Share

ANAKKU PULANG SEPERTI PEMBANTU
ANAKKU PULANG SEPERTI PEMBANTU
Penulis: Rita Febriyeni

Part 1 Terkejut

ANAKKU PULANG SEPERTI PEMBANTU

Part 1 Terkejut

 

"Jadi putrimu pulang hari ini, Yun?" tanya Jeni, tetangga sekaligus sahabatku dari kecil.

 

"Iya, Jen. Ini sudah tahun ketiga semenjak Mila nikah, tapi baru lebaran sekarang ia pulang," jawabku senang sambil menenteng belanjaan dari warung. Ada ayam dan ikan lele. Sengaja masak enak menyambut putriku. Bahkan, aku hanya sekali bertemu cucu secara langsung, dan itu pun  berkunjung kala Mila melahirkan.

 

"Kamu tu beruntung punya mantu PNS, dari keluarga berada lagi. Beda ma anakku yang suaminya kuli bangunan. Untung Susi jual gorengan di pasar hingga bisa bantu suaminya kalau tak ada proyek."

 

Mila putriku satu-satunya yang menikah dengan anak keluarga berada di kampung sebelah. Mertuanya punya toko jamu di Bekasi hingga rumah mereka di kampung  hanya dikontrakkan saja selama ini. Karena musibah toko mereka terbakar, lebaran ini mereka balik kampung, pun suami Mila yang disetujui mutasi balik kampung. 

 

Alhamdulillah aku bisa bertemu putriku lagi setiap hari.

 

---

 

Semua masakan sudah terhidang. Rendang, goreng lele dan opor ayam. Bahkan seprai di kamar Mila sudah diganti dengan yang baru. Tak mungkin aku menyambut menantu dengan seprai robek. Tak sabaran ingin bertemu anak dan cucu.

 

Biar rumah ini kecil, yang penting nyaman dengan halaman yang dijadikan ladang sayur. Lumayan bisa dijual buat nambah bayar listrik. Di samping rumah juga ada kolam ikan. Inilah caraku memanfaatkan kelebihan tanah biar bisa dijadikan uang.

 

Dengan membiarkan pintu terbuka lebar, aku menunggu putriku. Sambilan menunggu, aku buat dendeng kering di dapur untuk dijual. Ini namanya memanfaatkan waktu. Cita-citaku ingin umrah dan ikut kurban tahun depan. Menabung sedikit-sedikit, Insya Allah bisa tercapai.

 

Tok tok tok!

 

"Assalamualaikum, Bu!"

 

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Aku berlari keluar menyambut Mila. Meski belum melihat siapa yang datang, aku yakin itu anakku. Tak mungkin aku lupa suara anak yang keluar dari rahimku.

 

Akan tetapi, aku terdiam melihat sosok depan pintu. Bahkan mengucek mata meyakinkah siapa yang dilihat. Ternyata ....

 

"Ka-kamu anakku Mila kan?" Aku menatap wanita muda berkulit kusam di depanku ini. Ia menenteng tas kecil, berpakaian lusuh. Bahkan kain lap di dapurku lebih bagus warnanya ketimbang pakaiannya kini.

 

"Ibu kok bisa lupa sama aku?" Lalu ia mendekat dan mencium punggung tanganku.

 

"Ya Allah, kamu benaran Mila putriku." Aku langsung memeluknya. Rasanya aku tak percaya melihat anakku seperti ini.

 

Ya Tuhan, kenapa anakku pulang seperti pembantu? Pakaiannya lusuh. Mana kulit kuning langsat terawat kala masih bersamaku? Anakku satu-satunya yang dibesarkan dengan kasih sayang meski kondisiku hanya janda penjual daging di pasar. Aku kira dengan punya menantu PNS dan dari keluarga berada bisa membuat Mila lebih, namun kenyataanya, ia seperti hidup sengsara walau tidak bercerita. 

 

"Mana anakmu?" Kulihat ia datang sendirian, bahkan suaminya tidak terlihat.

 

"Gibran, Gibran udah meninggal, Bu ...." Tangis Mila pecah seketika.

 

Apa yang terjadi pada putriku selama menikah? Dan kenapa aku tak diberi kabar tentang meninggalnya cucuku? Jika mereka melakukan hal buruk pada Mila, bukan Yuni namaku kalau tidak bertindak. Biar aku janda, bukan berarti takut. Kapan perlu kucincang mereka seperti daging jualanku.

 

 

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
pasti disiksa sm mertua dan keluarga nya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status