Share

Bab 5

"Rama, tolong ajak Anin berangkat sekolah bareng kamu ya, Papa ngantor agak siang.."

Aku mengangguk saja saat sarapan tadi Papa memintaku demikian. Sejujurnya suasana hati ini masih suntuk, marah tak tersalurkan pada orang tuaku setelah mengetahui fakta keterlibatan mereka pada takdir antara aku, Riri, dan kak Ranu. Entah mengapa tiba-tiba saja kesempatan untuk bisa berdekatan dengan Anin menjadi hiburan tersendiri. Aneh memang.

Di dalam mobil, sesekali kulihat Anin berusaha menarik-narik ujung roknya untuk menutup paha. Padahal bagian itu sudah tertindih tasnya. Sebegitu khawatirnya bocah itu akan nafsuku.

"Nin, berapa usiamu?"

Dia terdiam bahkan membuang muka ke jendela. Aku tersenyum santai. Melihat tingkah Anin yang begini, rasanya lucu saja mengingat Riri sempat menuduhku menginginkan bocah lugu ini. Konyol.

"Nin, kamu harus menganggap tidak pernah terjadi apapun di antara kita. Mari jalin hubungan seperti s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status