

"Iya saya janji. Bila perlu saya bawa dan seret ke rumah anda tuh Si Hilda, hehe."

"Eyytt, itu tugas saya, kamu mah nanti nonton aja hehe" Rianti membalas guyonan Febri. Sambil memarkirkan motornya lalu pulang.

"Neng, dari mana aja kamu teh? ibu kira kamu kabur." Bu Aas sangat khawatir sekali pada menantunya.

"Dari luar Bu. Suntuk di kamar terus, Maaf tadi gak izin dulu, soalnya tadi Rianti lihat ibu sepertinya lagi tertidur pulas, gak enak kalo ngebangunin. Ibu sudah mendingan." Rianti merasa bersalah, mertuanya pasti mengkhawatirkannya.

"Iya ibu takut kamu kabur Neng, untung belum ngasih tau Syarif. Alhamdulillah ibu udah sembuh malah gara-gara di kompres kemarin sama Neng Rianti, Makasih yah." Bu Aas menggandeng Rianti masuk ke dalam rumah, sambil berbincang.

***

Tok...tok..tok.. "Rianti!..." "Rianti!..." Rianti kemudian membuka pintu kamarnya.

"Teh Mirna. Ngapain kesini?" Mirna menyelonong masuk ke kamar Rianti dan menutup pintunya.

"Sssttttt, jangan sampai ibu tau yah." Bisik Mirna sambil menempelkan telunjuk di bibirnya.

"Ada yang minta no kamu, banyak yang pasti orang gagah dan kaya semua."

"Hah?" Rianti heran mengeritkan dahi.

"Tuh, lihat banyak kan yang mau kenalan sama kamu." Mirna memperlihatkan banyak chat di aplikasi whatapp yang berjejer semuanya kebanyakan laki-laki. Rianti lalu merebut hp kakak iparnya dia terkejut dengan apa yang di lihatnya di status.

[Calon janda nih, senggol dong] di sisipkan Foto Rianti yang sepertinya Mirna curi dari aplikasi F, belum sempat Rianti menghapus status itu, seseorang membuka pintu kamar Riana.

Syarif datang dengan keadaan penuh amarah, tanpa bicara apapun Syarif menyeret kakaknya keluar.

"Aw...aw...aw...aw..." Mirna hanya meringis ke sakitan saat di seret Syarif. Syarif pun masuk kerumah kakaknya dan mendorong Mirna dengan keras.

"Apaan sih, sakit tau." Keluh Mirna mengusap-usap tangannya. Diam-diam Rianti membuntuti dari belakang dan diam di jendela menguping pembicaraan suami dan kakak iparnya.

"Maksudnya apa, maksudnya apa ini?" Bentak Syarif pada kakaknya sambil melempar hpnya ke kursi terlihat di sana status Mirna.

Mirna menyembunyikan status itu pada kakak-kakaknya, dan semua tetangga sementara ia lupa menyembunyikan pada Syarif, Mirna hanya diam seribu bahasa wajar saja Syarif marah.

"Cepat jawab, maksudnya apa." Bentak Syarif lagi kali ini mendorong Mirna hingga langsung duduk di kursi.

"Ya, enggak apa-apa iseng doang." Jawab Mirna dengan gugup.

"Sia fikir itu lucu hah? Sia fikir itu lucu?" Geram Syarif. Sia itu kamu dalam bahasa sunda kasar.

"Ada apa ini ribut-ribut,hah?" Didin keluar dari kamar karna merasa terganggu tidurnya. Syarif memperlihatkan status Mirna pada suaminya.

"Kelakuannya." Sambil menunjuk-nunjuk Mirna.

"Emang apa salahnya? Si Rianti kan emang sudah gak mau lagi sama kamu, kalau Si Rianti gak bunting dia pasti udah menggugat cerai kamu." Mirna sekarang berani angkat bicara karna ada Didin.

"Jaga mulut sia!" Jerit Syarif, ingin menyerang Mirna tapi di tahan oleh Didin.

"Udah-udah, Kamu. Ngapain sih ikut campur rumah tangga orang, ingat Rianti masih istrinya Syarif adikmu sendiri, jahat bener jadi saudara!" Bentak Didin. Sekarang Didin juga marah pada Mirna, Sebenarnya Didin marah karna jika semua orang tau Riana calon janda, otomatis peluang mendekatinya akan sulit.

"Suruh siapa selingkuh. Salah sendiri" Ejek Mirna

"Urusannya apa sama sia? Urusannya apa?" Bentak Syarif. Yang geram sekali andai tak ada Didin mungkin Mirna sudah dia cekik.

"Awas sekali lagi sia ikut campur rumah tangga aing, aing bunuh sia! tak peduli aing sama namanya saudarapun." Ancam Syarif sambil pergi meninggalkan rumah kakaknya. Aing adalah bahasa sunda kasarnya aku.

Rianti cepat-cepat pergi tak ingin ketahuan suaminya kalo ia tadi menguping.

"Seneng kamu kan? di promosiin seneng. Atau jangan-jangan kamu yang minta di promosiin sama Si Mirna." Tuduh Syarif pada istrinya.

"Apa? kakakmu saja yang setres enak aja main tuduh, lagian sorry yah gak di promosiin juga aku pasti laku. Sebelum nikah juga banyak kali yang lamar selain kamu, aku saja yang bodoh milih kamu." Ketus Rianti, lalu meninggalkan Syarif sendiri.

"Arrrrhhhhhh..." Raung Syarif sambil memukul-mukul tembok.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status