Tidak lama kemudian, May datang dengan membawa dua mangkuk berisi sop ayam.
"Ini makanlah. Aku mau mengambil nasi dulu." Ujarnya.
"Aku akan menunggumu, kita makan bersama."
"Baiklah kalau itu maumu."
May kembali ke dapur untuk mengambil nasi dan aku menunggunya di ruang makan.
"Ini nasinya. Ayo makan." Ajaknya.
"Ayooo, aku sudah lapar." Ujarku terkekeh.
Aku mulai menyuapkan sesendok sop ayam ke dalam mulutku dan rasanya luar biasa lezat. Aku sangat menyukainya.
"May, ini lezat sekali. Aku suka." Ucapku girang.
"Kalau kau suka, habiskan." May tersenyum ke arahku.
"Pasti."
Aku menyantap sop ayam itu dengan lahap sampai habis tak tersisa. Setelah selesai makan sop ayam, aku melihat May kembali ke dapur lagi dan membawa sesuatu dari kulkas.
"Apa itu, May?" Tanyaku begitu May duduk kembali.
"Dessert."
"Dessert? Makanan?"
"Iya, rasanya manis. Aku punya es krim. Ini, makanlah." May memberiku makanan yang katanya manis itu.
Aku menerimanya dan mulai memakannya, rasanya manis dan dingin. Enak sekali. Aku lebih menyukainya daripada sop ayam dan obat pahit tadi.
"Manis. Enak sekali. Ini rasa apa?" Aku sangat antusias.
"Itu rasa vanila, aku senang kau menyukainya." Ujarnya tersenyum.
"Apapun yang kau berikan pasti aku menyukainya."
"Kau ini, kau mengingatkanku pada Kak Tan."
"Aku tidak bermaksud membuatmu sedih, May." Ucapku lesu.
"Tidak apa-apa, aku tidak sedih. Aku hanya teringat Kak Tan."
"May?" Panggilku.
"Apa?"
"Aku minta maaf karena tidak bisa membantumu untuk bertemu Tan lagi."
"Kau tidak perlu meminta maaf, lagian itu juga bukan tugasmu. Tadi kau sudah membantuku dari dua orang lelaki brengsek itu."
"Terimakasih."
"Aku yang harusnya berterima kasih padamu, Ares."
"Hm baiklah, sama-sama."
Begitulah, hari demi hari kulewati untuk menemani May menjalani hidupnya setelah kepergian Tan. Sampai saat ini tepat 2 bulan dan aku tidak bisa mendatangkan Tan untuk May.
Sekarang aku berada di kamar Tan, setelah makan malam dan mengobrol seperti biasa tadi aku merasa lelah. Aku kasihan melihat May seperti itu. Setiap hari, aku selalu berdoa untuk May. Semoga saja Tuhan mendengarku, aku ingin Tan bertemu May walaupun tidak dengan wujud seperti dulu.
"Tuhan, bantulah hambamu ini. Pertemukan Tan dengan May lagi. Aku tahu itu tidak mungkin. Aku tidak meminta Tan hidup kembali, aku ingin Tan mendatangi May walaupun tidak dengan wujud seperti dulu. Tuhan, utuslah malaikatmu untuk membantu May. Aamiin."
Setelah selesai dengan doaku setiap malam, aku pun memutuskan untuk tidur. Namun, tiba-tiba ada sesuatu mengejutkanku. Aku sangat terkejut melihatnya. Aku melihat malaikat di depanku.
"Lama tidak bertemu, Ares." Sapanya.
"Kau? Michael?"
"Iya, aku Michael."
"Sedang apa kau di sini?" Tanyaku bingung.
"Aku sedang membantumu." Jawabnya.
"Membantuku? Membantu apa?"
"Menjawab doamu setiap malam untuk May."
"APA?! Bagaimana bisa?!" Aku terkejut.
"Tentu saja, kau lupa siapa aku?"
"Tentu saja tidak, malaikat tidak pernah lupa."
"Itu kau tahu."
"Lalu, kenapa kau mendatangiku?" Tanyaku.
"Aku akan membantumu kembali ke surga."
"Untuk saat ini sepertinya aku belum ingin kembali, Aku masih ingin tetap di sini menemani May."
"Jika kau terlalu lama di sini, kau akan menjadi manusia nanti."
"Beri aku waktu, Michael."
"Baiklah, terserah kau saja."
"Oh iya, kau tidak ingin ke kamar May?" Tanyanya padaku.
"Untuk apa aku ke sa-" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, aku sudah teringat sesuatu.
Aku berlari ke kamar May, meninggalkan Michael sendirian di kamar Tan.
"Ares, Kau meninggalkanku!" Teriak Michael yang berhasil mengejarku.
"Aku minta maaf." Kataku dan terus berjalan ke arah kamar May.
Sampai di depan pintu kamar May, aku mengetuk pintunya, dan tidak mendapatkan jawaban sama sekali.
"May?" Panggilku.
"Mungkin dia sedang terkejut." Celetuk Michael.
"Ini semua karenamu, tentu saja dia pasti terkejut."
"Aku hanya menjalankan perintah dan menjawab doamu."
Aku tidak mempedulikan Michael aku terus mengetuk pintu kamar May dan memanggil namanya. Masih tidak ada jawaban, aku pun membuka pintu ternyata pintunya tidak dikunci. Aku melihat May berdiri diam ditempatnya, tidak bergeming sekali pun. Aku masuk diikuti Michael di belakangku, aku berdiri di samping May, dan betapa terkejutnya aku melihat apa yang ada di depanku saat ini.
"Sudah kuduga dia pasti terkejut. Ini kan yang kamu inginkan, Ares?" Tanya Michael memecah keheningan.
"Bagaimana bisa?" Aku masih tidak percaya.
"Aku juga malaikat, Ares. Kau juga tahu apa tugasku. Sekarang, tugasmu hanya berterima kasih pada Tuhan."
"Terimakasih Tuhan."
Aku masih tidak percaya apa yang kulihat. Michael benar-benar melakukannya, Tuhan telah mengabulkan doaku dengan mengirim Michael.
"Ares?" Akhirnya May bersuara.
"May?" Sahutku.
"Apa kau melihatnya?" Tanyanya, matanya tidak berkedip sama sekali.
"Aku melihatnya, May."
Aku dan May masih tidak percaya dan tanpa ku sadari Michael sudah pergi. Dia pergi tanpa pamit denganku terlebih dahulu.
"Hai Ares, aku senang melihatmu secara langsung. Apa kau juga senang melihatku?"
.
.
.
To Be Continue...
Kecelakaan yang tak di sengaja menimpaku beberapa saat lalu, aku tidak menyangka akan mengalami kecelakaan dan harus meninggalkan adik kesayanganku sendirian. Tapi, tidak lama setelah aku pergi. Aku senang dan merasa aman, setelah seseorang datang menemani May. Aku Tan, kakak May. Aku senang ketika Ares tak sengaja bertemu May. Dia malaikat yang baik, baik sekali. Aku tidak menduga, sekarang aku berwujud seperti ini. Michael, malaikat maut itu membantuku kembali bertemu May. Ternyata, setelah aku kembali aku membuat May dan Ares sangat terkejut."Apa kau merindukanku?" Tanyaku pada May begitu May masuk kamarnya. Michael sengaja membawaku ke kamar May.May sangat terkejut begitu melihatku, dia tidak bergeming dan tidak menjawab pertanyaanku."May?" Panggilku, aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan mukanya."Apa kau baik-baik saja?""Pasti kau merindukanku, kan?"
Tan duduk di ruang tengah, termenung sendirian. Dia memikirkan banyak hal yang belum diselesaikannya. Kecelakaan itu memang terjadi tak sengaja, namun sebelum itu Tan sedang menyelidiki sesuatu yang menurutnya penting. Penyebab hilangnya dan kematian Sin, sepupunya. Ternyata, setelah Tan menyelidiki lebih dalam, Sin tidak kecelakaan atau bunuh diri. Sin meninggal sebulan sebelum Tan dan polisi mengatakan dia kecelakaan sendiri atau lebih tepatnya bunuh diri. Polisi memang mengatakan itu, tetapi Tan merasakan ada kejanggalan dalam kematian Sin, karena Sin sempat hilang saat itu. May tidak tahu jika selama ini Tan menyelidiki semuanya."Mungkin sekarang May harus tahu semuanya," lirih Tan. "Aku sudah terlalu lama menyembunyikan semua ini dan ini kesempatanku untuk memberitahunya," sambungnya."Sekarang aku harus apa? Apakah hantu juga tidur? Aku bingung sekali."Tan bingung harus melakukan apa saat ini, tiba-tiba tercetus ide untuk mencari sesuatu yang selama ini
Tan's POVPagi pun tiba, seperti yang sudah aku bicarakan dengan Ares semalam, saat ini aku, May, dan juga Ares duduk di ruang tengah untuk membicarakan tentang Sin."Jadi, apa yang ingin kakak bicarakan padaku?" tanya May."Ini tentang Sin.""Sin? Ada apa dengannya?""Sin meninggal bukan karena bunuh diri, May," sahut Ares."Maksudnya? Aku tidak mengerti.""Benar, Sin meninggal bukan karena bunuh diri. Dia dibunuh, May. Sin dibunuh," jelasku."APA?" May terkejut. "Siapa yang tega membunuh Sin," ujar May dan dia menangis."Apa kau mengenal Sam?" tanya Ares sambil menenangkan May."Sam? Aku sama sekali tidak mengenalnya.""Apa Sin tidak pernah bercerita tentang orang itu?" tanyaku."Tidak, dia tidak menceritakan apapun kepadaku. Hanya t
Setelah mengambil buku diary dan kotak-kotak yang entah isinya apa, Tan pun keluar dari kamar Sin dan menghampiri May juga Ares di ruang tengah."Bagaimana apa kau mendapat sesuatu?" tanya Ares."Buku diary dan beberapa kotak, mungkin bisa membantu," jawab Tan."Baiklah, mari kita lihat," ajak Ares."Bagaimana kalau kita mulai dari buku diary Sin? Biar aku yang membacanya," usul May dan mereka mengangguk tanda setuju.May mulai membuka buku diary berwarna biru langit itu. Di dalamnya ada gambar-gambar unik dan lucu, juga stiker bergambar kucing. Sin sangat menyukai kucing. May mulai membaca setiap halamannya."Aku sangat bahagia memiliki saudara yang menyayangiku, aku beruntung memiliki Kak Tan dan May."- 20 Februari 2021Tan dan May berusaha untuk menahan air matanya, mereka selalu ingat betapa bahagianya Sin saat bersama mereka be
Ares's POVSepertinya cinta memang datang padaku, tapi apa malaikat boleh merasakan jatuh cinta? Sepertinya tidak, malaikat tidak memiliki perasaan itu.Aku masih duduk di sini bersama May dan juga Tan, kami masih membaca buku diary Sin. Banyak hal-hal aneh terjadi setelah Sin mengenal Sam. Apa mungkin cinta membutakan segalanya?Aku tahu Sam, Sam bukan orang yang seperti Sin pikirkan. Aku memang tidak memberitahu May dan Tan tentang siapa Sam. Tapi, walaupun Sam memang orang yang mungkin kurang baik. Sam begitu karena dia takut, dia memiliki masa lalu yang buruk. Sam hanya ingin dicintai, tapi tidak untuk mencintai."Bagaimana rasanya mencintai dan dicintai seseorang?" tanyaku pada May dan Tan.Aku menatap lurus ke depan, aku tidak mengerti tentang semua itu. Aku hidup tanpa perasaan, aku tidak tahu cinta seperti apa. Bahkan, aku tidak mengerti apa-apa."Bahagia, sakit, dan tentu saja sedih," jawab Tan."Kenapa begitu?" tanyaku.
"Memangnya kau mencintai siapa, Ares?" tanya May."Sudahlah, May. Biarkan Ares menenangkan hati dan pikirannya dahulu. Jika, dia sudah siap, dia pasti akan menceritakan semuanya ke kita," sahut Tan."Iya, aku pasti akan menceritakannya dan akan mengungkapkannya," kata Ares mengiyakan."Benar juga, ya sudahlah. Sekarang, kita lanjutkan membaca diary Sin." May mengikuti kata Tan dan Ares."Sampai dimana kita tadi? Ares membuat kita melupakan semuanya," canda Tan."Ya aku minta maaf, aku sangat penasaran tadi. Kalau tidak salah, kita sudah membaca sampai memiliki perasaan yang sama, dan aku pikir mereka saling mencintai," ujar Ares."Oke, aku akan melanjutkannya," sahut May."Hari-hariku menyenangkan."- 28 Maret 2021"Sin bahagia bersama Sam," celetuk May."Mereka tidak sepenuhnya bahagia, ada
"Apa kau merindukanku?"Kalimat itu terus berputar di kepala May. Saat ini, dia sudah bersama Ares dan Tan lagi."May, apa ada sesuatu? Kau sedari tadi diam saja, jangan membuat kakak khawatir," tanya Tan khawatir."Aku tadi tidak sengaja bertemu dengan seseorang," jawab May lirih."Siapa? Apa dia orang jahat?" tanya Ares ikut khawatir."Tidak, aku bertemu Mike," jawab May."Mike? Mantan kamu?" tanya Tan memastikan."Iya, Kak. Aku tidak sengaja bertemu dengannya di jalan," jawab May."Mantan? May pernah mencintainya?" Ares bingung."Iya, May sangat mencintainya," jawab Tan."Lalu, kenapa mereka berpisah?" tanya Ares."Mike dijodohkan, dia juga tidak memperjuangkan hubungannya dengan May," jawab Tan sedikit kesal."Oh begitu, apa kau ma
"May, apa yang kau pikirkan? Kau tega membuka jati diri Ares yang sebenarnya," ujar Tan, dia tidak mengerti apa yang ada dipikiran May."Aku tidak tahu, bahkan aku tidak merasa mengatakan siapa jati diri Ares yang sesungguhnya," kata May.May benar, dia seperti kehilangan ingatannya. Dia tidak ingat apapun yang dia katakan pada Mike."Kau tidak ingat? Bahkan kau mengatakan bahwa kau hanya kasihan dengan Ares dan menampung dia di sini," jelas Tan."Aku mengatakan itu?" tanya May bingung."Ada apa denganmu, May? Kau tidak ingat semuanya atau kau hanya pura-pura tidak ingat apa yang kau katakan tadi?" Tan tidak mengerti apa yang salah dengan adiknya itu."Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi denganku, Kak. Aku tidak ingat apa-apa, aku hanya ingat kalau aku membukakan pintu untuk Mike, setelah itu aku tidak ingat apa-apa," jelas May, dia tampak bingung.