Share

4. Adalah Naina

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-30 16:01:21

"Maukah kamu menjadi istriku?" tanya seorang pria yang bersimpuh di hadapanya dengan sebuah cincin berkilau emas di kotak bentuk love itu.

Naina tersenyum kecil. Ini bukan kali pertama ia diperlakukakan begitu spesial oleh seorang laki-laki. Dari perjaka sampai suami orang sekalipun pernah memperlakukan dia begitu istimewa seperti ini.

Tidak heran. Walaupun hanya staff biasa, Naina mempunyai wajah yang cantik campuran Indo-Turki. Berkulit putih bersih. Tentu tidak lepas dari perawatan mahal yang ia lakukan. Tubuhnya juga proposional. Kalau kata orang seperti gitar spanyol.

Namun entah mengapa, seorang laki-laki yang bersimpuh di hadapanya kini terlihat berbeda. Ia masih muda, tampan dan tentu saja mapan. Seantero penjuru mungkin mengenal pria ini. Kekayaanya masuk dalam jajaran orang terkaya di negeri ini.

Naina pun tau siapa dan latar belakang pria ini. Arfaaz Khairul Hartanto. Salah satu crazy rich di negara ini.

"Tetapi istrimu?" tanya Naina masih dengan santai.

Ya, Naina tahu jika Arfaaz sudah beristri.

"Percayalah. Dia setuju," ucap Arfaaz.

Tidak seperti pria lain yang mendekatinya. Arfaaz berbeda. Biasanya yang datang seorang pemuda biasa, berpenampilan biasa serta jabatan yang biasa, atau kalau tidak, adalah om-om berperut buncit yang menawarkan menjadi simpanan atau menjadi istri sirinya.

Arfaaz berbeda. Ia masih muda. Bahkan ia menawarkan pesta besar di hari pernikahan mereka jika Naina menerimanya. Siapa kiranya wanita yang tidak merasa tersanjung diperlakukan sebegitu istimewa seperti ini. Dan juga itu artinya Arfaaz mau menikahinya secara resmi. Sah di mata agama dan negara.

Mungkin memang istri Arfaaz di rumah adalah wanita kucel, lemah yang mengalah hingga menyetujui jika dirinya dimadu. Mungkin juga istri pertama Arfaaz takut miskin hingga ia memilih bertahan daripada dilepaskan.

Tak apa. Setelah menikah ia yakin bahwa Naina akan diratukan. Memenangkan hati Arfaaz. Bahkan Bisa jadi justru Arfaaz akan melupakan istri pertamanya.

Lebih baik menjadi yang kedua tetapi diutamakan. Daripada yang pertama tapi diduakan.

Itulah prinsip dan keyakinan yang dipegang Naina saat ini.

"Bangunlah," perintah Naina.

Ia memegang kotak cincin yang ada di tangan Arfaaz. Hati pria itu bergetar, takut ditolak. Namun siapa yang dapat menolak konglomerat seperti Arfaaz? Sepertinya tidak ada.

Naina membalik kotak cincin yang semula menghadap dirinya itu menjadi berbalik menatap arah Arfaaz.

"Pakaikan," perintah Naina lagi sembari menyodorkan jemarinya. Membuat Arfaaz melebarkan senyumnya.

Karena perasaanya yang mengharu biru, ia memeluk sang wanita.

"Terimakasih, Nan," ucap Arfaaz.

Sementara Naina bersorak dalam hati. Ada rasa bangga tersendiri saat ia berhasil memenangkan hati seorang konglomerat seperti Arfaaz. Bahkan bisa memalingkanya dari istri pertamanya.

Mereka berpisah seusai jam makan siang berakhir. Arfaaz kembali ke perusahaanya dan Naina juga kembali ke kantornya. Pesona Naina yang begitu menawan mampu terdengar hingga telinga Arfaaz. Membuat sang pucuk pimpinan merasa tertarik dan ingin tau siapa sosok seorang Naina yang menjadi primadona dalam obrolan setiap pria.

Dan hari ini, Naina memutuskan resign dari tempat kerja yang telah menghidupinya bertahun tahun itu.

Sedih? Tidak. Ia terus saja memancarkan rona kebahagiaanya. Namun ketiga sahabatnya itu justru bertingkah aneh.

"Nan, kamu sudah tau istri pertama Arfaaz Hartanto?"

Naina melambaikan tangan di udara.

"Aku tidak tau. Dan tidak mau tau."

"Nan, tapi kamu harus tau. Itu penting. Karena ia yang akan menjadi kakak madumu."

"Sudah, kalian tenang saja. Istri pertama Arfaaz itu hanya ibu rumah tangga yang hobi pakai daster. Yang dikit-dikit nangis. Seperti di film-film itu. Sudahlah, aku cukup tau. Tidak perlu kalian tambahkan lagi,"

Ketiga sahabatnya itu saling pandang. Naina memang keras kepala. Padahal mereka sudah tau betul siapa Arindi Maheswari. Namanya masuk ke dalam jajaran perempun hebat di negeri ini. Pekerjaan utamanya memang ibu rumah tangga. Karena segala usahanya bisa ia lakukan di rumah, kecuali ada hal darurat.

"Kamu tau darimana Nan?"

"Aku tau di galeri handphone milik Arfaaz. Memang foto dari belakang sih. Duh enggak banget penampilanya. Pakai daster, rambut dikucir satu di belakang. Ndeso,"

"Nan, tapi-- "

"Sudah aku tidak aku memikirkan istri pertama Arfaaz. Aku akan menyingkirkannya,"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   62. END

    Naina hanya melengos mendengar alasan Arindi. Saat para pelayat satu persatu saat sudah pulang. Datanglah seorang tamu berpakaian rapi.Semula mereka mengira bahwa laki laki itu adalah teman atau klien Arfaaz. Ternyata laki laki itu memperkenalkan diri sebagai pengacara."Saya pengacara dari Pak Arfaaz, ingin menyampaikan amanah. Bahwa beliau mempunyai tabungan yang ia amanahkan kepada istrinya jika meninggal."Naina kaget. Namun dalam hati tentu ia bernafas lega. Ia kira ia akan hidup miskin setelah ditinggal mati Arfaaz dan perusahaannya terancam bangkrut. Namun rupanya suami pelitnya itu menyiapkan tabungan untuk mereka. Pengacara tersebut menyerahkan masing masing satu buku tabungan. Saat Arindi menerima buku tabungan itu, ekor mata Naina sempat meliriknya. Jumlahnya Wow cukup fantastis.Dan saat tiba gilirannya. Jumlahnya sangat berbeda jauh dengan yang di terima Arindi."Loh Pak. Kok jumlahnya tidak sama?""Iya Bu. Dikarenakan pernikahan Mbak Arindi dan Mas Arfaaz sudah berjala

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   61. JATUH TERTIMPA TANGGA PULA

    Naina masih gemetar "Mbak Arindi," teriaknya. Suaranya bahkan hampir tercekat."Mbak," panggilnya sekali lagi sedikit keras.Arindi mendekat."Ada apa?""Mas Arfaaz kecelakaan. Dan dia meninggal.""Hah, serius kamu?""Aku Baru saja dapat telefon dari kepolisian. Dan sekarang dibawa ke RS BAYANGKARA," Jawab Naina..Arindi sebenarnya ingin menangis, meraung, menjerit saat itu. Tapi itu bukan solusi di saat genting. Ia segera menyambar kunci mobil."Aku ikut Mbak," tanya Naina dengan panik. Ia masuk ke kamar dulu."Tidak usah pakai acara dandan segala. Ini darurat," bentak ArindiSaat itu Naina tak memilih berdebat. Kecuali menuruti."Ra, kamu pulang dulu ya. Aku Mau ke rumah sakit. Suamiku kecelakaan,""Oh iya Nan. Tidak apa apa."Sepeninggal Naina, Clara hanya menggeleng. Membayangkan apesnya menjadi Naina saat itu.Saat sampai di rumah sakit, Arindi segera berlari di lorong rumah sakit. Tak perduli banyak pasang mata yang menatapnya."Sus, pasien kecelakaan atas nama Arfaaz dirawat d

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   60. BERITA MENGEJUTKAN

    Clara mengusap wajahnya dengan kasar. Berarti memang apa yang dikatakan Naina saat itu adalah benar."Ya Tuhan, Man. Kamu kok tega sekali sih?" protes Clara."Tega? Maksut kamu? Aku tidak menyakitinya.""Kamu itu sebagai laki laki peka sedikit kenapa sih. Kamu tau jika Naina itu suka dengan kamu. Masih tidak mengerti. Selama ini kamu berusaha mendekatinya. Lalu untuk apa kalau Ki tidak suka?" tanya Clara lagi."Ya Jan sikapku ke Naina ya sama seperti ke kamu Ra. Kita teman. Aku tidak pernah memberinya harapan lebih.""Tapi kalau dia berharap lebih bagaimana?""Ya dia yang salah.""Loh kok dia yang salah?" tanya Clara."Dia sudah bersuami. Kalaupun menjalin hubungan denganku, tujuannya untuk apa? Suatu hubungan itu harus ada tujuan yang jelas ke depannya seperti apa. Kalau aku dan Naina menikah itu adalah hal yang mustahil." jawab HermanAlis Clara bertaut."Kenapa mustahil? Kalian tidak ada ikatan darah. Kalian juga satu agama. Toh Naina juga hanya menjadi istri kedua. Bisa lah menik

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   59.MEMANG KENYATAAN

    Sesampai rumah juga Naina tak mengatakan apapun. Meskipun ia begitu kesal dengan Herman. Namun justru seperti Arfaaz yang terkena dampaknya."Nan, aku balik ke kantor ya," ucap Arfaaz.Naina hanya cemberut.'Mau balik ke kantor, mau balik ke alam kubur. Aku tidak perduli,' gumam Naina dalam hati.Namun saat Arfaaz hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ada sebuah taksi yang berhenti di depan rumah. Dan Arfaaz yakin dibalik taksi itu ada Arindi.Benar saja. Arindi turun bersama Keenandra. Dan laki laki itu mengurungkan niatnya untuk balik ke kantor."Rind," sapa Arfaaz."Iya.""Ada yang perlu aku bicarakan Rind.""Iya aku ingat Mas. Ada apa?"Langkah Arindi menuju teras. Dan Arfaaz mengekor di belakang."Kamu sedekat apa sih dengan Herman sekarang?" tanya Arfaaz.Arindi tertawa kecil."Dekat? Aku tidak dekat sedikit pun dengan dia. Ya kali sudah besuami dekat dengan laki laki lain," jawab Arindi dengan santai."Tapi lihatlah, bagaimana orang tuamu sekarang tidak menyukaiku Rind. It

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   58. SIAP.MENDUKUNG

    Arfaaz tidak dapat berkata apa apa dengan penolakan Arindi tersebut. Ya memang karena nyatanya ada Naina yang sudah menunggunya di luar. Ia kenal Arindi menang berwatak tegas dan keras."Aku pesankan taksi untuk kamu ya nanti," tawar Arfaaz lagi.Arindi menggeleng pelan."Tidak usah Mas. Aku bisa pesan sendiri." jawab Arindi "Ya sudah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya." pesan Arfaaz lagi.Arindi hanya mengangguk."Ada hal penting juga yang ingin aku sampaikan Rind. Tapi nanti saja menunggu di rumah," pesannya lagi.Arfaaz hanya menurut. Ia memilih segera berlalu dari situ. Bukan karena apa. Toh kehadirannya juga sudah tidak diharapkan oleh orang tua Arindi. Jadi untuk apa?Naina sudah ada di mobil. Hatinya kesal bukan main. Bukan karena direndahkan karena menjadi istri kedua oleh orang lain. Tetapi karena Herman menganggapnya mereka hanya teman biasa.Lalu apa artinya kedekatan mereka selama ini?"Lama sekali sih Mas." gerutu Naina."Sabar Nan. Aku juga harus pamit kepada ora

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   57. BERBEDA

    "Bu," pekik Arindi sebagai bentuk rasa protesnya."Biarlah Arindi. Biar semua tau dan menilai. Bagaimana suamimu ini," jawab Bu Asih."Kasihan sekali sih Arindi. Padahal kamu cantik, pintar, hebat, sukses lagi, kenapa mau saja dimadu?" jawab Mama Herman."Tante, Bu, saya kesini tidak berharap mendapatkan komentar apapun. Mau bagaimanapun, mau seperti apapun kehidupan saya, tetapi tidak dapat menutup kenyataan bahwa memang Naina adalah istri saya." jawab Arfaaz dengan berani.Naina yang sudah kesal karena Herman. Kini harus mendapatkan kesal lebih dobel lagi. Ia memegang tangan Arfaaz. Menandakan ia tidak suka di sini. Herman pun hanya diam seribu bahasa.Naina tiba tiba keluar begitu saja."Nan," pekik Arfaaz. Naina juga tidak menggubris lagi. Namun Arfaaz juga tidak mengejarnya sama sekali. Ia tentu tidak enak hati dengan keluarga mertuanya.Naina kesal dan menunggu di ruang tunggu yang agak jauh dengan kamar perawatan sang mertua.. "Heran dengan Mas Arfaaz. Orang kok hobinya mencar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status