"Mana Febby, Yah?" tanya Andi, tak sabar mendengar suara istrinya.
"Ini, Febby udah mau ngomong sama kamu. Mungkin dia masih syok karena bahagia. Sama seperti Ayah dan Ibu," sahut Fandi sambil menggerakkan mata, meminta Febby untuk berbicara dengan Andi.Menghela napas panjang, Febby membuka mulutnya yang terasa kaku, sulit mengeluarkan kata-kata dan mengungkapkan kebahagiaan yang seharusnya bukan dirasakan oleh Andi, melainkan Dirga_ayah dari bayi di dalam kandungan."Halo, Feb. Sayang, kamu beneran hamil?" Suara Andi terdengar bahagia. "Feb, kok kamu diam? Kamu beneran hamil 'kan? Kita mau punya anak? Iya 'kan Sayang?" Andi mengulang pertanyaan yang belum dijawab oleh Febby.Fandi menggerakkan alis dan matanya, meminta Febby berbicara. Dan akhirnya wanita cantik itu mengatakan, "I-iya Mas. Aku hamil, kata Dokter Bella, aku positif hamil, karena program itu dilakukan saat aku dalam masa subur.""Aaahhhhh! Kan apa aku bilang Sayang. ProgrMasih di Bandung, Sisca baru saja selesai berdandan. Sengaja dia berlama-lama agar memiliki alasan untuk tidak mengirim foto Febby pada Andi."Buat apa foto Teh Febby? Pasti mau diupload terus dibikin caption sedih. Iih, jijik banget. Udah cerai atuh udah berakhir, ngapain ditangisin lagi," gerutu Sisca sambil berjalan keluar dari rumah.Untung saja di rumah itu dia hanya sendiri, sang ayah baru saja pergi mengantar neneknya ke rumah sakit untuk menjalani kontrol bulanan. Sedangkan ibunya sibuk berbelanja bahan dagang."Sebentar lagi ketemu sama Aa," senyum Sisca, tak sabar ingin secepatnya melakukan kopi darat dengan Andi. Setelah hampir dua bulan mereka menjalin hubungan lewat dunia maya.Seperti janji sebelumnya, Sisca menunggu Andi di depan minimarket yang tak jauh dari jalan Suka Tani. Ia mengeluarkan ponsel dari tas, menghubungi duda tanpa anak itu."Halo A, aku udah ada di depan minimarket Melodi. Aa ada di mana?" tanya Sisca celin
Saat berada di dapur, kedua calon mertua Febby datang. Mereka saling berkenalan sebelum kembali menyambung pembicaraan serius tentang rencana ke Jakarta pagi ini. "Jadi keputusannya gimana, Pa? Kita jadi ke Jakarta?" tanya Dirga setelah mendengar kabar baik dari ayahnya. "Kita tetap ke Jakarta, Febby harus memberi keterangan lanjutan agar proses hukum yang dilaporkan Andi tidak ditindaklanjuti," jawab Dewanto tegas. Fandi mengangguk setuju dengan ucapan besannya. "Sebelum ke Jakarta, kita sarapan dulu Pak Dewanto." Ia menarik kursi, mempersilahkan calon besannya untuk duduk. Ratna, Dewanto dan Dirga duduk di seberang meja, berhadapan dengan Febby, Inneke dan Fandi. Di atas meja makan sudah tersedia berbagai makanan berat dan ringan, buatan Inneke dan Kesayangan sang Duda. Ratna terkagum melihat hidangan di atas meja, pandang matanya langsung beralih pada Febb
Paginya~Andi sudah siap berangkat ke Bandung. Sebelum pergi, ia menghubungi sepupu mantan istrinya.Duduk di depan stir mobil, Andi menunggu panggilannya diterima oleh Sisca.Selang beberapa menit menanti, suara nada sambung berubah menjadi suara halo dari ujung sana. Ia berbicara dengan nada serius, "Ada kabar apa di sana?"Terdengar suara Sisca yang menguap, seperti baru bangun tidur. Memang jam masih menunjukkan pukul lima lewat. Andi sengaja pergi lebih pagi agar tak terjebak kemacetan panjang."Kamu baru bangun tidur, Neng?" tanya Andi mengerutkan kening. Biasanya Febby bangun lebih pagi dari ayam tetangga. Baginya jam lima lewat itu sudah siang."Iya A, aku baru bangun. Untung Aa nelpon aku, jadi aku ngga kesiangan. Maaf ya A."Tersenyum kecut, Andi mendadak ilfeel. Belum dipilih menjadi istri, Sisca sudah menunjukkan kemalasan. "Iya ngga apa-apa, Neng. Aa cuma mau bilang sama kamu, Aa OTW Bandung. Kamu mandi gih,
Pandang mata pria baya itu tertuju pada Dewanto dan Ratna. Ia pun menyunggingkan senyum ramah sambil mengangguk-angguk sopan.Tanpa menunggu pertanyaan dari calon mertua, Dirga memperkenalkan kedua orang tuanya yang berdiri di samping kanan. "Mereka berdua orang tuaku, Yah.""Oh .... " Bibir Fandi membulat membentuk huruf O besar. "Kamu bawa kedua orang tuamu ke sini?" Ia mengalihkan pandangan ke arah Dirga."Iya," angguk Duda Tampan itu sambil tersenyum lebar. "Maaf tadi aku ngga bilang dulu di telepon."Dewanto dan Ratna saling tatap, masih belum percaya kalau pemilik rumah gedong itu adalah calon besannya."Pak Dewanto ya?" Fandi mengulurkan tangan pada pensiunan Polisi itu.Dewanto mengangguk sambil tersenyum kikuk. Menyambut uluran tangan Fandi dan menggenggam erat. "Iya, saya Dewanto, ayah kandung Dirga Dewanto. Dan ini istri saya." Ia menoleh ke arah Ratna. "Kedatangan kami ke sini .... ""Jelasinnya di dalam aja,
Tak sabar menunggu Anggun menemuinya, Andi yang justru datang menemui Janda dua kali itu di Klinik Kecantikan, namun sayang kedatangannya ditolak mentah-mentah.Andi pun kembali ke mobil dengan harapan kosong. Akan tetapi, duda mengenaskan itu tak langsung pulang begitu saja, dia tetap menunggu dari kejauhan.Ting!Pesan dari Anggun masuk ke ponsel Andi, dengan cepat ia membacanya.Anggun [Kamu nekat banget sih Mas! Gimana kalau ada yang melihat kamu di sini?]Andi [Aku nyamar, Gun. Ngga usah ngegas juga. Lagian aku ngga sebodoh itu. Aku cuma mau bicara sama kamu tentang kasus hukum Dirga. Nunggu kamu pulang kelamaan]Anggun [Mau nyamar kek, mau apa kek. Tetap aja yang kamu lakukan itu membahayakan kita berdua. Aku 'kan udah bilang kalau aku pasti datang menemui kamu setelah selesai bekerja. Sabar dong!]Andi [Lama Gun. Aku udah sabar banget nunggu kamu. Ini udah jam berapa? Udah mau malam tapi kamu belum pulang juga. Pa
Dewanto terdiam mendengar kabar buruk dari Bramanto, menyaring informasi yang diberikan sahabatnya.Sekian detik berpikir, pria baya itu mengatakan, "Tuduhan mal praktek itu atas dasar apa? Kalau dia tidak menemukan keterangan tentang program kehamilan yang dijalani Febby di rumah sakit, itu tidak bisa dijadikan bukti adanya mal praktek. Apalagi yang dilakukan Dirga pada Febby sama sekali tidak membuat Febby mengalami kerugian apapun.""Ya, aku tahu soal itu. Kemungkinan tuduhan dari Andi soal mal praktek tidak akan masuk ke penyidikan, tapi perselingkuhan, itu yang sedang diproses. Kamu tahu 'kan undang-undang baru yang menyatakan kalau kasus perselingkuhan bisa dipidanakan, apalagi anakmu memiliki gelar Dokter spesialis Kandungan. Yang dimana ... seharusnya dia bisa memegang sumpahnya. Tapi kalau perselingkuhan tidak bisa dibuktikan, anakmu akan dinyatakan tidak bersalah."Dewanto mengembus napas kasar sambil mengusap kening yang berkeringat. "Aku tahu t