Home / Romansa / Ah! Sentuh Aku Lagi, Om / Aku Suka Panggilan Itu

Share

Aku Suka Panggilan Itu

last update Last Updated: 2025-12-16 23:56:36

“Bebi… kamu cantik banget. Aku sampai nggak waras tiap kali lihat kamu kayak gini,” gumam Aldean, suaranya serak penuh pujian.

Wajah Celine langsung memerah, pandangannya buru-buru menunduk menutupi rasa malu yang menggelayutinya.

Aldean mengangkat dagu Celine, matanya menatap tajam penuh hasrat. Lalu—

Cup.

Bibirnya kembali menyentuh bibir Celine, kali ini lebih dalam dan rakus. Suara decak kecil dari pertemuan bibir itu memenuhi ruangan, mengaburkan sejenak dunia di sekitar mereka.

Tangan Aldean menjelajahi lekuk tubuh sang kekasih hati. Berhenti di dua bantalan yang menggantung indah dan menggoda, seolah memanggilnya untuk bermain-main di sana. Jari-jarinya pun meremas lembut, bergantian sebelum memilin ujungnya yang mulai mengeras.

“Om... ahh... emm...” desahan Celine terlepas pelan, seolah api gairah membakar dari dalam dirinya.

Setelah puas menjelajah bibir dan leher Celine, Aldean menurunkan ciumannya ke ujung da da yang sudah mengeras. Lidahnya menari lembut mengelilingi pucuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Semalaman

    “Om Dean, aku... aku... udah mau. Ah—aku kayaknya aku udah gila, Om.” gumam Celine, matanya yang sayu menatap penuh hasrat pada Aldean.Aldean juga, dia tak berkedip sedikitpun menatap wajah Celine yang menggoda, terlihat begitu cantik dan memikat. Melihatnya, Aldean tak mampu lagi menahan gejolak dalam dirinya yang semakin memuncak. Kenikmatan itu pun berkumpul pada satu titik di tubuhnya.“Oh, Bebi... aku nggak tahan lagi...” ungkap Aldean dengan napas terengah-engah.Tanpa menunggu lama, dia semakin mempercepat tempo gerakannya hingga tak terkendali, rahang tegasnya mengeras, kepalanya mendongak ke atas.“Arrgghh, Celine...!” erang Aldean, suaranya berat dan sensual, teramat seksi dan menggoda.Hingga pada sepuluh menit berikutnya, Aldean tak tahan lagi dan akhirnya menyemburkan bibit unggulnya di dalam Celine, membuat tubuh Celine bergetar hebat, merasakan hangat dan penuh di dalam sana saat gelombang kenikmatan itu menghantamnya tanpa ampun.Bruk!Tubuh Aldean yang kekar seketika

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Malam Panas

    Aldean mengatupkan rahang saat mendengar desahan merdu yang tersu keluar dari mulut Celine.Goyangan amatir yang dilakukan Celine membuat Aldean mengeram tertahan, terhanyut oleh sensasi luar biasa yang ia rasakan. Meski masih amatir, gerakan Celine berhasil membuat Aldean kehilangan kewarasannya.Tatapannya yang penuh hasrat itu menelusuri perut ramping Celine, lalu naik ke da da sintalnya yang menggoda. Matanya berhenti sejenak di pucuk merah jambu yang mengeras, kemudian menyusuri leher hingga wajah Celine yang tampak sangat menggoda dan seksi.“Engh... ah... Om Dean... aahh aku—” rancau Celine tak terkendali, menikmati setiap penyatuan itu.“Ough... ahhh... kamu nikmat dan bikin aku candu banget, Bebi...” balas Aldean di sela desahnya.Satu tangan Aldean yang berada di pinggang Celine perlahan bergerak ke perut Celine yang rata dan mengelusnya, lalu beralih ke atas, menangkup bantalan kenyal dan besar itu.“Da da mu makin besar, Cel. Oh—kamu seksi banget, Bebi...”Celine mendongak

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kamu Yang Di Atas

    Aldean menunduk sedikit, hidungnya menyentuh pelipis Celine.“Nanti Kayra nungguin Om,” ujar Celine lirih. “Kalau Om nggak pulang, nanti dia bakal—”“Aku yang jelasin,” potong Aldean lembut, namun tegas. Tangannya mengusap punggung Celine perlahan. Menenangkan, tapi juga tak memberi ruang untuk dibantah. “Aku bilang malam ini ada urusan mendadak.”“Kalau dia curiga?”“Aku yang urus.”Celine mendongak, menatap Aldean ragu. “Om yakin?”“Aku yakin.” Tatapan Aldean mantap. “Aku mau di sini. Sama kamu. Bukan karena aku bisa, tapi karena aku yang milih.”Kalimat itu menghantam dada Celine pelan tapi dalam. Ia memejamkan mata sesaat, membiarkan hangat itu meresap bersamaan dengan rasa perih yang tak bisa sepenuhnya ia singkirkan.“Om keras kepala,” gumamnya kecil.Sudut bibir Aldean terangkat tipis. “Cuma kalau soal kamu.”Celine menghela napas, lalu mengangguk pasrah. “Ya udah. Tapi besok Om pulang.”“Iya,” jawab Aldean tanpa ragu.Ia merapatkan pelukannya. Tangannya naik ke tengkuk Celine,

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Aku Mau Di Sini Sama Kamu

    Aldean mendekatkan tubuhnya rapat ke Celine, dagunya menyentuh bahu sang kekasih. Napasnya mengusap lembut tengkuk putih dan mulus itu sebelum sebuah kecupan halus mendarat di sana. Bukan terburu-buru, bukan pula menuntut, hanya penuh rasa memiliki.Celine pun refleks mendesah lirih, menutup matanya sejenak. Jantungnya berdegup tak beraturan, namun tangannya tetap sibuk mengaduk masakan di atas kompor.“Harumnya,” ucap Aldean rendah, nyaris berbisik. “Masakannya… atau orangnya ya?”“Om Dean…” Celine tersenyum malu. “Jangan ganggu. Nanti gosong.”Aldean terkekeh pelan. Lengannya mengencang sedikit di pinggang Celine, seolah enggan melepaskan.“Aku cuma kangen,” katanya jujur. “Dari tadi pengin peluk.”Kalimat sederhana itu membuat dada Celine terasa hangat dan nyeri bersamaan.“Kangen padahal baru ketemu,” balas Celine pelan.“Justru karena itu,” sahut Aldean lembut. “Aku pengin pastiin kamu ada. Baik-baik aja.”Celine menelan ludah. Senyumnya masih ada, tapi matanya mulai terasa panas

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Keputusan Celine

    Celine tersentak. Langkahnya terhenti mendadak.Ia menoleh. Aldean berdiri tak jauh darinya. Jasnya masih rapi, rambutnya sedikit berantakan diterpa angin malam.“Om?” Celine terkejut. “Kok Om ada di sini? Bukannya tadi Om pulang?”“Nggak jadi.” Aldean mendekat beberapa langkah. Tatapannya langsung mengunci wajah Celine.“Aku kepikiran kamu.”Jantung Celine berdegup tak karuan.“Jadi... tadi habis lihat Kayra pergi, Om langsung ke sini,” ucapnya pelan.Aldean hanya mengangguk singkat.Ia berhenti tepat di depan Celine. Dari jarak sedekat itu, raut murung di wajah Celine tak luput dari perhatiannya. Mata Celine yang berkaca-kaca dan senyum yang dipaksakan.“Ada apa?” tanyanya rendah. Tidak mendesak, hanya peduli.Celine menggeleng cepat. “Nggak apa-apa, Om.”Aldean tahu itu bohong. Tapi ia memilih tidak memaksa.“Oke. Kalau gitu, kita masuk, ya,” ucapnya lembut.Ia mengulurkan tangan.Celine menyambutnya dan mengangguk kecil.Genggaman Aldean hangat dan tenang. Sedikit demi sedikit, se

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Saat Kebenaran Datang, Celine Mungkin Akan Kehilangan Sahabatnya

    “Kay—!”Celine refleks meraih ponselnya lagi. Tubuhnya condong ke depan, tangannya lebih cepat. Dalam satu tarikan panik, ponsel itu berhasil kembali ke genggamannya.Tanpa buang waktu, Celine langsung menyelipkan ponsel itu ke dalam tas, menutup resletingnya rapat seolah nyawa rahasianya ada di sana.“Cel!” Kayra mendengus kesal. “Ih, pelit amat sih? Cuma lihat doang juga.”Celine tertawa kecil, berusaha santai meski jantungnya masih lompat-lompat. “Bukan pelit. Cuma… nggak enak aja.”“Nggak enak kenapa?” Kayra memicingkan mata, curiga setengah bercanda. “Chat apaan sih sampai segitu dijagain?”“Beneran, Kay. Grup kantor,” jawab Celine cepat. “Aku malu aja kalau kamu baca.”“Malu?” Kayra mendelik. “Lah, kenapa malu?”Celine terdiam sepersekian detik. Otaknya bekerja keras.“Karena…” ia menggaruk pipinya. “Mereka lagi gosipin aku.”“Hah?” Kayra langsung antusias. “Gosip apaan? Serius! Aku pengin tahu.”Celine menghela napas pura-pura pasrah. “Digosipin sama cowok kantor.”“Ohhh—” Kayr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status