Share

Aku Belum Selesai

Penulis: Wisha Berliani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 23:46:28

Darah Celine seakan berhenti mengalir saat suara Kayra terdengar dari balik pintu.

Panik langsung menyergap tubuhnya, napasnya tercekat. Dengan refleks, ia mendorong dada Aldean, tidak keras tapi gemetar karena ketakutan.

“Om! Itu Kayra! Cepat bangun… Om, tolong! Nanti dia pergokin kita!” bisik Celine terburu-buru, suaranya pecah dan serak. Tangannya segera menarik tangan Aldean yang terselip di balik kain segitiga.

Aldean membuka mata, dan yang paling menusuk hati Celine adalah ketenangan pria itu. Aldean sama sekali tidak panik, tidak terkejut, dan tidak tegang. Justru dia tampak sangat tenang. Tenang yang mematikan. Seolah lima menit lalu dia tidak sedang mencium Celine sampai dunia berhenti berputar. Seolah tidak ada bahaya besar yang hanya berjarak satu pintu dari mereka.

Celine makin kacau. “Om Dean! Dengar aku nggak?! Kalau dia sampai pergokin—”

Tiba-tiba Aldean meraih pipi Celine dengan lembut tapi mantap, memaksa Celine menatap matanya.

“Cel,” bisiknya pelan, “lihat aku.”

Cel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kamu Yang Di Atas

    Aldean menunduk sedikit, hidungnya menyentuh pelipis Celine.“Nanti Kayra nungguin Om,” ujar Celine lirih. “Kalau Om nggak pulang, nanti dia bakal—”“Aku yang jelasin,” potong Aldean lembut, namun tegas. Tangannya mengusap punggung Celine perlahan. Menenangkan, tapi juga tak memberi ruang untuk dibantah. “Aku bilang malam ini ada urusan mendadak.”“Kalau dia curiga?”“Aku yang urus.”Celine mendongak, menatap Aldean ragu. “Om yakin?”“Aku yakin.” Tatapan Aldean mantap. “Aku mau di sini. Sama kamu. Bukan karena aku bisa, tapi karena aku yang milih.”Kalimat itu menghantam dada Celine pelan tapi dalam. Ia memejamkan mata sesaat, membiarkan hangat itu meresap bersamaan dengan rasa perih yang tak bisa sepenuhnya ia singkirkan.“Om keras kepala,” gumamnya kecil.Sudut bibir Aldean terangkat tipis. “Cuma kalau soal kamu.”Celine menghela napas, lalu mengangguk pasrah. “Ya udah. Tapi besok Om pulang.”“Iya,” jawab Aldean tanpa ragu.Ia merapatkan pelukannya. Tangannya naik ke tengkuk Celine,

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Aku Mau Di Sini Sama Kamu

    Aldean mendekatkan tubuhnya rapat ke Celine, dagunya menyentuh bahu sang kekasih. Napasnya mengusap lembut tengkuk putih dan mulus itu sebelum sebuah kecupan halus mendarat di sana. Bukan terburu-buru, bukan pula menuntut, hanya penuh rasa memiliki.Celine pun refleks mendesah lirih, menutup matanya sejenak. Jantungnya berdegup tak beraturan, namun tangannya tetap sibuk mengaduk masakan di atas kompor.“Harumnya,” ucap Aldean rendah, nyaris berbisik. “Masakannya… atau orangnya ya?”“Om Dean…” Celine tersenyum malu. “Jangan ganggu. Nanti gosong.”Aldean terkekeh pelan. Lengannya mengencang sedikit di pinggang Celine, seolah enggan melepaskan.“Aku cuma kangen,” katanya jujur. “Dari tadi pengin peluk.”Kalimat sederhana itu membuat dada Celine terasa hangat dan nyeri bersamaan.“Kangen padahal baru ketemu,” balas Celine pelan.“Justru karena itu,” sahut Aldean lembut. “Aku pengin pastiin kamu ada. Baik-baik aja.”Celine menelan ludah. Senyumnya masih ada, tapi matanya mulai terasa panas

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Keputusan Celine

    Celine tersentak. Langkahnya terhenti mendadak.Ia menoleh. Aldean berdiri tak jauh darinya. Jasnya masih rapi, rambutnya sedikit berantakan diterpa angin malam.“Om?” Celine terkejut. “Kok Om ada di sini? Bukannya tadi Om pulang?”“Nggak jadi.” Aldean mendekat beberapa langkah. Tatapannya langsung mengunci wajah Celine.“Aku kepikiran kamu.”Jantung Celine berdegup tak karuan.“Jadi... tadi habis lihat Kayra pergi, Om langsung ke sini,” ucapnya pelan.Aldean hanya mengangguk singkat.Ia berhenti tepat di depan Celine. Dari jarak sedekat itu, raut murung di wajah Celine tak luput dari perhatiannya. Mata Celine yang berkaca-kaca dan senyum yang dipaksakan.“Ada apa?” tanyanya rendah. Tidak mendesak, hanya peduli.Celine menggeleng cepat. “Nggak apa-apa, Om.”Aldean tahu itu bohong. Tapi ia memilih tidak memaksa.“Oke. Kalau gitu, kita masuk, ya,” ucapnya lembut.Ia mengulurkan tangan.Celine menyambutnya dan mengangguk kecil.Genggaman Aldean hangat dan tenang. Sedikit demi sedikit, se

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Saat Kebenaran Datang, Celine Mungkin Akan Kehilangan Sahabatnya

    “Kay—!”Celine refleks meraih ponselnya lagi. Tubuhnya condong ke depan, tangannya lebih cepat. Dalam satu tarikan panik, ponsel itu berhasil kembali ke genggamannya.Tanpa buang waktu, Celine langsung menyelipkan ponsel itu ke dalam tas, menutup resletingnya rapat seolah nyawa rahasianya ada di sana.“Cel!” Kayra mendengus kesal. “Ih, pelit amat sih? Cuma lihat doang juga.”Celine tertawa kecil, berusaha santai meski jantungnya masih lompat-lompat. “Bukan pelit. Cuma… nggak enak aja.”“Nggak enak kenapa?” Kayra memicingkan mata, curiga setengah bercanda. “Chat apaan sih sampai segitu dijagain?”“Beneran, Kay. Grup kantor,” jawab Celine cepat. “Aku malu aja kalau kamu baca.”“Malu?” Kayra mendelik. “Lah, kenapa malu?”Celine terdiam sepersekian detik. Otaknya bekerja keras.“Karena…” ia menggaruk pipinya. “Mereka lagi gosipin aku.”“Hah?” Kayra langsung antusias. “Gosip apaan? Serius! Aku pengin tahu.”Celine menghela napas pura-pura pasrah. “Digosipin sama cowok kantor.”“Ohhh—” Kayr

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Pengintaian Hari Pertama...

    Surya baru saja tiba di rumah. Suara pintu utama terbuka membuat dua wanita di ruang keluarga menoleh hampir bersamaan.Maya dan Shasa tengah duduk santai di sofa, masing-masing dengan cangkir teh di tangan.“Gimana, Pa?” tanya Maya cepat, matanya berbinar penuh harap. “Tuan Aldean nerima tawaran makan malam itu?”Surya meletakkan jasnya di sandaran sofa, lalu duduk di seberang Maya dan Shasa.“Sudah,” jawabnya datar. “Semuanya beres.”Shasa langsung mencondongkan tubuh, senyumnya lebar. “Bagus! Akhirnya dia luluh juga.”Maya menaruh cangkir tehnya pelan di meja, bibirnya terangkat licik.“Berarti tinggal jalankan rencana kita nanti. Harus tepat sasaran, nggak boleh meleset sedikit pun.”Shasa terkekeh kecil. “Tenang, Ma. Aku udah siap kok. Kali ini Tuan Aldean nggak bakal bisa kabur dari permainan kita.”Surya mengernyit. “Permainan apa, sih? Dari kemarin Papa tanya, kalian nggak pernah mau cerita.”Maya beranjak, mendekat ke arah Surya. Ia menunduk, lalu berbisik pelan di telinganya

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Akulah Perempuan Itu

    Celine dan Aldean refleks melepas pelukan. Keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu.Di ambang sana, Evan berdiri terpaku.Ketegangan yang sempat menggantung di antara Celine dan Aldean langsung luruh begitu mereka menyadari siapa yang datang. Bukan Kayra, bukan siapa pun yang berbahaya, hanya Evan.Evan sendiri tampak kikuk. Tatapannya segera turun, tubuhnya sedikit menunduk.“Maaf, Tuan,” ucapnya cepat. “Saya tidak tahu Tuan sedang—”“Tidak apa,” potong Aldean singkat. Suaranya kembali dingin. “Ada apa?”Evan menarik napas. “Ada hal penting yang perlu saya sampaikan.”Aldean mengangguk pelan, lalu menoleh ke Celine. “Cel... aku harus bahas pekerjaan dengan Evan.”Celine langsung mengerti. Ia gegas berdiri. “Kalau begitu aku balik kerja dulu, Om.”Aldean ikut bangkit dari sofa. Saat Celine hendak melangkah pergi, tangannya menahan Celine sesaat. Ia meraih pundak Celine dan mencium keningnya singkat, enang, protektif, dan penuh makna.“Jaga diri,” ucapnya rendah.Begitu pintu tertutup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status