Share

ARABELLA
ARABELLA
Penulis: nabilajihan

Hampir dilecehkan

"Aku nggak sabar, Ra. Semoga kita dapat nilai yang memuaskan, ya" ucap Reisya

"Iya, semoga" Ara sangat khawatir. Takut takut nilainya tidak memuaskan

"Ya Allah, tolong. Semoga nilaiku memuaskan" batinnya

Kini mereka sedang menunggu hasil raport keluar. Setelah ini, mereka akan naik ke kelas 12.

"Dan peringkat pertama, diberikan kepada...."

"Arabella Dhivanya dari kelas 11 IPS 1" ujar sang mc

Senang bukan kepalang Ara rasakan. Ara menarik napasnya pelan. Dia sangat lega. Tidak sia sia hasil belajarnya selama ini.

"Selamat ya, Ara. Aku bangga deh sama kamu" ucap Reisya sambil memeluk Ara

"Sama sama, aku juga bangga sama kamu"

Setelah menerima piala dan beberapa penghargaan, kini mereka sudah diperbolehkan pulang

"Ara, kamu mau aku antar pulang atau gimana?" Tanya Reisya

"Aku pulang sendiri aja deh. Lagian juga ini belum terlalu sore" jawab Ara karena ia tidak ingin merepotkan sahabatnya itu

"Beneran?" Tanya Reisya lagi memastikan

"Iya, Sya. Udah sana. Kasian supir kamu udah nungguin"

"Yaudah, hati hati ya, Ra."

"Iya, kamu juga"

Setelah kepergian mobil Reisya, Ara pun berjalan menuju rumahnya. Jarak dari sekolah ke rumah pun tidak terlampau jauh. Hanya sekitar 10 menit jika berjalan kaki

"Assalammualaikum, Ara pulang"

Ara memasuki rumahnya. Rumah yang penuh berbagai macam kenangan indah yang sayangnya hanya bisa ia ingat saja tanpa bisa ia ulangi kembali

"Gimana? Bagus nilainya?" Tanya Evan, Ayah Ara

"Alhamdulillah, Yah. Ara dapet ranking 1 lagi"

"Bagus kalau begitu" ucap Evan sambil menepuk pelan kepala Ara. Perlakuan yang sangat jarang Ara dapatkan akhir akhir ini

"Ayaaaahh" teriak seseorang dari luar

"Waahhh, kamu habis menang banyak ya?" Evan langsung pergi dari hadapan Ara dan menghampiri Ameyra. Siapakah Ameyra itu?

"Iya, dong. Meyra habis menang olimpiade matematika yang kemarin. Terus juga Meyra menang lomba bahasa inggris"

"Walaupun Mey nggak ranking satu, tapi Mey bisa menang lomba" ujarnya sambil melirik ke arah Ara

"Jadi, ranking berapa?" Tanya Evan

"Ranking 3"

"Itu sudah bagus. Dimana mama?"

"Mama ada urusan dengan teman arisannya, Yah"

"Yasudah. Kamu masuk ke kamar dan bersih bersih ya"

Ara yang melihat interaksi antara Ameyra dan Ayahnya itu pun tersenyum sendu. Kenapa ayahnya tidak seramah saat bersama Ameyra? Kenapa saat berbicara dengan Ara, dia tidak pernah tersenyum ataupun berbicara panjang lebar seperti tadi bersama Ameyra?

Ara harus kuat. Ara pun segera pergi ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya itu

"Ara kangen sama bunda" gumamnya lalu tanpa sadar air matanya jatuh

Ara memejamkan matanya sejenak. Sekelebat bayangan tentang bundanya terlihat jelas disana. Dia yang sedang bercanda dengan bunda, dia yang sedang belajar masak bersama bunda, dan masih banyak lagi

Sampai akhirnya beberapa menit kemudian Ara masuk ke dalam alam mimpi

🥀🥀

Ara terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 6. Lama sekali dia tidur, pikirnya

Dengan segera, Ara memutuskan untuk bangun dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekaligus mengambil wudhu

Saat Ara melipat sajadahnya, terdengar suara pintu kamar diketuk

Tok tok tok

"Iya, sebentar"

Ceklek

Terlihat Evan dan Ameyra yang sudah rapi berdiri di sana

"Loh, Ayah sama Meyra mau kemana?" Tanya Ara penasaran

"Ayah sama Meyra mau ke cafe, kamu mau ikut?" Ajak Evan

Ara berpikir sejenak. Tumben sekali dia diajak, tapi yasudah lah. Jarang jarang sekali dia diajak pergi bersama

"Ara ikut" jawabnya final

"Baiklah, ayah tunggu dibawah"

Ara segera mencari dress yang ada di lemarinya, lalu memakainya. Tak lupa juga memberikan sedikit polesan natural di wajahnya

Satu kata untuk Ara, perfect. Dress berwarna navy, rambut yang digerai membuat kecantikannya bertambah berkali kali lipat

Ara turun dari kamar dan terlihat ayah, mama dan Ameyra sudah duduk di sofa menunggunya

"Cepat, kita sudah hampir telat" ucap Evan lalu keluar untuk mengambil mobil

Mereka pun berangkat ke cafe yang akan dituju

Senang sekali, Ara hari ini. Mendapat perlakuan baik dari keluarganya, bahkan diajak ke cafe untuk makan malam

"Selamat malam, maaf saya telat" ucap seseorang yang baru datang

Kening Ara berkerut. Ara pikir ini hanya acara makan makan keluarga, ternyata ada orang lain juga

"Silahkan duduk, pak Edwin" ujar Evan

"Kenalkan ini pak Edwin, teman kantor ayah"

Mereka pun salaman satu persatu kepada pak Edwin, begitupun dengan Ara

Selama makan malam kali ini, Ara merasa risih karena sedari tadi pak Edwin terus saja memperhatikannya. Sampai akhirnya makan malam pun selesai, dan keluarga Ara pamit untuk pulang

"Bagaimana kalau Ara pulang saja sama saya?" Ucap pak Edwin membuat Ara kaget

"Wahh, ide yang bagus. Silahkan, boleh saja" ujar Winda, mama Ara

Hah? Apa ini maksudnya? Tidak tidak. Ara tidak mau pulang bersama pak Edwin

"Ara nggak mau, Ayah" rengeknya kepada sang ayah

"Tidak usah membantah. Cepat ikuti pak Edwin" tegas sang ayah membuat Ara hanya bisa pasrah lalu mengikuti pak Edwin untuk keluar dari cafe

Selama di perjalanan, Ara diam saja. Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang berbicara satu sama lain

Lalu mata Ara membulat sempurna ketika mobil pak Edwin melewati jalan menuju rumahnya

"Pak, kita ini mau kemana?" Tanya Ara agak sedikit was was

Bukannya menjawab, Pak Edwin malah meletakkan tangannya di paha Ara membuat Ara tersentak kaget

"Ehmm, pak, maaf. Tangan anda tidak sopan"

"Tidak apa" tangan pak Edwin semakin menjadi jadi. Dia menyingkap dress Ara sebatas paha lalu mengelusnya

Ara mencoba menyingkirkan tangan pak Edwin namun tenaganya tidak cukup kuat

"Pak, bapak jangan semena mena sama saya" ucapnya sedikit berteriak

"BISA DIAM TIDAK" bentak Pak Edwin membuat Ara terdiam. Ara semakin takut tak kala melihat mobil pak Edwin memasuki area....hotel?

"Aaaaaa.. tidak tidak. Apa aku mau diperkosa oleh pak Edwin? Ya Allah, tolong Ara" batinnya

"Turun. Cepat turun" ujar pak Edwin yang langsung dituruti oleh Ara

Saat Ara turun, pak Edwin belum turun yang artinya Ara bisa kabur kapan saja. Dengan segera Ara berlari keluar hotel dan sampai di pinggir jalan raya yang cukup ramai. Sesekali Ara melihat ke arah belakang takut takut pak Edwin mengejarnya

Pak Edwin yang melihat Ara tidak ada di luar langsung panik. Dimana Ara? Dengan cepat, pak Edwin segera menghidupkan mobilnya kembali untuk mencari Ara

Ara sudah berjalan sekitar 15 menit namun bukannya sampai di rumahnya, ia malah tersesat. Handphone kedua orang tuanya pun tidak dapat dihubungi, lalu bagaimana dia sekarang?

Tin tin

Suara klakson mobil terdengar, dan berhentilah mobil tepat di depan Ara. Ara sangat takut. Saat ingin berlari, seseorang memanggilnya membuat ia menghentikan langkahnya dan berbalik

"Ara," ucap orang tersebut

"Syaa." Ara berlari memeluk sahabatnya itu. Untung saja ada Reisya disini, kalau tidak, pasti dia tidak akan bisa menemukan jalan pulang

"Kamu nggak kenapa napa kan?," tanya Reisya cemas

"Ng---"

Ucapan Ara terpotong ketika melihat mobil pak Edwin menuju ke arahnya.

"Re Reisya tolongin aku." Ara bersembunyi di balik badan Reisya

"Ayo masuk mobil, kamu cerita sama aku." Reisya mengajak Ara untuk masuk ke dalam mobilnya

Ketika di dalam mobil, Ara melihat mobil pak Edwin sudah jalan lebih dulu ke depan. Ara sedikit lebih tenang

"Tenang, Ra. Nanti kamu bisa cerita sama aku," ucap Reisya berusaha menenangkan Ara

Sesampainya di rumah Reisya, Ara membersihkan diri dan meminjam baju Reisya.

"Udah bisa cerita sekarang?," tanya Reisya membuat Ara menghela napas lalu mengangguk.

"Jadi..."

Ara menceritakan kejadian yang terjadi padanya tadi. Dimulai dari awal pertama pertemuannya dengan Pak Edwin di cafe, hingga kejadian di mobil dan saat mereka berada di hotel

"Astagaa...aku nggak nyangka. Untung aja kamu masih nggak di apa apain sama pak itu." Reisya memeluk Ara. Terlihat semburat kekhawatiran di wajahnya membuat Ara tersenyum

"Aku nggak apa apa. Makasih udah datang di waktu yang tepat," ujar Ara sambil memeluk kembali Reisya. Sahabatnya ini selalu ada ketika ia butuh, mereka sudah bersahabat hampir 6 tahun. Jadi wajar saja mereka seakrab ini.

"Kamu tidur di sini atau tidur di kamar sebelah?," tanya Reisya

"Di sini aja deh. Aku masih nggak nyaman kalau tidur di kamar sebelah"

"Yaudah, ayo. Besok kita sekolah. Kamu pakai baju aku aja. Aku ada dua baju seragam kok," ujar Reisya membuat Ara tersenyum

Mereka pun tertidur

"Eh, Ara. Apa kabar?," tanya mama Reisya ramah

"Alhamdulillah baik, Tante."

"Jangan sungkan sungkan buat main kesini ya, anggapa aja rumah sendiri," ujar mama Reisya membuat Ara tersenyum. Ara merasakan kembali hangatnya kekeluargaan. Mirip sekali dengan keadaan keluarganya beberapa tahun lalu

________________

Mereka sudah sampai di sekolah diantar oleh supir pribadi Reisya tadi. Ara melihat Reisya diperlakukan seperti ratu oleh kedua orangtuanya. Berbeda sekali dengan Ara. Ah, harusnya dia bersyukur masih diberi kenyamanan.

Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan akhir semester dan selanjutnya mereka akan masuk semester baru di kelas 12, dan yang pasti mereka akan sangat sibuk

"Nanti kamu masih nginap di rumah aku atau pulang?" tanya Reisya saat mereka akan menuju kantin. Sekarang free class jadi mereka bebas akan kemana saja.

"Pulang aja, aku takut dimarahin Ayah," ujar Ara membuat Reisya mengangguk.

"Nanti aku antar pulang, oke?"

"Oke deh"

Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju kantin sambil sesekali tertawa

Sekarang Ara sudah sampai di rumah setelah tadi diantar oleh supir Reisya. Ketika ditawari mampir, Reisya menolak. Jadinya Ara tidak akan memaksa

"Assalamualaikum"

Praaangggg...

"Awhh, ayah...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status