Home / Lainnya / ARABELLA / Berbaikan?

Share

Berbaikan?

Author: nabilajihan
last update Last Updated: 2021-08-26 14:43:49

Praaangggg

"Awhh...ayah...." Ara terduduk di lantai karena kakinya terkena pecahan vas yang dilemparkan ayahnya itu

"Kamu dari mana saja hah? Bukannya pulang malah keluyuran. Kamu sudah tidak mau tinggal disini lagi?" bentak Evan

"A-ayah ta-tadi malem i-itu---

"Pasti dia mau ngeles yah. Ngaku kamu! Tadi malam kamu ke hotel kan sama pak Edwin," ucap Winda membuat Evan melotot

"Kamu dibawa ke hotel?" teriak sang ayah membuat Ara gelagapan sendiri

"Tapi Ara berhasil kabur, Yah," ucap Ara yang sebenarnya.

"Lalu kenapa kamu tidak pulang? Hah? Kamu tidak mau tinggal disini lagi? Atau kamu malu karena kamu sudah bukan gadis lagi?" Winda memanas manasi keadaan. Memang ibu tirinya itu selalu menyudutkannya

"Nggak, Ma. Tadi A-Ara ada di rumah Reisya. Ta-tadi malem Ara berhasil ka-kabur" jawab Ara dengan suara bergetar. Ia tidak salah apa apa tapi kenapa mamanya itu selalu menyudutkannya dengan hal yang tidak tidak membuat ayah semakin marah.

"Kamu ikut ayah" Evan menarik Ara paksa dan membawanya ke jalanan depan. Di dudukkannya Ara di tengah tengah sana, lalu Evan kembali dengan membawa selang air.

"Ayah, maafin Ara" tangis Ara pecah ketika ia mulai disiram air oleh Evan.

"Ayahh, A-Ara nggak salah apa apa"

"Hiksss"

"A ayahh udahh, maafin Ara"

Evan semakin menjadi jadi. Bukannya menghentikan perbuatannya itu, Evan malah semakin menyiramkan airnya membuat tubuh Ara menggigil

Tetangga pun hanya bisa mengintip dari dalam pagar mereka masing masing saja. Mereka kasihan dengan Ara karena selalu dipermalukan seperti itu, padahal jelas jelas mereka tau Ara adalah anak yang baik

Setelah hampir setengah jam Ara disiram layaknya tanaman oleh Evan, Ara ditinggalkan begitu saja dan dikuncikan pagar oleh Evan

"Ayaaahhh, jangan kunciin Ara. Maafin Ara, ayah" tangis Ara sambil memukul mukul pagar berharap ayahnya membukakan pintu

"Ayaaahhh, Ara nggak lagi bikin ayah marah. Ayaah maafin Ara" mohonnya tapi sama sekali tidak direspon oleh sang ayah

Ara terduduk lesu sambil bersandar di pagar. Rasa pusing mulai muncul dan yang pastinya tubuh Ara kini menggigil kedinginan.

Hari sudah mulai sore, sebentar lagi sudah masuk waktu Maghrib namun ayahnya tak kunjung membukakan pintu, bahkan tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya

Hingga tibalah tetangga depan yang baru saja pulang dari kantor

"Ara" teriak Bu Andin, tetangga depan Ara

"B-b-buu" jawab Ara seraya menggigil

"Ya Allah kamu kenapa?" tanya Bu Andin yang mulai khawatir terhadap Ara

Ara menggeleng membuat Bu Andin semakin kasihan. Beliau pun mengajak Ara untuk ke rumahnya agar bisa menghangatkan diri. Saat akan memasuki pagar rumah Bu Andin, suara ayah terdengar

"Mau anda bawa kemana anak saya?" ucap Evan yang baru saja keluar dari rumahnya

"Bapak, mohon maaf. Kenapa anaknya dibiarkan sampai Maghrib begini di luar rumah dengan keadaan basah kuyup?" tanya Bu Andin membuat Evan berdecih

"Bukan urusan anda. Jadi anda tidak perlu ikut campur," jawabnya tegas lalu menoleh ke arah Ara yang berada di samping Bu Andin

"Pulang" Evan menarik paksa tangan Ara membuat Ara meringis

"Makasih Bu Andin" ujarnya lirih membuat Bu Andin berkaca kaca. Tega sekali pak Evan itu, diberi anugerah anak yang baik seperti Ara tapi malah disia siakan. Bahkan dia saja yang sudah menikah 3 tahun namun belum dikaruniai anak sangat ingin memilikinya.

Brakkk

"Dasar kamu anak tidak berguna!" bentak Evan ketika sudah sampai di dalam rumah membuat Ameyra dan Winda terkaget

"Ada apa, Yah?" tanya Ameyra

"Ini, dia ini sangat tidak berguna. Beda sekali dengan kamu yang penurut dan tidak pernah membantah ayah" ujar Evan mulai membanding bandingkan Ara dengan Meyra

"Sepatutnya Ara itu dihukum supaya ada efek jera. Jika dibiarkan begini terus, dia pasti akan lebih tidak sopan lagi mas." Seperti biasa, Winda mulai memanas manasi sedangkan Ara hanya bisa menunduk dan menangis

"Ya, memang kamu harus saya beri pelajaran" Evan kembali menarik Ara menuju kamar Ara sendiri.

Dihempaskan Ara ke lantai dan diambilnya sabuk yang terletak di balik pintu kamar Ara

Ctasss

Satu pukulan menyapa tubuh Ara membuat Ara meringis

Ctasss

"A-ayah, ampuunn" ujar Ara

"Dasar anak tidak tahu diri"

Ctasss

"Hiksss ayaahhh"

Ctasss

"Maafin Ara, yah"

Ctasss

"Hiksss bundaaa"

Setelah mengatakan bunda, Evan berhenti memukuli anaknya itu. Tiba tiba saja dia teringat dengan mendiang istrinya yang meninggal beberapa tahun lalu

"Mas, aku titip Ara ya. Jaga anak kita baik baik"

"Aku yakin kamu bisa menjaga Ara sebagai ayah juga ibu yang baik"

"Jangan pernah sakiti Ara ya, mas"

Evan terduduk di lantai sambil memandang ke arah sabuk yang ia gunakan tadi untuk memukul Ara

"Ayah.." lirih Ara membuat Evan menoleh lalu memeluk anak kandungnya itu

"Ara, maafin ayah" ujarnya sambil memeluk Ara membuat Ara mengangguk. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan dari ayahnya sendiri

"Sial, kenapa dia bisa luluh" batin Winda yang mengintip dari pintu

"Ma, kita harus lakuin sesuatu buat nyingkirin Ara dari kehidupan kita" bisik Ameyra membuat Winda tersenyum licik

_________________

Kini mereka sedang berada di meja makan. Luka Ara tadi siang sudah diobati dan diperban agar tidak menimbulkan infeksi. Dengan lahap, mereka semua menyantap makanan buatan Winda. Memang setiap hari Winda yang memasak karena Evan tidak mau mempekerjakan pembantu di rumah ini

"Besok, ayah akan berangkat ke Kalimantan selama beberapa Minggu. Kalian baik baik disini, jangan ada masalah" ujar Evan membuat semuanya kaget

"Kok mendadak yah?" tanya Ameyra dan diangguki oleh Winda

"Ya, karyawan ayah barusan mengabari ada masalah di proyek jadi ayah harus segera berangkat" jelas Evan membuat semuanya mengangguk tak terkecuali Ara. Winda tersenyum sinis

"Bagus, ini kesempatan yang tepat" batinnya

_____________

"Ayah hati hati di jalan ya, jangan lupa jaga kesehatan" ujar Ara di pelukan ayahnya

"Iya, kamu juga baik baik ya disini sama mama dan Meyra. Ayah akan segera pulang" jawab Evan sambil mengelus surai lembut anaknya itu

Sedangkan Ameyra dan Winda hanya melihat mereka dengan tatapan tidak suka. Sebisa mungkin mereka harus bisa menghancurkan Ara dan menjauhkan Ara dan Evan, secepatnya.

"Kalau gitu, ayah berangkat dulu. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Mobil Evan sudah tidak terlihat lagi. Ara yang akan masuk ke dalam tiba tiba ditahan oleh Winda

"Eh? Kenapa ma?"

"........

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ARABELLA   Nasi goreng spesial

    "Loh? Kok kamu udah dateng sih?" tanya Ara yang baru turun dari mobil bersama Reisya. Mereka kaget karena Satria yang tiba-tiba sudah nangkring di depan rumah Reisya."Ya ngga boleh cepet-cepet?" tanya Satria membuat Ara menggeleng. "Ya boleh. Siapa bilang nggak boleh," jawabnya membuat Satria mengangguk."Yaudah yuk masuk, nggak enak kalo di luar terus," ajak Reisya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sangat sepi karena Reino yang pergi ke luar kota bersama temannya dan orang tua Reisya yang berada di luar negeri."Om sama Tante nggak pulang, Sya?" tanya Ara membuat Reisya menggeleng. Ara hanya ber-oh saja."Gimana Meyra? Udah sampe rumah kan?" Ara bertanya kepada Satria dan dibalas dengan gelengan."Loh?""Aku tinggalin. Lagian ya, Ra. Si Ellen sama Sisca tuh belum pulang. Jangan percaya deh sama sandiwara mereka," jelas Satria membuat Ara menghela napas lalu mengangguk."Oke,"

  • ARABELLA   Ibarat pengganggu

    Tidak ada yang spesial di hari Minggu ini. Besok sudah Senin saja, waktunya upacara. Sebenarnya, meskipun Ara pintar, ia juga seperti murid pada umumnya yang tidak menyukai upacara. Panas, capek, keringetan, pegel semua.Ara sudah selesai belajar dan menyiapkan buku mapel untuk besok. Rencananya, besok setelah pulang sekolah ia akan mampir sebentar ke rumah Reisya untuk mengerjakan tugas kelompok.BrukAra merebahkan dirinya di kasur. Ia menatap langit kamarnya lalu tersenyum. Beberapa hari ini, kehidupannya berjalan dengan baik. Hari-harinya menjadi bahagia. Tidak ada yang melakukan kejahatan pada dirinya, ia selalu diperlakukan baik oleh semua orang. Senang? Tentu saja. Akhirnya kehidupannya yang dulu kembali walaupun tak sepenuhnya."Kangen bunda," lirihnya lalu menatap pigura yang selalu ia letakkan di atas nakas."15 September, sebentar lagi bunda ula

  • ARABELLA   Semuanya berubah?

    Paginya, Ara sudah sampai di sekolah. Betapa kagetnya dia karena sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak teman-teman lainnya yang meminta maaf kepada Ara."Ra," panggil Reisya ketika Ara sudah duduk di sampingnya."Ini semuanya beneran minta maaf tau, Sya," jelas Ara membuat Reisya mengangguk. Reisya juga tidak habis pikir, sebenarnya mereka benar-benar berubah atau tidak."Tapi kamu jangan langsung percaya gitu aja, Ra. Takutnya kamu dijebak," ujar Reisya serius membuat Ara mengangguk. Benar, ia jangan terlalu percaya begitu saja kepada Meyra dan yang lainnya. Siapa tau ini hanya bualan mereka semata."Oh iya, Minggu depan Meyra ulang tahun, kayaknya kamu juga bakalan diundang deh."Reisya terkaget, "hah? Dirayain lagi?""Ya iya, kan emang biasanya gitu," ujar Ara membuat Reisya menggeleng."Terus ka

  • ARABELLA   Ara yang baper

    "Salepnya digunakan secara rutin ya, agar segera pulih dan bekasnya tidak terlihat," jelas dokter membuat mereka mengangguk."Baik, dok. Terima kasih,"Setelah kepergian dokter, mereka bertiga berdiam di ruangan. Tanpa mengucapkan kata sedikitpun.Lalu atensi mereka teralihkan karena mendengar pintu ruangan yang terbuka."Araaa," teriak Meyra, Ellen dan Sisca. Hah? Mereka kenapa?Satu-persatu mereka memeluk Ara yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit. Sedangkan Reisya dan Satria saling tatap."Ara, maafin kita karena udah buat jahat sama kamu," ujar Ellen tiba-tiba membuat semuanya kaget.Bisa gitu ya?"Iya, Ra. Maafin juga ya kita udah bikin kamu masuk rumah sakit terus. Aku bakal bayarin biaya rumah sakitnya.""Ga perlu," tolak Satria dengan tegas. Wajahnya yan

  • ARABELLA   It's okay (Arabella)

    Pagi ini, Ara sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Berusaha mungkin ia akan menguatkan mentalnya karena pasti saat disekolah ia akan dibully habis-habisan mengingat kejadian kemarin yang tersebar luas seantero sekolah."Sayang, sini duduk," ajak Evan membuat Ara tersenyum dan duduk di samping ayahnya."Berani juga, Lo masuk sekolah," batin Meyra sembari menatap Ara sinis."Ada apa, Mey?" tanya Evan yang tidak sengaja melihat Meyra yang sedang menatap Ara."Eh, nggak yah." Meyra gelagapan sendiri lalu beralih memainkan ponselnya. Semoga saja ayahnya tidak ada curiga terhadapnya."Ara nanti ayah yang antar ya?" tanya Evan membuat Ara terdiam sejenak kemudian mengangguk."Meyra?" Evan beralih bertanya pada anaknya itu. Ya walaupun bukan anak kandungnya setidaknya Evan berusaha adil kepada mereka berdua.

  • ARABELLA   Orang misterius

    Disini Ara sekarang, gudang belakang rumahnya. Tadi setelah di siksa oleh Angel dan Sisca, Ara langsung dimasukkan ke dalam gudang belakang. Badannya menggigil karena kedinginan. Bahkan ia saja masih memakai seragam."Aakhh, bunda," lirihnya. Suasana gudang yang gelap ditambah dengan cuaca yang mulai dingin membuat Ara semakin menggigil.Ia ingin meminta bantuan juga tidak mungkin, kepada siapa ia akan meminta bantuan. Berteriak pun percuma, ini gudang belakang tidak ada seorangpun yang akan mendengar."Tolongin Ara," lirihnya. Bibirnya sudah pucat pasi, terlebih dia belum makan sejak siang tadi. Kepalanya sudah mulai berkunang-kunang, tubuhnya siap untuk ambruk namun tidak jadi karena pintu gudang sudah dibuka."Heh, keluar lo," teriak Meyra dari luar membuat Ara berdiri dan berjalan pelan menuju pintu gudang."Buruan, lama banget sih." Meyra menarik lengan Ara dan dibawanya masuk ke dala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status