Share

Berbaikan?

Praaangggg

"Awhh...ayah...." Ara terduduk di lantai karena kakinya terkena pecahan vas yang dilemparkan ayahnya itu

"Kamu dari mana saja hah? Bukannya pulang malah keluyuran. Kamu sudah tidak mau tinggal disini lagi?" bentak Evan

"A-ayah ta-tadi malem i-itu---

"Pasti dia mau ngeles yah. Ngaku kamu! Tadi malam kamu ke hotel kan sama pak Edwin," ucap Winda membuat Evan melotot

"Kamu dibawa ke hotel?" teriak sang ayah membuat Ara gelagapan sendiri

"Tapi Ara berhasil kabur, Yah," ucap Ara yang sebenarnya.

"Lalu kenapa kamu tidak pulang? Hah? Kamu tidak mau tinggal disini lagi? Atau kamu malu karena kamu sudah bukan gadis lagi?" Winda memanas manasi keadaan. Memang ibu tirinya itu selalu menyudutkannya

"Nggak, Ma. Tadi A-Ara ada di rumah Reisya. Ta-tadi malem Ara berhasil ka-kabur" jawab Ara dengan suara bergetar. Ia tidak salah apa apa tapi kenapa mamanya itu selalu menyudutkannya dengan hal yang tidak tidak membuat ayah semakin marah.

"Kamu ikut ayah" Evan menarik Ara paksa dan membawanya ke jalanan depan. Di dudukkannya Ara di tengah tengah sana, lalu Evan kembali dengan membawa selang air.

"Ayah, maafin Ara" tangis Ara pecah ketika ia mulai disiram air oleh Evan.

"Ayahh, A-Ara nggak salah apa apa"

"Hiksss"

"A ayahh udahh, maafin Ara"

Evan semakin menjadi jadi. Bukannya menghentikan perbuatannya itu, Evan malah semakin menyiramkan airnya membuat tubuh Ara menggigil

Tetangga pun hanya bisa mengintip dari dalam pagar mereka masing masing saja. Mereka kasihan dengan Ara karena selalu dipermalukan seperti itu, padahal jelas jelas mereka tau Ara adalah anak yang baik

Setelah hampir setengah jam Ara disiram layaknya tanaman oleh Evan, Ara ditinggalkan begitu saja dan dikuncikan pagar oleh Evan

"Ayaaahhh, jangan kunciin Ara. Maafin Ara, ayah" tangis Ara sambil memukul mukul pagar berharap ayahnya membukakan pintu

"Ayaaahhh, Ara nggak lagi bikin ayah marah. Ayaah maafin Ara" mohonnya tapi sama sekali tidak direspon oleh sang ayah

Ara terduduk lesu sambil bersandar di pagar. Rasa pusing mulai muncul dan yang pastinya tubuh Ara kini menggigil kedinginan.

Hari sudah mulai sore, sebentar lagi sudah masuk waktu Maghrib namun ayahnya tak kunjung membukakan pintu, bahkan tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya

Hingga tibalah tetangga depan yang baru saja pulang dari kantor

"Ara" teriak Bu Andin, tetangga depan Ara

"B-b-buu" jawab Ara seraya menggigil

"Ya Allah kamu kenapa?" tanya Bu Andin yang mulai khawatir terhadap Ara

Ara menggeleng membuat Bu Andin semakin kasihan. Beliau pun mengajak Ara untuk ke rumahnya agar bisa menghangatkan diri. Saat akan memasuki pagar rumah Bu Andin, suara ayah terdengar

"Mau anda bawa kemana anak saya?" ucap Evan yang baru saja keluar dari rumahnya

"Bapak, mohon maaf. Kenapa anaknya dibiarkan sampai Maghrib begini di luar rumah dengan keadaan basah kuyup?" tanya Bu Andin membuat Evan berdecih

"Bukan urusan anda. Jadi anda tidak perlu ikut campur," jawabnya tegas lalu menoleh ke arah Ara yang berada di samping Bu Andin

"Pulang" Evan menarik paksa tangan Ara membuat Ara meringis

"Makasih Bu Andin" ujarnya lirih membuat Bu Andin berkaca kaca. Tega sekali pak Evan itu, diberi anugerah anak yang baik seperti Ara tapi malah disia siakan. Bahkan dia saja yang sudah menikah 3 tahun namun belum dikaruniai anak sangat ingin memilikinya.

Brakkk

"Dasar kamu anak tidak berguna!" bentak Evan ketika sudah sampai di dalam rumah membuat Ameyra dan Winda terkaget

"Ada apa, Yah?" tanya Ameyra

"Ini, dia ini sangat tidak berguna. Beda sekali dengan kamu yang penurut dan tidak pernah membantah ayah" ujar Evan mulai membanding bandingkan Ara dengan Meyra

"Sepatutnya Ara itu dihukum supaya ada efek jera. Jika dibiarkan begini terus, dia pasti akan lebih tidak sopan lagi mas." Seperti biasa, Winda mulai memanas manasi sedangkan Ara hanya bisa menunduk dan menangis

"Ya, memang kamu harus saya beri pelajaran" Evan kembali menarik Ara menuju kamar Ara sendiri.

Dihempaskan Ara ke lantai dan diambilnya sabuk yang terletak di balik pintu kamar Ara

Ctasss

Satu pukulan menyapa tubuh Ara membuat Ara meringis

Ctasss

"A-ayah, ampuunn" ujar Ara

"Dasar anak tidak tahu diri"

Ctasss

"Hiksss ayaahhh"

Ctasss

"Maafin Ara, yah"

Ctasss

"Hiksss bundaaa"

Setelah mengatakan bunda, Evan berhenti memukuli anaknya itu. Tiba tiba saja dia teringat dengan mendiang istrinya yang meninggal beberapa tahun lalu

"Mas, aku titip Ara ya. Jaga anak kita baik baik"

"Aku yakin kamu bisa menjaga Ara sebagai ayah juga ibu yang baik"

"Jangan pernah sakiti Ara ya, mas"

Evan terduduk di lantai sambil memandang ke arah sabuk yang ia gunakan tadi untuk memukul Ara

"Ayah.." lirih Ara membuat Evan menoleh lalu memeluk anak kandungnya itu

"Ara, maafin ayah" ujarnya sambil memeluk Ara membuat Ara mengangguk. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan dari ayahnya sendiri

"Sial, kenapa dia bisa luluh" batin Winda yang mengintip dari pintu

"Ma, kita harus lakuin sesuatu buat nyingkirin Ara dari kehidupan kita" bisik Ameyra membuat Winda tersenyum licik

_________________

Kini mereka sedang berada di meja makan. Luka Ara tadi siang sudah diobati dan diperban agar tidak menimbulkan infeksi. Dengan lahap, mereka semua menyantap makanan buatan Winda. Memang setiap hari Winda yang memasak karena Evan tidak mau mempekerjakan pembantu di rumah ini

"Besok, ayah akan berangkat ke Kalimantan selama beberapa Minggu. Kalian baik baik disini, jangan ada masalah" ujar Evan membuat semuanya kaget

"Kok mendadak yah?" tanya Ameyra dan diangguki oleh Winda

"Ya, karyawan ayah barusan mengabari ada masalah di proyek jadi ayah harus segera berangkat" jelas Evan membuat semuanya mengangguk tak terkecuali Ara. Winda tersenyum sinis

"Bagus, ini kesempatan yang tepat" batinnya

_____________

"Ayah hati hati di jalan ya, jangan lupa jaga kesehatan" ujar Ara di pelukan ayahnya

"Iya, kamu juga baik baik ya disini sama mama dan Meyra. Ayah akan segera pulang" jawab Evan sambil mengelus surai lembut anaknya itu

Sedangkan Ameyra dan Winda hanya melihat mereka dengan tatapan tidak suka. Sebisa mungkin mereka harus bisa menghancurkan Ara dan menjauhkan Ara dan Evan, secepatnya.

"Kalau gitu, ayah berangkat dulu. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Mobil Evan sudah tidak terlihat lagi. Ara yang akan masuk ke dalam tiba tiba ditahan oleh Winda

"Eh? Kenapa ma?"

"........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status