แชร์

Bab 5

ผู้เขียน: Capucinno
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-27 09:05:06

Tak sampai 10 menit, Zega melihat Ella menuju arahnya. Matanya sembab dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.

Ella masuk ke jok baris kedua.

“Duduklah depan,” Zega meminta.

“Sini aja.”

Zega melirik Ella dari spion dalam. Merasa bersalah. Tapi tak ada niatan untuk mengakhiri balas dendamnya.

“Tadi aku denger kamu mau ke rumah Dokter Ardi. Dimana alamatnya?”

“Aku nggak jadi kesana,” suara lemas Ella.

“Kenapa? aku gak masalah kalau kamu mau menemuinya dulu baru kita ke hotel.”

“Zega! Nyebelin banget sih kamu hari ini?!”

Zega menahan tawa. “Nyebelin gimana?”

“Kita nggak akan ke hotel dan nggak akan begituan!”

Ella tahu harusnya Mario yang dia marahi, bukan Zega. Tapi dia tidak paham kenapa Zega terkesan tidak berpikir kritis.

Apa Zega tidak berpikir kalau hal ini terjadi ayahnya bisa menggantung mereka bertiga?

“Ok, aku paham kalau kamu saat ini belum siap.”

Belum siap?

Memang tidak akan pernah siap!

“Zega, aku tidak mau kita berantem gara-gara Mario. Aku akan membayarmu 4 milyar perbulan. Terserah, dengan bayaran itu kamu mau jadi manager di kantorku apa tidur-tiduran di rumah. Yang pasti, jangan menghamiliku.”

Terpaksa Ella akan membuang duit sia-sia seperti ini. Karena tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Lalu turun dari mobil.

Ella pergi ke rumah Ardi menggunakan mobil lainnya.

***’

Tepat pukul 12 siang mobil city car Ella terparkir di samping mobil SUV Ardi.

“Macet?” tanya Ardi, ketika Ella keluar dari mobilnya.

“Iya.”

Ardi tersenyum lebar menyambut mantan kekasihnya ini.

Ardi tahu, dari dulu Ella memang cantik, tapi sejak jadi istri Mario rasanya kecantikannya semakin bertambah. Ardi semakin percaya, uang memang buat wanita jadi awet muda.

“Kenapa bawa makanan?”

“Laper,” alasan Ella.

“Di rumahku banyak makanan.”

Ella tertawa. Sebenarnya memang bukan laper, tapi malu kalau bertamu tidak membawa buah tangan.

Ella mengunci mobilnya. Lalu berjalan di samping Ardi.

Ini pertama kalinya Ella datang ke rumah Ardi, setelah putus. Jantung Ella berdetak tidak karuan. Kenangan indah yang berakhir pahit itu mulai bermunculan di benaknya.

“Ibu ada?”

“Melayat di kampung sebelah,” balas Ardi.

“Poppy?”

“Baru aja berangkat kerja.”

Poppy adalah sahabat pertama Ella ketika datang ke negeri ini. Poppy juga adik Ardi.

Ella menyapu seluruh ruangan. Dulu, rumah ini plafonnya lubang besar, fentilasinya buruk, ubinnya retak-retak.

Tapi sekarang plafonnya ukiran, fentilasinya bagus, lantainya marmer.

“Makasih ya, kamu sudah membantuku merenovasi rumah ini,” ulang Ardi, untuk kesekian kalinya.

“Aku yang terima kasih, kamu sudah membantu Sisi dengan sepenuh hati.”

Ardi menatap Ella dalam, namun hanya sekejab.

“Bantuanku ini tidak ada apa-apanya dibanding yang kamu lakukan ke Sisi. Kamu Ibu yang luar biasa. Kalau aku di posisimu, belum tentu kuat menghadapi situasi yang kompleks seperti ini. Sisi sakit leukemia akut ALL, resistance terhadap kemoterapi, tidak ada donor sumsum tulang atau darah tali pusat, telat mendapatkan perawatan suportif intensif ….” Ardi tak meneruskan kalimatnya, karena baru sadar kalau dirinya ditatap Ella.

“Kamu orang kedua yang memujiku sebagai Ibu yang hebat.”

Ardi tertawa. “Siapa orang pertama yang memujimu?”

“Kenalan.”

“Berarti dia merasakan seperti yang kurasakan,” timpal Ardi.

Ella ikut tertawa. Andai Ardi tahu orang pertama yang memujinya adalah Zega.

Ella meletakkan makanannya di atas meja. “Emang apa yang kamu rasakan?”

Ella penasaran. Sebab waktu itu Ella tak sempat tanya kepada Zega kenapa pria itu bisa menilainya sebagai Ibu yang luar biasa. Padahal dia tidak dekat dengan adik iparnya Itu. Sementara Mario, yang tahu perjuangannya tak mengatakan apapun.

“Cintamu ke Sisi luar biasa dalam.”

Ella terdiam.

Tapi lama-lama, mata almondnya berkaca-kaca. Dia memang secinta itu sama Sisi. Karena itu setiap teringat harapan hidup Sisi hanya hitungan minggu atau bulan, tak sampai tahun, rasanya putus asa, ingin ikut mati.

5 bulan ini, entah sudah berapa banyak uang yang dia gelontorkan untuk menyembuhkan Sisi. Uang pribadi, bukan dari Mario, karena Mario tidak pernah memberinya nafkah, sejak menikah. Untungnya Ella punya uang, meski tak banyak.

Bukan cuma uang yang Ella gelontornya agar Sisi hidup. Tapi juga tenaga, waktu, air mata dan doa yang tak pernah putus seperti nafas.

Karena itu saat Sisi bilang lebih nyaman di rumah dari pada rumah sakit. Ella tidak berpikir dua kali. Dia menyulap rumahnya menjadi seperti rumah sakit dengan fasilitas medis lengkap.

Karena itu tabungannya sekarang tipis. Dia harus bijak mengatur pengeluaran agar tidak kolaps. Tapi, terkadang hal buruk datang tak terduga. Seperti hari ini, nekat membayar Zega 4 milyar perbulan demi menghindari kegilaan Mario.

Namun, uang bukan masalah terberatnya karena masih punya usaha. Mario juga bukan, sebab dia tidak cinta kepada pria itu.

Masalah terberatnya adalah Sisi. Bagaimana menyembuhkan Sisi.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 7

    Zega baru saja mengambil keputusan untuk pulang, ketika melihat Ella keluar dari rumah Ardi. Tidak heran Ella terkejut melihat. Anak kecil itu pasti tidak menyangka akan dia susul.Zega membuang rokoknya ke tong sampah lalu berjalan ke rumah Ardi.“Siang, Dok,” sapa Zega, dingin tapi sopan, seperti biasa.“Siang, Zega,” Ardi menyalami Zega sembari mengulas senyum. Heran, tumben sekali wakil direktur operasional grup MD ini jam segini tidak ngantor. “Lagi libur?”Zega menatap Ella sekilas. “Enggak.”“Tapi?”“Nyoba kerjaan baru,” jawab Zega jujur.“Oh ya? Kerja apa sekarang?”“Jadi—”Zega terkejut pingangnya tiba-tiba dicubit Ella. Zega tahan sakit tapi tidak tahan geli. Dicubit seperti ini gelinya menyebar ke seluruh tubuh. Zega berjuang mati-matian agar tetap berdiri tegak.“Jadi apa?” tanya Ardi, penasaran.“Jadi pedagang,” padahal tadi Zega ingin mengatakan jadi sopir.Ardi tersenyum, meski cukup terkejut. Aneh saja, kenapa Zega mencoba jadi pedagang padahal sudah enak jadi wakil di

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 6

    “Ngomong-ngomong, tumben Sisi mau kamu tinggal?”Ella tertawa. “Aku bilang mau ketemu kamu. Dia kalau sama kamu gak takut, makanya tadi malah mau ikut. Coba kalau kubilang mau ketemu dokter lain, pasti nggak boleh.”Ardi jadi tertawa. Diam-diam senang mendengar kenyataan ini.“Apa dia masih suka menanyaimu sudah menemukan obat ajaib apa belum?”“Ya. Dan itu yang membuatku sebagai Ibu merasa gimana gitu.”Obat ajaib yang Sisi maksud adalah darah tali pusat.Itulah kenapa Ella masih aktif cari donor darah tali pusat sampai akhirnya minta Mario menghamilinya. Bahkan kepikiran untuk haploidentik.Karena tidak mau menghancurkan harapan hidup Sisi dan harapannya sendiri yang tidak mau kehilangan anak.“Andai Sisi tahu harapan hidupnya,” celetuk Ardi, terlalu jujur.“Itulah tujuanku kesini Ar, aku sudah mengambil keputusan, akan membawa Sisi pulang ke negaraku agar bisa melakukan transplantasi haploidentik.”Ardi terkejut.“Ella … kondisi Sisi saat ini masih tidak memungkinkan untuk melakuka

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 5

    Tak sampai 10 menit, Zega melihat Ella menuju arahnya. Matanya sembab dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.Ella masuk ke jok baris kedua.“Duduklah depan,” Zega meminta.“Sini aja.”Zega melirik Ella dari spion dalam. Merasa bersalah. Tapi tak ada niatan untuk mengakhiri balas dendamnya.“Tadi aku denger kamu mau ke rumah Dokter Ardi. Dimana alamatnya?”“Aku nggak jadi kesana,” suara lemas Ella.“Kenapa? aku gak masalah kalau kamu mau menemuinya dulu baru kita ke hotel.”“Zega! Nyebelin banget sih kamu hari ini?!”Zega menahan tawa. “Nyebelin gimana?”“Kita nggak akan ke hotel dan nggak akan begituan!”Ella tahu harusnya Mario yang dia marahi, bukan Zega. Tapi dia tidak paham kenapa Zega terkesan tidak berpikir kritis.Apa Zega tidak berpikir kalau hal ini terjadi ayahnya bisa menggantung mereka bertiga?“Ok, aku paham kalau kamu saat ini belum siap.”Belum siap?Memang tidak akan pernah siap!“Zega, aku tidak mau kita berantem gara-gara Mario. Aku akan membayarmu 4 milyar perb

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 4

    Ella mengepalkan tinju, Mario benar-benar penjajah.Karena masalah sopir ini ranah pribadinya. Mario tidak punya hak untuk menentukan sopir baginya. Apalagi tanpa memberitahu atau membicarakan terlebih dulu dengannya seperti ini.“Zega, maaf sebelumnya. Aku baru mendengar hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sampai Mario menyuruhmu menjadi sopirku,” ucap Ella, gugup.“Aku diusir dan dipecat Ayah,” jawab Zega, lirih, dalam, dan tenang. Sudah menerima kenyataan.“Oh no. Aku turut sedih mendengarnya,” Ella menunjukkan simpati.Zega menganguk, lalu berjalan beriringan dengan Ella menuju garasi.Jantung Ella deg-degan seperti mau diterkam macan. Gugup dan bingung. Dia sungkan setengah mati dengan adik iparnya ini. Dan takut keceplosan lagi seperti sebelumnya.Tapi dia tahu, yang harus dia labrak Mario, bukan Zega.Diam-diam Ella melirik Zega sekilas. Wibawa dan karismanya benar-benar mengintimasi Ella. Ella sadar dia sedang berjalan di samping manusia. Tapi entah kenapa rasany

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 3

    “Haploidentik?” Zega tidak paham, apalagi ini.Haploidentik?Ella sontak menutup mulut, lalu menatap mata kelabu dan wajah tampan Zega. Kenapa dia bisa keceplosan lagi ke adik iparnya ini?!Tidak, ini tidak baik!Waktu itu keceplosan masalah kondisi Sisi yang resistance terhadap kemo. Sekarang keceplosan lagi masalah haploidentik.“Lupakan, jalan lainnya adalah menunggu keajaiban, bukan tranplantasi haploidentik.”Ella mengurung niatnya untuk balas budi kepada Zega, lalu buru-buru pergi. Ella Heran, kenapa kontrol dirinya sering kali mati saat dekat dengan Zega. Padahal, ke orang lain apalagi lawan jenis kontrol dirinya berfungsi dengan baik. Dia tidak bisa cerita selancar dan seterbuka ini.Zega ingin menahan Ella tapi Ito menuju arahnya.“Nyonya kenapa, Tuan?” tanya Ito, setelah dekat dengan Zega.Zega mengedikkan bahu. Dia tidak benar-benar tahu tentang wanita. Kadang suka bicara setengah-setengah.“Ya sudah, tak usah dipikir, Tuan. Ini kopinya.”“Makasih, Ito.”***’Pukul 8 pagi E

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 2

    “Terima kasih,” Ella jadi sungkan.Pada dasarnya, Ella memang sungkan kepada Zega. Bukan karena adik iparnya ini lebih tua dari dia, tapi karena Zega pria! Kalau Zega wanita, mungkin beda cerita. Entah kenapa dari dulu Ella paling malu dengan lawan jenis.Karena itu meski hubungan mereka tidak ada masalah, juga tidak bisa dibilang dekat.Sehingga bantuan seperti ini sudah sangat membuat Ella gugup tak karuan. Tidak enak hati, merasa merepotkan dan hutang budi.“Ibu … dimana Ibu?”Isak Sisi menarik-narik Ella, tapi dia tetap tidak berani masuk ke dalam sana. Akhirnya Ella menuju kamarnya. Dia membasuh wajah sebelum melihat punggungnya yang panas dan perih setelah dicambuki oleh Mario.Selama ini, Ella menyembunyikan semua keburukan Mario. Bukan karena cinta, tapi demi Sisi. Dia tidak mau Sisi jadi korban perceraian, seperti dirinya.Ella mengompres punggungnya dengan air Es sembari merenung. Dia bingung, jika Mario tidak peduli dengan Sisi, masih perlukah dia mempertahankan rumah tangg

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status