Share

4. Adalah Naina

"Maukah kamu menjadi istriku?" tanya seorang pria yang bersimpuh di hadapanya dengan sebuah cincin berkilau emas di kotak bentuk love itu.

Naina tersenyum kecil. Ini bukan kali pertama ia diperlakukakan begitu spesial oleh seorang laki-laki. Dari perjaka sampai suami orang sekalipun pernah memperlakukan dia begitu istimewa seperti ini.

Tidak heran. Walaupun hanya staff biasa, Naina mempunyai wajah yang cantik campuran Indo-Turki. Berkulit putih bersih. Tentu tidak lepas dari perawatan mahal yang ia lakukan. Tubuhnya juga proposional. Kalau kata orang seperti gitar spanyol.

Namun entah mengapa, seorang laki-laki yang bersimpuh di hadapanya kini terlihat berbeda. Ia masih muda, tampan dan tentu saja mapan. Seantero penjuru mungkin mengenal pria ini. Kekayaanya masuk dalam jajaran orang terkaya di negeri ini.

Naina pun tau siapa dan latar belakang pria ini. Arfaaz Khairul Hartanto. Salah satu crazy rich di negara ini.

"Tetapi istrimu?" tanya Naina masih dengan santai.

Ya, Naina tahu jika Arfaaz sudah beristri.

"Percayalah. Dia setuju," ucap Arfaaz.

Tidak seperti pria lain yang mendekatinya. Arfaaz berbeda. Biasanya yang datang seorang pemuda biasa, berpenampilan biasa serta jabatan yang biasa, atau kalau tidak, adalah om-om berperut buncit yang menawarkan menjadi simpanan atau menjadi istri sirinya.

Arfaaz berbeda. Ia masih muda. Bahkan ia menawarkan pesta besar di hari pernikahan mereka jika Naina menerimanya. Siapa kiranya wanita yang tidak merasa tersanjung diperlakukan sebegitu istimewa seperti ini. Dan juga itu artinya Arfaaz mau menikahinya secara resmi. Sah di mata agama dan negara.

Mungkin memang istri Arfaaz di rumah adalah wanita kucel, lemah yang mengalah hingga menyetujui jika dirinya dimadu. Mungkin juga istri pertama Arfaaz takut miskin hingga ia memilih bertahan daripada dilepaskan.

Tak apa. Setelah menikah ia yakin bahwa Naina akan diratukan. Memenangkan hati Arfaaz. Bahkan Bisa jadi justru Arfaaz akan melupakan istri pertamanya.

Lebih baik menjadi yang kedua tetapi diutamakan. Daripada yang pertama tapi diduakan.

Itulah prinsip dan keyakinan yang dipegang Naina saat ini.

"Bangunlah," perintah Naina.

Ia memegang kotak cincin yang ada di tangan Arfaaz. Hati pria itu bergetar, takut ditolak. Namun siapa yang dapat menolak konglomerat seperti Arfaaz? Sepertinya tidak ada.

Naina membalik kotak cincin yang semula menghadap dirinya itu menjadi berbalik menatap arah Arfaaz.

"Pakaikan," perintah Naina lagi sembari menyodorkan jemarinya. Membuat Arfaaz melebarkan senyumnya.

Karena perasaanya yang mengharu biru, ia memeluk sang wanita.

"Terimakasih, Nan," ucap Arfaaz.

Sementara Naina bersorak dalam hati. Ada rasa bangga tersendiri saat ia berhasil memenangkan hati seorang konglomerat seperti Arfaaz. Bahkan bisa memalingkanya dari istri pertamanya.

Mereka berpisah seusai jam makan siang berakhir. Arfaaz kembali ke perusahaanya dan Naina juga kembali ke kantornya. Pesona Naina yang begitu menawan mampu terdengar hingga telinga Arfaaz. Membuat sang pucuk pimpinan merasa tertarik dan ingin tau siapa sosok seorang Naina yang menjadi primadona dalam obrolan setiap pria.

Dan hari ini, Naina memutuskan resign dari tempat kerja yang telah menghidupinya bertahun tahun itu.

Sedih? Tidak. Ia terus saja memancarkan rona kebahagiaanya. Namun ketiga sahabatnya itu justru bertingkah aneh.

"Nan, kamu sudah tau istri pertama Arfaaz Hartanto?"

Naina melambaikan tangan di udara.

"Aku tidak tau. Dan tidak mau tau."

"Nan, tapi kamu harus tau. Itu penting. Karena ia yang akan menjadi kakak madumu."

"Sudah, kalian tenang saja. Istri pertama Arfaaz itu hanya ibu rumah tangga yang hobi pakai daster. Yang dikit-dikit nangis. Seperti di film-film itu. Sudahlah, aku cukup tau. Tidak perlu kalian tambahkan lagi,"

Ketiga sahabatnya itu saling pandang. Naina memang keras kepala. Padahal mereka sudah tau betul siapa Arindi Maheswari. Namanya masuk ke dalam jajaran perempun hebat di negeri ini. Pekerjaan utamanya memang ibu rumah tangga. Karena segala usahanya bisa ia lakukan di rumah, kecuali ada hal darurat.

"Kamu tau darimana Nan?"

"Aku tau di galeri handphone milik Arfaaz. Memang foto dari belakang sih. Duh enggak banget penampilanya. Pakai daster, rambut dikucir satu di belakang. Ndeso,"

"Nan, tapi-- "

"Sudah aku tidak aku memikirkan istri pertama Arfaaz. Aku akan menyingkirkannya,"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status