Share

Bab 6

Penulis: Mr. Crawford
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-03 07:00:00

Perawat di sana juga terkejut melihatnya, "Astaga Ibu... Sepertinya ini air ASI. Dan ini banyak banget..."

"Air ASI? ASI ku keluar? Tapi..." Anisa terdiam saat mengingat bayinya sudah tiada. Dia menangis dan melanjutkan, "Seandainya saja kamu selamat, Nak. Kamu pasti kenyang setiap hari. Lihatlah... Air ASI Ibu, banyak banget... dan Ibu yakin, itu lebih dari cukup untuk kamu minum setiap saat."

Anisa lalu menatap perawat dan bertanya, "Sus, apakah ASI saya akan keluar terus, meskipun tidak ada bayi lagi yang meminumnya?"

Perawat itu menjawab, "Ya Ibu, biasanya ASI akan tetap keluar setelah persalinan meskipun tidak ada bayi yang meminumnya. Jika dada Ibu terasa sakit karena ASI yang terus diproduksi, Ibu bisa menggunakan metode penekanan untuk mengambil ASI. Dan jika Ibu berkenan, rumah sakit kami juga menerima donor ASI."

Anisa mengangguk pelan, "Mungkin aku akan mencoba metode penekanan itu. Dan tentang donor ASI, itu juga bisa menjadi pilihan terbaik."

"Ya sudah, saya permisi dulu Bu. Kalau ada keluhan, bisa hubungi siapapun yang nanti sedang bertugas," ujar perawat. 

"Baik Sus, terimakasih," jawab Anisa. 

***

Di rumah Tegar, banyak sekali tetangga dan tamu yang berdatangan. Mereka langsung datang ke sana, ketika mendengar kabar tentang kecelakaan yang menimpa Anisa, dan mengakibatkan bayinya meninggal dunia. 

"Oh iya, kalau boleh tau kapan Anisa sudah boleh pulang, Bu?" tanya salah seorang tetangga pada Minah. 

Minah tiba-tiba menjadi sinis begitu mendengar nama Anisa disebutkan. "Heh, dia? Pulang? Aku malah berharap orang seperti dia tidak akan pernah pulang! Lagian, dia yang telah membunuh cucuku. Seorang pembunuh seperti dia, tidak pantas untuk tinggal dirumahku!" tegas Minah. 

Tetangga dan tamu-tamu di sana tentu terkejut mendengar jawaban Minah. Mereka semua terdiam beberapa saat, sebelum orang-orang ini mulai bergosip di antara mereka sendiri. 

Salah seorang tetangga yang duduk cukup jauh dari Minah pun mulai berbisik, "Astaga, Bu Minah ini benar-benar ya... Sama menantu sendiri kok sampai begitunya? Ini semua terjadi juga karena kecelakaan. Dan yang merasa sedih pastinya bukan hanya dia saja. Anisa bagaimanapun, pasti jauh lebih sedih dari siapapun. Dia adalah Ibu dari bayi yang meninggal. Tidak ada orang lain yang bisa lebih sedih saat kehilangan anaknya, kecuali Ibu kandungnya sendiri. Bukannya di dukung, tapi malah disalahkan terus-terusan seperti itu. Untung dia bukan mertuaku. Kalau mertuaku yang seperti ini, pasti sudah kuberi racun biar cepet mampus!" 

"Huh, tapi emang keluarga ini, itu suka seenaknya sendiri sama Anisa. Apakah kalian tau? Dari awal tinggal di rumah ini, Anisa hampir tidak pernah diperlakukan seperti seorang menantu. Dia lebih terlihat seperti pembantu, yang setiap saat harus menuruti perintah mereka." 

"Iya, aku tau itu. Bukan hanya itu saja, namun Anisa juga selalu mendapatkan perlakuan buruk ketika dia hanya menunda sebuah pekerjaan. Aku ingat, saat itu dia hampir di usir dari rumah, hanya karena dia menunda waktu untuk mencuci pakaian adik iparnya. Huh, kalau aku jadi dia... Aku sudah benar-benar pergi dari rumah ini!" 

"Kalian tau tidak? Aku dengar dari kabar yang beredar - sebelum kejadian kecelakaan terjadi, Anisa telah melihat Tegar berselingkuh dengan wanita lain di depan rumah!" Tetangga ini menatap ke arah tempat Dinda sedang duduk, "Lihatlah wanita itu! Kalian tau? Dia adalah wanita pelakor yang berselingkuh dengan Tegar tadi malam!"

"Astaga, wanita itu? Bukankah Tegar pernah memperkenalkan pada kita semua, waktu itu? Dia mengatakan kalau wanita itu adalah atasannya, bukan?" 

"Ya, mungkin benar-benar atasannya. Dan mungkin juga karena alasan itu, Tegar berselingkuh dengannya. Seperti biasa, untuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi." 

"Astaga... Aku tidak percaya, ternyata seperti ini cara Tegar begitu cepat mendapatkan jabatannya. Dia benar-benar pria yang licik. Dan yang lebih tidak masuk akal lagi, adalah wanita itu. Jelas-jelas Tegar sudah beristri, tapi mau saja digoda laki-laki yang sudah beristri!" 

"Ya, dan itu benar-benar sangat memalukan untuk wanita karir seperti dia. Ternyata, punya karir yang bagus belum bisa membuktikan kalau seseorang punya karakter yang bagus juga!" 

Ibu-ibu ini terus bergosip, hingga tanpa sadar gosip-gosip yang mereka keluarkan sampai terdengar ke telingga Tegar. 

Tegar yang selalu mementingkan reputasinya, tentu merasa marah dan malu. Dia kemudian bergegas ke tempat mereka berkumpul dan dengan tegas berkata, "Hentikan semua omong kosong ini! Semua yang kalian katakan adalah fitnah - aku bisa menuntut kalian semua atas pencemaran nama baik! Anisa adalah Istriku, dan Dinda itu benar-benar atasanku, bukan selingkuhanku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 58

    Minah menjawab, "Sudah sebulan yang lalu. Ya, aku lupa mau memberitahu kamu. Kamunya juga sangat sibuk, jadi mana sempat aku bicara ke kamu. Lagian, aku tidak pernah berpikir semuanya akan jadi seperti ini. Aku tidak pernah berpikir kalau wanita itu akan seberani itu menuntut harta gono-gini padamu. Aku juga tidak mengira, kalau wanita itu akan bisa membayar seseorang pengacara besar seperti Pak Erickson. Melihat kondisinya, untuk membayar pengacara biasa saja sepertinya mustahil. Tapi bagaimana bisa dia tiba-tiba punya uang untuk membayar pengacara besar seperti Pak Erickson?"Hana yang dari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara, "Eh Kak Tegar, benarkah yang Kakak katakan? Si jalang itu membayar Pak Erickson sebesar 30 miliar hanya untuk menyelesaikan kasus perceraian ini? Lalu apa Kak Tegar percaya begitu saja?"Tegar menatap Hana, "Apa maksudmu?"Hana menghela nafas dan mulai menjelaskan, "Ya, secara... Seperti yang Ibu bilang barusan. Kita semua di sini tau kon

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 57

    Anisa dan Safak mengangkat kepalanya bersamaan dan menatap Dilla. "Ya, ada apa?" tanya Anisa."Barusan Nona Widia sudah mengirim pesan, beliau menunggu saya di luar, jadi saya mau pamit pulang dulu sama Jihan," ujar Dilla.Anisa cukup terkejut mendengar yang dikatakan Dilla, "Apa? Widia sudah di luar?" Dia berdiri, "Di mana dia sekarang? Aku mau ketemu dia sebentar."Sementara itu, Safak hanya berpikir, 'Ohh, jadi anak itu sudah di luar? Ha ha... Dasar, tau juga kalau Kakaknya lagi pengen berduaan, jadi dia gak datang buat ganggu!'"Em, Nona Widia bilang, beliau tidak mau mengganggu pekerjaan anda, makanya beliau tidak masuk. Beliau juga meminta pada saya untuk menyampaikan pesan," jelas Dilla."Pesan? Pesan apa itu?" tanya Anisa."Beliau berpesan agar anda tetap melanjutkan pekerjaan Anda saja. Nona Widia tidak mau mengganggu pekerjaan Anda

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 56

    Dengan perlahan, Anisa menatap Safak, matanya penuh dengan keraguan. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk mengambil sepotong makanan dan mencicipinya. Rasa makanan yang lezat langsung menyapa lidahnya, membuat Anisa tidak bisa mengangkat kedua alisnya, "Ini... Ini... Ini enak sekali! Bagaimana ada makanan seenak ini?"Safak merasa sangat puas dengan reaksi Anisa, dan dia tersenyum. "Lihat kan? Sudah kubilang, makanan ini sangar enak. Aku tidak mungkin ajak kamu makan di tempat yang asal. Aku pasti mencarikan yang terbaik buatmu."Menghembuskan nafasnya, Anisa membalas, "Hemm, mulai... mulai... dengar ya Safak, aku memaafkanmu hanya demi teman-temanku. Karena sebenarnya aku belum benar-benar memaafkan kamu. Jadi, jangan gombal-gombal gitu. Gak bakal ngaruh buat aku."Safak tersenyum kecut, "Iya deh iya. Terserah kamu, mau itu demi teman kamu atau demi siapapun. Yang penting sekarang, kita makan dulu. Kamu harus mengisi k

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 55

    Anisa terdiam sejenak, matanya menatap Safak dengan penuh pertimbangan. Akhirnya, setelah beberapa saat berpikir, dia tersenyum kecut dan menghela nafas panjang. "Baiklah, aku maafkan kamu, Safak. Kita bisa makan siang bersama."Safak tersenyum lega, "Terimakasih, Nisa. Ayo, mari kita makan bersama-sama."Semua orang bersorak, "Yeay!"Safak lalu memberikan kode lewat kepalanya pada para pelayan, untuk meletakkan satu persatu makanan di tangan mereka ke meja kargembira. Dan para pelayan segera melakukan seperti yang diperintahkan. Dan mereka juga segera pergi begitu makanan sudah diletakkan di meja."Kita akan menikmati makanan yang seumur hidup tidak mungkin bisa kita nikmati!" ucap salah satu staff bernada sangat gembira.Staff lain menyahut, "Kita harus berterimakasih pada Anisa. Bagaimanapun ini berkat dia. Jika dia tidak mengenal Pak Safak dengan baik, huh kita ti

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 54

    Orang itu menjawab, "Ya, siapa tau kan? Siapa tau...""Cukup! Tidak ada siapa tau siapa tau. Lebih baik kau diam, jika masih ingin bertahan bekerja di sini!" potong rekan kerjanya yang sebelumnya sambil melotot.Sementara itu, Safak dan semua orang yang dibawanya masih dengan sabar menunggu Anisa di luar ruangan tempat Anisa, Dilla, dan Jihan berada. Cukup lama untuk orang-orang itu menunggu, sebelum akhirnya Anisa keluar sendirian dari sana. Dan dia benar-benar terkejut saat melihat deretan pelayan yang membawa makanan di tangan mereka."Apa ini? Mereka... Mereka benar-benar mengantar semua makanannya?" tanya Anisa, sebelum menatap Safak.Safak tersenyum, "Tentu saja, mereka harus mengantarnya. Jika tidak, kita tidak akan bisa menikmati makan siang bersama yang sempat tertunda tadi.""Haaaa? Lupakan itu, aku tidak mau makan siang berdua denganmu lagi. Aku masih

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 53

    Rianti langsung mengangguk, "Baik Pak, saya paham. Saya akan mencoba yang terbaik untuk menyembunyikan identitas Anda." Setelah mengatakan itu, dia teringat sesuatu dan menambahkan, "Oh iya, lalu bagaimana dengan karyawan yang lain? Semua orang di sini sudah mengenal Anda, dan mengetahui kalau Anda adalah pemilik perusahaan. Bagaimana jika Nona Anisa sampai tau tentang identitas Anda dari mereka?""Nah, itu yang akan menjadi pekerjaanmu," ujar Safak.Rianti yang belum paham berkata, "Menjadi pekerjaan saya? Maksud Anda bagaimana ya? Saya tidak mengerti."Safak menghela nafa san berkata, "Kau ini, sudah menjadi Manager Operasional, tapi tidak paham juga masalah semudah ini. Ya kaulah yang akan memberitahu semua karyawan di sini, tentang mereka semua yang tidak boleh membocorkan identitasku pada Anisa. Aku beri tau kau, Anisa hanya tau, aku adalah orang kepercayaan Presiden. Jadi beri tau semua orang, kalau mulai sek

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status