Adik Ipar Malang
Bab 32 B Aku HamilPOV Laras"Dok, istri saya terlihat lemas dan seperti orang sakit. Apa itu wajar?" tanya Evan dengan raut cemas."Bapak tidak usah khawatir. Untuk kehamilan di trimester awal memang seperti itu. Bisa dikatakan morning sickness. Akan ada waktunya mereda.""Apa saja yang bisa dilakukan, untuk mengurangi gejala itu, Dok?""Ini anak pertama Bapak dan Ibu? Semangat sekali, ya?" Dokter itu tersenyum melihat tingkah Evan. "Jadi Bapak harus perhatikan makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pastikan makanan tersebut sudah dimasak sampai matang. Juga hindari minuman mengandung alkohol dan kafein. Jangan lupa minum vitamin, nanti bisa tebus di apotek, ya.""Baik, Dok."Setelah puas bertanya dan mendengar penjelasan dari dokter, aku dan Ibu pergi ke mobil. Sementara Evan menebus obat dan melunasi semua administrasinya."Kamu kenapa, Laras?" tanya Ibu saat kami sudah di dalam mobil, menunggu EvAdik Ipar Malang Bab 33 A Rencana LiburanPOV Laras"Perhatian semuanya!" Kak Elan berkata sedikit kencang. Semua terdiam untuk mendengarkan lebih lanjut. "Aku mau bilang, kalau Evan minggu depan harus pergi untuk meninjau cabang yang di Bali." Pemberitahuan dari Kak Elan membuat Evan membelalakkan matanya.Sebelum Evan membuka mulut, Kak Elan sudah berbicara lebih dulu. "Apa? Di sana sudah banyak dibuka tempat wisata baru. Itu bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan penjualan produk kita.""Kenapa harus aku?" tunjuknya pada diri sendiri."Lalu siapa?""Kenapa tidak Kakak saja?""Aku harus membantu Papa menangani kantor di sini. Sekaligus kamu juga harus merasakan apa yang namanya kangen dengan istri dan calon anak," terang Kak Elan."Bagaimana dengan Laras?" alasan Evan lagi."Tidak usah khawatir. Dia bisa tinggal dengan kami, atau dengan orang tuanya. Banyak orang yang bisa bergantian menjaganya." Kal
Gadis Kekasih GelapBab 33 B Rencana LiburanPOV Devan"Astaga!" Lilis menutup wajah dengan sebelah tangannya. "Maaf, ya, Kak Fero, untuk sikap Kak Devan. Tolong jangan di dengarkan pembicaraan tidak sopan kami, yang barusan."Fero langsung mengubah raut wajahnya. Dari yang tadinya muram menjadi biasa saja."Tidak apa-apa. Kalian pasangan yang akrab," ucap Fero dengan tersenyum.Bagi Lilis yang polos pasti akan menganggap Fero pria yang ramah dan suka tersenyum. Tapi tidak denganku yang tahu arti senyumnya dia. Itu senyum palsu dan tidak tulus.Selesai makan malam aku menggiring Fero untuk duduk di ruang tamu. Bagaimanapun dia adalah teman lama, sekaligus orang yang sudah menolong istriku. Sedang Lilis membantu Mbok Urip membereskan sisa makan malam di dapur."Kamu ke mana saja setelah wisuda? Aku ingin mencarimu, tapi papaku sudah lebih dulu memberi tugas untuk mengurus perusahaannya." Aku langsung saja bertanya sesuatu
Adik Ipar Malang Bab 34 A Ke BaliPOV DevanAku mendekati Lilis yang sedang membongkar paket hadiah dari Mama. Isinya adalah baju-baju bayi. Dia terlihat sangat menyukainya, membolak-balik baju itu, melihat bagian depan dan belakang. Apa lagi berwarna-warni seperti itu."Sayang, kalau kita berlibur, bagaimana?" tanyaku setelah duduk di sebelahnya.Dia menghentikan gerakannya. "Berlibur? Ke mana?""Aku juga belum menentukan tempatnya.""Apa tak apa-apa?" Lilis mengusap perutnya."Nanti kita coba konsultasi dulu pada dokter. Kalau diijinkan, kita langsung pergi. Hitung-hitung ini liburan kamu sebelum melahirkan. Setelah melahirkan, kamu pasti akan sibuk mengurus bayi kita.""Baiklah, Kak. Kita liburan berdua." Lilis memelukku dengan erat. "Terima kasih untuk semua yang sudah Kakak berikan untukku. Aku tak mungkin bisa membalasnya.""Balas terima kasih dengan cintamu. Itu sudah lebih dari cukup."
Adik Ipar MalangBab 34 B Ke BaliPOV Devan"Kabar yang kedua ... Laras hamil.""Apa? Kak Laras hamil?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Alhamdulillah. Akhirnya Allah mengabulkan doa kita selama ini." Mata Lilis berbinar dan wajahnya semakin ceria."Kamu bahagia?""Sangat. Aku ingin menghubungi Kak Laras.""Jangan! Sudah malam. Laras sedang dalam masa-masa mual. Nanti kamu malah mengganggunya.""Betul juga, Kak.""Kalau begitu, sekarang waktunya ibu hamil tidur. Kamu harus banyak istirahat untuk persiapan kita liburan minggu depan. Kemari!"Aku berbaring di sebelah Lilis, kemudian mengusap perut buncit menggemaskan miliknya. Lilis mulai terlihat nyaman, sampai terdengar suara dengkuran halus.dari bibir mungilnya.'Ya Allah, jagalah janin yang ada di perut istriku. Lahirkanlah dalam keadaan utuh dan sempurna, sehat, cerdas, sholeh atau sholeha, dan suka mengamalkan ajaran-Mu.'Kita
Adik Ipar Malang Bab 35 A BaliPOV DevanSetelah makan malam aku dan Lilis berniat untuk istirahat, supaya besok badan tetap bugar untuk melakukan perjalanan. Tanpa sepengetahuan Lilis, aku memasukkan beberapa dokumen ke dalam koperku untuk dikerjakan selama liburan nanti.Terdengar pintu kamar diketuk dari luar. Aku dan Lilis sama-sama menghentikan pekerjaan kami yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper."Biar aku saja," usul Lilis. Dia kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya."Maaf, Non. Itu di luar ada Den Fero." Terdengar suara Mbok Urip berbicara dengan Lilis."Buatkan saja minuman untuknya, dan suruh menunggu sebentar, ya, Mbok."Setelah Mbok Urip pergi, Lilis menutup pintu kemudian berjalan ke arahku. "Ada Kak Fero di ruang tamu, Kak.""Dia lagi," gumamku lirih. "Aku akan menemuinya. Kamu mau menyelesaikan ini atau ikut?" tanyaku seraya berjalan ke arah pintu."Aku mau menyelesaikan in
Adik Ipar MalangBab 35 B BaliPOV Devan Pagi harinya setelah berpamitan dengan Mbok Urip dan Mas Tejo, kami langsung menuju bandara. Dilanjutkan dengan perjalanan udara selama kurang lebih dua jam. Kemudian kembali menaiki mobil untuk sampai di resort milik keluarga Elan.Aku sama sekali tak memberitahu Lilis kalau tempat yang kita tinggali adalah resort milik Elan. Bahkan semua biaya liburan dia yang tanggung, dengan imbalan menjalankan tugas yang dia beri. Memata-matai Evan dan orang yang berusaha merusak rumah tangganya.Sampai di kamar yang kami tinggali, wajah Lilis sedikit pucat. Mungkin dia terlalu lelah karena melakukan perjalanan jauh dengan kondisi hamil seperti itu. Aku jadi merasa bersalah. Andai aku bisa menolak permintaan mama kemarin."Sayang, kamu sangat lelah, ya?" Aku mendudukkan dia di pangkuanku. Memijat lembut di bagian pinggangnya."Lumayan, Kak." Lilis mengalungkan tangannya di leherku. Kepalanya disandarkan di dadaku dengan mata terpejam.Aku melihat jam di d
Adik Ipar MalangBab 36 A Makan di RestoranPOV Devan"Aku sudah siap. Ayo, Kak, kita makan siang!" Lilis sudah keluar dari kamar mandi. "Loh, Kakak habis telfon?""Enggak, kok. Cuma melihat-lihat saja. Siapa tahu ada pesan dari kantor, atau dari orang rumah." Buru-buru aku menyimpan gawai ke dalam saku. "Ayo kita cepat makan siang. Kasihan baby di perut, dia pasti sudah lapar."Kami segera keluar menuju restoran, salah satu sarana dan fasilitas yang ada di restoran ini. Begitu sampai di pintu masuk, aku melihat Evan yang sedang makan siang bersama dua orang laki-laki. Mungkin kliennya, dilihat dari mereka mengenakan pakaian formal.Aku memilih tempat duduk yang agak jauh dari Evan, tetapi dengan jarak masih bisa mengawasinya. Lilis yang melihat gerak gerikku juga mengikuti arah pandangku."Itu ... Kak Evan?" Wajah Lilis terlihat sangat terkejut. Matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Untung kita sudah dalam posisi duduk, sehingga tidak akan jadi tontonan orang-orang."Iya. It
Adik Ipar MalangBab 36 B Makan di RestoranPOV Devan Sore hari aku sudah terbangun. Mendapati Lilis sedang berdiri di dekat jendela yang terbuka. Memang Lilis tidak berdiri di balkon, tapi angin sore tidak baik untuknya. Aku langsung mengambil selimut, berjalan ke arah orang yang sudah menguasai hatiku saat ini."Kakak." Lilis sedikit terkejut saat aku membalut tubuhnya dengan selimut yang aku bawa."Hm? Angin kencang seperti ini tidak baik untukmu. Ayo masuk!" Aku mengajak Lilis untuk duduk di sofa. "Nanti kita makan malam di restoran yang tadi siang saja, ya?""Iya, Kak. Memang kenapa?""Siapa tahu, kamu pengen makan-makanan restoran di luar resort ini?""Enggak perlu. Di sini juga sudah lumayan bagus."Kami sepakat untuk makan malam seusai melaksanakan shalat maghrib. Aku juga menawari untuk makan malam di dalam kamar saja, tapi Lilis menolak.Sebelum itu, aku meminta Lilis untuk membersihkan diri l