Kau bertindak tanpa sepengetahuanku. Sementara kau harus tahu semua hal tentangku.
Hidup bersamamu mengajarkanku ketidakadilan yang menjanjikan kenyamanan.
_Resign_
Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika aku keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ruang makan. Dengan tas yang tersampir di pundak, aku berbalik kembali menuju ruang tamu saat telingaku tak sengaja mendengar sayup-sayup percakapan antara Ayah dengan seseorang dari sana.
Manusia jenis apa yang bertamu sepagi ini? Tidakkah dia berpikir jika hari masih terlalu pagi untuk datang berkunjung? Atau mungkin dia ingin ikut menumpang sarapan bersama kami? Bisa saja, kan?
Mataku melotot tak percaya ketika mendapati seseorang yan
Mewah. Hanya satu kata yang terlintas di kepalaku ketika Aldo berhasil menyeretku masuk ke dalam ballroom Hotel. Semua orang mengenakan pakaian yang sangat terlihat mahalnya. Hanya ada jas serta gaun-gaun elegan sepanjang mataku memandang.Aku menunduk menatap sebuah gaun yang kupakai. Sebuah gaun hitam sederhana tanpa lengan dengan sebuah ikat pinggang kecil yang kupadukan dengan sebuah kalung yang kini terpasang di leherku. Seketika aku merasa begitu kecil di ruangan ini.Oh.. Bahkan setelan formal yang dipakai oleh Aldo saja terlihat begitu mahal.Mengapa aku baru menyadarinya?“Do, saya pulang aja, ya..” Bisikku padanya.Dia menoleh, alisnya terangkat satu. “Lho kok pulang sih, Ran?”Aku mengigit bibirku kecil. Apa aku harus mengatakannya, ya?“Ini.. pestanya mewah banget, ya..”
Di sini kuterluka.Meratapi malam tanpa bisa berkata.Menangis sendu mengingat bayangmu berada._Hurt_Nissa mengusap punggung Rania perlahan. Gadis itu masih setia memeluknya erat dengan tangis dan air matanya sejak satu jam yang lalu. Jam telah menunjukkan waktu tengah malam namun Rania masih bertahan dengan diam serta isak tangisnya tanpa penjelasan apapun.“Gimana?”Nissa mengendikan bahu menjawab pertanyaan dari suaminya. Bukan hanya dia yang termakan oleh rasa penasaran, dirinya pun juga merasa begitu.Nissa mengambil segelas air yang disodorkan Lukman kepadanya kemudian memberi
Aku pernah menjauh, kau datang menarik kembali.Aku mendekat, kau mengulur jarak.Beginikah cara semesta bekerja?_How Far I Can Go_Sinar matahari mulai beranjak naik meskipun jejak embun pagi masih ada di beberapa helai daun tanaman hias yang berjajar rapi di halaman Villa. Kicauan burung gereja membuatku tersenyum lebar. Ini adalah hari ketiga dimana aku bisa mendapatkan kedamaian dari hiruk pikuk perkotaan serta sebuah masalah yang cukup pelik menanti di depan mata.“Ini tehnya, Bu.” Aku tersenyum kecil kemudian mengangguk mempersilakan Bu Surti untuk meletakkan cangkir itu di atas meja di sampingku lalu mengucapkan terima kasih sebelum sosok wanita paruh baya itu menghilang di balik
Rumit.Hanya satu kata yang bisa menggambarkanmu dari sudut pandangku._Him_Tak ada satu patah kata pun yang keluar sejak kedatangannya dua jam yang lalu. Alvin yang diam membisu membuatku kelimpungan sendiri. Antara memulai pembicaraan atau tetap memilih diam mengikuti alur cerita yang dipilihnya.Kini aku dan dia tak lagi berada di halaman Villa melainkan di ruang keluarga dengan televisi yang menyala sebagai pemecah keheningan. Aku meliriknya dalam diam, wajah tampannya tengah sibuk menatap gambar kartun yang tengah kutonton tadi, padahal nyatanya Alvin bukanlah penyuka film kartun seperti diriku. Mungkin laki-laki itu melakukannya untuk menghilangkan jenuh juga kesal padaku.Aku tersenyum kecil. Alvin memang memiliki wajah yang tampan dan ditunjang dengan fisik yang sempurna. Wajar saja jika banyak dari kaum kami yang pasti akan meliriknya.Alvin adalah gambaran fisik
“Gimana rasanya keciduk?” Ejek Dewi yang memulai percakapan. Aku terkekeh, memilih mengambil secangkir kopi yang di hidangkan si tuan rumah sebelum menjawab pertanyaannya. “Luar biasa.” Tanganku meletakan kembali cangkir itu di atas meja lalu menatap satu persatu wajah sahabatku. Nissa yang duduk di single sofa mendengus keras. “Lo tau, Wi, tempat gue dijadiin tempat mesum sama nih bocah! Gila, ya! Abis gue dimarahin sama Mas Lukman gara-gara lo, kutu!” Kutu. Panggilan yang telah lama tiada itu muncul kembali ke permukaan. Nissa bilang, tubuhku yang kecil dan jauh di bawah rata-rata ini mirip hewan kecil penghisap darah itu. Padahal tubuhnya sebelas dua belas denganku. Dia lupa berkaca terlebih dulu ketika mengatakannya. “Sembarangan aja lo! Gue anak alim, mana mungkin begitu, ya!” Bantahku. “Bapak lo ganti nama, Ra?” “Hah?”
You are like a light, after the rain has passed.You come up in my heart, like this..You are, like a beautiful dream._U R_Aku terus menatap jalanan yang diguyur hujan lebat. Beberapa orang yang melihatku duduk di emperan butik mencoba membujukku untuk pergi berlindung dari guyuran hujan, beberapa lagi mencibir ulah gilaku yang memilih membiarkan hujan mengguyur tubuh. Dan sisanya, mereka tidak peduli sama sekali denganku.Aku memeluk kedua lututku dengan erat, mencoba menghalau dingin yang datang menyergap tubuh. Daya baterai ponselku sudah habis sejak satu jam yang lalu, dompet serta tasku pun tertinggal hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini.Hari sudah mulai petang ketika Alvin sama sekali belum datang. Aku mencoba memikirkan kembali pesan dari Alvin siang tadi. Jelas-jelas laki-laki itu menyuruhku untuk menunggu kedatangannya di butik tempat kami akan memesan
I’m thinking you’ll love me right, but you never will. It’s too much to bear, so I swear.. That this time, this The End. _The End_ Seminggu sudah aku dirawat di Rumah Sakit. Dokter mengatakan jika aku terserang tifus dan radang lambung, hingga mengharuskanku menjalani perawatan di rumah sakit. Hari ini adalah hari terakhir aku berada di ruangan serba putih, aku akan pulang ke rumah saat dokter menyatakan kondisiku nanti. Aku melihat Ibu tengah merapikan beberapa bajuku di sofa yang sebelumnya dibawa ke siniSetelahnya, kami hanya tinggal menunggu dokter untuk memeriksa kondisiku sekali lagi sebelum aku diperbolehkan pulang bersama Ibu.
No matter how hard I try, I can’t ignore your dying feelings.I pray that before this time ends, you can find happines.Let’s say our last goodbye,Let’s not forget our love._Beautiful Goodbye_Aku memeriksa kembali barang-barang yang akan kubawa nantinya. Ada beberapa tas di sini, tiga tas berisi baju dan satu tas berisi dokumen penting yang akan kubawa ke sana. Aku menghela nafas. Tanganku bergerak untuk mencoret daftar barang yang kubawa dengan pulpen hitam yang kupegang. Tak banyak, namun cukup membuatku lelah setelah mengemasinya.Aku menatap bayangan diriku yang terpantul di cermin lalu menghela nafas setelahnya. Wajahku ter