MasukMalam semakin larut. Dan hujan lebat di luar membuat suhu kamar semakin dingin. Ella menyuruh Zega menjauh karena sebentar lagi ada suster melakukan pengecekan berkala. Saat suster datang, Zega sedang gosok gigi di toilet, sementara Ella tetap duduk di sofa. Ella memperhatikan Sisi yang sedang dicek oleh suster. "Gimana kondisi Sisi, Sus?" tanya Ella. "Baik, Bu. Tidak ada infeksi baru dan organ vitalnya stabil." Ella senang mendengar hal ini. "Kapan Sisi transfusi?" tanya Ella. "2 hari lagi, Bu." Beberapa hari ini Sisi makannya banyak karena disuapi Zega. Bahkan mau minum susu. Padahal sejak Ella sapih 6 bulan lalu Sisi tidak mau minum Susu. "Apa berat badan Sisi bertambah, Sus?" tanya Ella. "Iya, Bu. Berat badan Sisi bertambah 2 kilo," Suster memberi tahu Ella. "Syukurlah." Ella senang. Saat ini Zega keluar dari toilet. Ella heran melihat suster cantik di depannya senyum ke Zega. Itu bukan senyum normal, tapi senyum malu. Saat Zega bertanya tentang keadaan S
Sore ini Mario dan Emma mampir ke vila Zega. Mario turun dari mobil tapi Emma tetap di dalam. "Tuan Zega tidak di rumah, Tuan," ujar satpam. "Kemana?" tanya Mario. "Saya kurang tahu. Tuan mau menunggu?" tawar satpam. Mario tampak berpikir. Dia menemui Zega karena ingin pinjam uang. "Ya sudah, aku tunggu." "Baik, Tuan." Satpam Zega segera menverifikasi wajahnya lalu gerbang terbuka. Mario menyuruh Emma pulang, setelah itu dia masuk ke vila Zega. Tapi Zega tidak pulang malam itu, di telpon Mario juga tidak di angkat. Pagi ini Mario terbangun karena telpon dari Emma. Mario mengangkatnya. "Ya, Em," sahut Mario, serak karena baru bangun tidur. "Kamu masih di vila Zega?" "Iya." "Gimana, sudah dapat pinjaman?" "Belum," sahut Mario. "Kok belum sih, Yang? Hari ini waktunya donasi rutin ke anak yatim 300 juta." "Zega pergi, aku telpon gak diangkat-angkat dan semalam dia gak pulang," terang Mario. "Aku jual mobil aja dah." "Jangan, aku beli mahal-mahal buat kamu
Ella tak peduli Mario percaya ucapannya atau tidak. Setelah menemui Mario, Ella menuju gerai kosmetik lain. Dia membeli lipstik saja karena gerai itu bukan merk yang biasa dia pakai. Setelah itu Ella menuju toilet untuk ganti baju. Ella melihat dua wanita seusianya sedang merapikan rambut di depan wastafel. Ella tersenyum sedikit lalu masuk ke salah satu bilik kosong. "Eh wanita itu tadi bukannya yang merebut pacar Emma?" "Sepertinya iya." "Cantik ya tapi sayang nggak punya akhlak. Masak pacar teman sendiri di rebut." "Iya. Nggak ada akhlak. Menjijikkan sekali." Ella menarik nafas dalam mendengar dua wanita tadi membicarakannya. Ella kesal, rasanya ingin mengatakan kepada mereka bahwa Emma kakak tirinya dan dia tidak merebut Mario, tapi Mario yang memperkosanya. Usai memakai baju Ella keluar dari bilik toilet. Dia menatap dia wanita itu sekilas lalu mencuci tangan dan memakai lipstik. Usai memakai lipstik Ella mengeluarkan jam tangan dari clucthnya dan memakainya. Ke
Mata Ella sontak membelalak begitu sadar bibir Zega kembali menempel di lehernya. Ella segera mendorong Zega sekuat tenaga namun malah berakhir dipeluk erat oleh Zega. "Apa sih, Ga!" Ella mencoba melepaskan diri dari pelukan Zega namun sia-sia. "Jangan membuatku cemburu." "Cemburu? kita tidak ada hubungan apa-apa. Kenapa kamu cemburu?" Ella berusaha melepaskan diri lagi dari pelukan Zega namun masih sia-sia. "Aku tidak tahu." "Kamu aneh." Ella mencoba melepaskan diri lagi, namun sia-sia. "Aku serius," ujar Zega. "Aku tidak peduli." Ella tetap berusaha melepaskan diri Zega. "Menikahlah denganku." Zega mencium lembut pipi Ella. Ella menatap tajam Zega. "Aku Kakak iparmu, kamu adik iparku. kita tidak akan menikah." Zega kembali mencium lembut pipi Ella. "Aku tidak bisa melihatmu dengan pria lain." Zega memang menginginkan Ella. Tapi sekarang, lebih menginginkan Ella lagi. Karena semalam dia melihat tubuh polos Ella. Terlalu indah dan terlalu hot. Karena itu dia ti
Sementara itu di kediaman keluarga Alexander. Ray harusnya pergi ke kantor pagi ini. Tapi harus mengurung niatnya karena Margaret mogok makan sejak kemarin. Akhirnya maagnya kambuh. Ray membawa bubur ke dalam kamar, hendak menyuapi Margaret. Tapi Margaret saja masuk, terkejut melihat Margaret menyuruh asisten rumah tangga mengemasi bajunya ke dalam koper. "Kamu mau kemana?" tanya Ray. "Aku mau pulang." "Kenapa bawa baju 2 koper?" Ray bingung. "Aku mau cerai. Karena kita sudah tidak sejalan." Cerai? Ray membatu. Margaret mengalihkan pandangannya dari Ray. Dia lanjut memberi instruksi ke asisten rumah tangannya mana saja baju yang dimasukkan ke dalam koper dan di sumbangkan ke orang lain. Tapi 99% persen baju disumbangkan ke orang lain adalah baju yang dibelikan oleh Ray, sejak dia masih muda. Ray tahu Margaret sedang mengancamnya. Jadi, dia tidak mengatakan apa-apa. Ray meletakkan buburnya di atas nafas. "Makanlah dulu sebelum pulang." Lalu keluar kamar. Margare
Ella menyuapi Sisi sembari sesekali melirik Zega yang makan sambil main ponsel. Ella tidak tahu apa yang dilakukan Zega. Tapi tak lama kemudian Ella mendengar suara pintu diketuk. Ella berdiri dan berjalan untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, Ella tercengang. Gashi membawa banyak makanan dari restoran favoritnya. "Ini pesanan anda, Nyonya," ujar Gashi. Dahi Ella berkerut, "Saya nggak pesan." Gashi tersenyum. Ella akhirnya paham, Zega yang pesan! Ella minggir untuk memberi jalan kepada Gashi. Setelah itu Gashi membuka semua makanan dan menata di atas meja sampai penuh. Karena Zega beli semua menu yang ada di restoran itu. Total ada 20 menu mulai dari ayam, sapi, ikan, seafood, sayur, telur, minuman hingga dessert. Setelah itu Gashi pergi. "Ayo makan," ajak Zega kepada Ella. Ella tak menjawab, dia menuntut penjelasan dari Zega! Alih-alih menjelaskan kepada Ella, Zega beralih menatap Sisi. "Sisi, ayo makan, ambil yang Sisi mau." Sisi tersenyum, lalu mengamb







