공유

Air Mata Suami dan Mertuaku
Air Mata Suami dan Mertuaku
작가: Chairatun Hisan

Part 1

last update 최신 업데이트: 2025-06-26 18:17:16

"Astaga! Suara apa itu?"

Langkah Marwa terhenti sesaat setelah ia memasuki rumah mertuanya. Ia merasa seperti mendengar suara desahan dari dalam salah satu kamar.

Tak ada mobil dan kendaraan apa pun terparkir di halaman. Begitu juga sandal atau sepatu. Tak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah, yang kosong sejak seminggu lalu itu. Ibu mertua dan adik iparnya sedang pergi berlibur ke luar negeri.

Entah siapa yang tengah berada di dalam sana, dan suara-suara menjijikkan itu ... sebenarnya sedang apa mereka?

"Ah, kamu nakal, Mas!" Suara itu mendayu, menggoda.

Lalu suara desahan kian terdengar nyaring. Bagaimana tidak? Rumah sedang tak berpenghuni. Suara apapun akan terdengar jelas. Lagipula, aktifitas mereka tampak tak wajar, seperti yang biasa dilakukan suami istri, Marwa paham betul dan yakin sekali, bahwa ada sepasang manusia berlawanan jenis di dalam sana yang tengah melakukan perbuatan terlarang.

"Kamu selalu bikin aku candu dan ingin terus melakukannya." Kali ini suara seorang lelaki terdengar samar, diikuti suara desahan silih berganti.

Jantung wanita itu makin berdebar kencang. Napasnya kian memburu. Berbagai pikiran buruk menghantui. Tangannya gemetar saat mengunci kembali pintu utama yang baru saja ia buka. Keringat dingin seketika mengucur dari tubuhnya.

'Siapa mereka? Bagaimana mereka bisa masuk ke rumah ini, sementara penghuni rumah sedang pergi?' Pertanyaan itu muncul berkali-kali dalam benak. Membuatnya makin penasaran dan ingin segera memergoki mereka.

Seminggu lalu sebelum berangkat berlibur, Bu Salma--ibu mertua Marwa--menitipkan kunci rumah padanya. Tujuannya agar ia bisa mengunjungi rumah itu untuk mengecek keadaan dan sesekali membersihkannya. Namun, baru hari ini ia sempat mendatangi rumah itu.

Selain karena kesibukannya mengurus rumah dan mengawasi toko pakaian yang ia kelola, suaminya pun kerap melarangnya untuk pergi ke sana. Alasannya karena ia tak ingin istrinya itu terlalu lelah. Khawatir akan berdampak pada program hamil yang tengah ia jalani.

"Nggak perlu repot-repot ke sana. Nanti kamu capek. Biar nanti Mas suruh orang saja untuk membersihkan rumah Mama, Dek," ucap suaminya kala itu.

"Aku nggak enak lah, Mas, sama Mama. Kan, itu amanah dari Mama sebelum pergi berlibur kemarin," sahut Marwa.

"Sudah, nanti Mas yang akan ngomong ke Mama. Mas nggak mau kamu terlalu capek, Sayang. Nanti dede bayi kita nggak jadi-jadi, dong!" ucap suaminya lagi.

Alasan yang masuk akal, pikirnya. Namun, ia kerap merasa terbebani jika tak menunaikan amanah itu. Terlebih ibu mertuanya pernah berpesan langsung padanya, untuk melihat-lihat keadaan rumah dan merawat rumah itu agar tetap bersih.

Dan entah mengapa hari ini ia begitu ingin mengunjungi rumah mertuanya itu. Perasaannya tidak enak sejak tadi pagi. Seperti ada dorongan yang begitu kuat, yang memaksanya harus datang. Bahkan ia tidak meminta izin terlebih dahulu pada suaminya, seperti yang biasa ia lakukan jika akan pergi ke suatu tempat. Pasti tidak akan diizinkan, pikirnya.

"Mas, pelan-pelan, dong. Jangan terburu-buru, ih!" Suara manja seorang wanita diiringi tawa nakal kembali mengusik telinganya.

'Ya, Tuhan! Siapa mereka dan sedang apa?' Lagi-lagi pertanyaan itu muncul. 'Siapa selain aku yang memiliki kunci rumah ini? Sedangkan waktu itu Mama bilang, bahwa kunci rumah ini hanya ada satu. Dan kini ada padaku!'

Seketika pikiran buruk menghantui. 'Apa mungkin Mas Ammar? Ah, rasanya mustahil. Itu tidak mungkin. Dia tidak mungkin mengkhianatiku. Aku tahu persis bagaimana suamiku. Rumah tangga kami baik-baik saja dan akan tetap baik-baik saja.'

Marwa berhenti sejenak sembari menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Tubuhnya yang masih bersandar pada dinding, kini sudah basah dengan keringat.

'Jika bukan dia, lalu siapa? Apa ada orang lain yang memiliki kunci rumah ini?' batinnya kembali meracau.

Rasa takut, cemas, curiga, semua melebur jadi satu. Membuat kakinya lemas dan hampir tak mampu menahan bobot tubuhnya.

Rasa penasaran yang sudah penuh terkumpul dalam dada, membuat wanita itu makin cepat mengayun langkah. Ingin segera mengetahui siapa sebenarnya orang yang ada di sana. Dengan penuh kehati-hatian dan benar-benar memasang telinga, ia mengendap-endap menuju ke sumber suara. Jangan sampai kehadirannya diketahui sebelum sempat ia memergoki semuanya.

Semakin dekat langkahnya, semakin jelas pula suara-suara menjijikkan itu terdengar. Membuat jantung berdebar kencang dan dada kian sesak.

"Habis kamu, sih, menggoda terus. Mana bisa aku menahannya," sahut si lelaki.

'Astaga! Suara lelaki itu!' Wanita berambut hitam sebahu itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Kedua matanya membola dan refleks menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Meski sedikit berbisik dan diiringi dengan desahan, Marwa sangat bisa mengenali suara itu.

'Tidak mungkin! Aku pasti salah dengar. Pasti hanya mirip saja!' gumamnya membesarkan hati. Namun, rasa panas di pelupuk mata mulai terasa. Pertanda sebentar lagi bulir-bulir bening itu akan tumpah, jika apa yang ada dalam pikirannya benar-benar menjadi nyata.

Dengan perasaan tak karuan, ia mencoba terus membawa langkah gontainya menuju ruangan, yang diduga tempat suara-suara itu berasal. Menempelkan daun telinga pada pintu yang tidak tertutup rapat untuk memastikan semua kecurigaannya. Berharap segala praduga itu salah. Berharap mereka yang sedang melakukan perbuatan haram di dalam sana adalah orang lain.

"Masss ...." Suara wanita itu setengah berbisik dan mendayu.

"Begini, kan, Sayang, yang kamu suka." Suara nakal lelaki itu makin jelas terdengar, membuat Marwa tak dapat lagi menahan rasa ingin tahunya.

Pintu yang tak tertutup rapat itu ia dorong perlahan dengan tangan gemetar dan debaran jantung yang makin berkejaran. Maka tampaklah olehnya pemandangan menjijikkan yang begitu menyayat hati.

Ia terbelalak dengan mulut menganga lebar, menyaksikan sepasang manusia tanpa sehelai benang melekat di badan, sedang bergumul berbagi peluh di atas ranjang sembari mengeluarkan suara-suara menjijikkan yang menyesakkan dada.

Alih-alih melabrak, Marwa hanya mematung dan tak mampu berkata. Lidahnya kelu. Tubuhnya melemah dengan kaki bergetar. Seakan jantung berhenti memompa darah ke sekujur tubuh. Sepasang manusia yang tengah berbagi kenikmatan itu, tak sedikit pun menyadari kehadiran orang lain yang tengah menyaksikan perbuatan mereka.

'Ya, Tuhan! Mas Ammar ...."

Cairan bening di pelupuk matanya luruh seketika tak terbendung. Sakit ... hatinya sungguh sakit dan terluka parah. Tak pernah membayangkan, sosok suami yang baginya sempurna tanpa cela, yang begitu meratukan dirinya, yang membuatnya merasa menjadi wanita paling beruntung di muka bumi, bisa melakukan perbuatan keji dan kotor di belakangnya.

'Apa kurangnya aku, Mas? Kenapa kau lakukan ini padaku? Dan wanita itu ... jadi selama ini kau selingkuh dengan Alena? Dasar bodoh! Aku sungguh telah tertipu dengan sikap manismu, Mas.'

Dengan napas saling berkejaran dan tangan gemetar, ia menyeka jejak air mata yang telah merembes di pipi. Tak ingin melewatkannya begitu saja, ia pun merogoh tas yang sejak tadi menggantung di pundak. Bergegas mengambil telepon genggam, kemudian merekam adegan menjijikkan suami dan selingkuhannya itu.

Video berdurasi 3 menit itu pun sudah tersimpan. Lalu ia segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan dengan langkah berjingkat ia bergegas pergi dari tempat itu, sebelum mereka menyadari keberadaannya.

Ia menyeka air mata yang kembali menetes di pipi sembari terus melajukan kendaraannya membelah jalan. Tak tertahankan lagi rasa sakit yang mendera. Merasa telah ditipu habis-habisan oleh lelaki yang menjadi tumpuan harapan. Sepuluh tahun mengarungi bahtera rumah tangga dalam genangan air mata, inikah balasannya setelah kesuksesan itu berada dalam genggaman?

'Baiklah, Mas. Tampaknya kau ingin bermain-main denganku. Silakan bersenang-senang, sebelum akhirnya hidupmu kubuat hancur seperti hancurnya hatiku saat ini! Kupastikan tak kan ada lagi tawa menyertai hidupmu, melainkan hanya air mata!'

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 50

    Alena yang masih mengintip dari balik dinding, bersiap-siap menjalankan misinya. Pewarna bibir yang selalu ada di saku, ia poleskan ke bibir. Membuat bibir tipisnya semakin merah menyala.Tak lama William yang sudah selesai memberikan perintah pada si office girl pun mulai mengayun langkah ke luar pantry.Tiba-tiba ...."Arghhh ...." pekik Alena, yang memang sengaja menabrakkan tubuhnya dengan sangat keras ke arah William."Eeh eehhh ...." William pun terhuyung, membuat mereka berdua akhirnya terjatuh dalam keadaan yang tak pantas untuk dilihat.Kejadian yang begitu cepat itu membuat William sangat terkejut, dan benar-benar tak menyangka bahwa wanita yang berada di atas tubuhnya saat ini adalah Alena. Saling tatap pun tak dapat terelakkan. Seakan seketika waktu berhenti dan membekukan suasana.William benar-benar terkejut. Sementara Alena benar-benar terpana. Baru kali ini ia melihat wajah William dengan jarak hanya beberapa inchi saja dari wajahnya.Beberapa pasang mata tertuju pada

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 49

    "Kenapa telat? Baru hari pertama kerja kamu sudah tidak disiplin!" bentak seorang wanita bertubuh subur. Ia melirik arloji di tangan kanannya. "Kamu tau ini sudah jam berapa, hah? Kamu itu sudah telat setengah jam. Kalau tidak serius ingin bekerja di sini, ya, sudah, pergi saja!""M-maaf, Mbak!""Mbak? Kamu panggil saya Mbak? Hello, ini kantor, bukan toko. Panggil saya Ibu. Dasar tidak sopan!""I-iya, maaf maaf, Bu! T-tadi saya kejebak macet di jalan. Saya janji besok-besok nggak akan telat lagi," sahut Alena tertunduk sembari memilin ujung kemejanya.Seumur-umur baru kali ini dibentak atasan. Dulu, ia bagai anak emas. Bisa berbuat sekehendak hati karena Ammar akan selalu menjadi tamengnya."Ya, sudah. Sekarang kamu naik ke lantai 3 dan bersihkan semuanya!" titah wanita itu."A-apa? B-bersih-bersih, Bu?""Iya. Apa kata-kata saya kurang jelas?""M-maksudnya saya ke lantai 3 untuk bersih-bersih?" tanya Alena setengah tak percaya."Nggak. Main sirkus! Ya, iyalah!""J-jadi saya bekerja di

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 48

    "Kamu yakin, Nak, dengan keputusanmu untuk memasukkan wanita itu bekerja di perusahaan ini? Kamu tidak lupa, kan, dengan apa yang sudah dia lakukan pada rumah tanggamu?" tanya Pak Najib, CEO di perusahaan tempat Marwa bekerja, ketika mereka sedang menunggu pesanan makanan di sebuah kafe."Iya, nih. Hati-hati, loh! Jangan-jangan dia punya niat nggak baik lagi sama kamu." William yang duduk bersisian dengan Marwa pun merasa heran. Memang ia tahu, bahwa sekarang calon istrinya itu sudah memaafkan perbuatan lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya. Akan tetapi, apakah itu juga berlaku pada wanita pelakor itu?Marwa menghela napas, lalu menyeruput segelas jus melon yang ada di hadapannya. "Tadinya saya juga sempat negative thinking sama dia, Pak. Tapi setelah saya pikir-pikir, setiap orang bisa berubah, kan? Ya, mungkin saja dengan kesengsaraan yang dia alami selama ini, bikin dia bertobat dan mau berubah menjadi lebih baik.""Mudah-mudahan saja. Tapi sebetulnya saya heran. K

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 47

    "Mbak Alena?" Kania terperanjat melihat sosok wanita yang tengah berdiri tegak di hadapannya dengan dua buah koper di kanan dan kiri."Mas ...." Alena langsung menghambur masuk melewati Kania begitu saja, tanpa memedulikan keterkejutan gadis itu."Kamu sudah pulih, Mas? Kamu sekarang sudah bisa berjalan?" Alena memeluk erat tubuh Ammar.Merasa sangat bahagia melihat suaminya kini tak lagi duduk di kursi roda. Ia mengurai dekapan dan memerhatikan kondisi fisik Ammar dari atas hingga bawah. Rasanya tak percaya. Akhirnya lelaki yang pernah sangat ia cintai hartanya itu, kini sebentar lagi akan perkasa seperti dulu.Ammar yang masih terpelongo dengan kedatangan Alena, hanya mematung. Ada mimpi apa wanita yang sudah tega meninggalkannya itu sekarang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ia bertanya-tanya di dalam hati, darimana wanita ini tahu kalau mereka tinggal di sini?"Eh, eh ... mau apa kamu tiba-tiba datang ke sini, hah?" Bu Salma segera menarik tubuh wanita yang pernah jadi asisten rumah

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 46

    "Wow!" Kedua bola mata William membeliak. "Jadi ini rumahnya?"William yang sudah mendengar semuanya dari Marwa ketika di perjalanan tadi, terkesima melihat rumah mewah nan megah yang menjulang tinggi di hadapannya.Matanya menyisir setiap sudut dan lekukan rumah bercat putih bergaya itali itu. Ia berdecak kagum. Sungguh sempurna tanpa cela.Tak menyangka, ternyata sedalam ini rasa cinta Ammar terhadap Alena? Pantas saja Marwa begitu sakit hati dan menaruh dendam mendalam pada suaminya itu. Ia jadi merasa sangat kasihan pada wanita di sampingnya, meski kini wanita itu sudah tampak lebih tegar.Rumah yang sudah beberapa bulan terakhir tak berpenghuni itu tampak tak terawat. Di halaman terpancang sebuah tiang bertuliskan "Rumah ini disita oleh Bank". "Iya. Ini rumah pemberian Mas Ammar untuk Alena yang aku ceritakan tadi. Bagaimana menurutmu? Apa pembalasanku terlalu berlebihan bila dibandingkan dengan apa yang sudah dia lakukan di belakangku?" Marwa tersenyum getir."Delapan juta. Dia

  • Air Mata Suami dan Mertuaku   Part 45

    "Benar, kan, apa kataku?" William memulai percakapan sesaat setelah mereka berada dalam mobil, di area parkir rumah sakit.Sejak keluar dari ruangan Ammar, tak satu pun dari mereka yang mengeluarkan suara. Hanya mengayun langkah cepat dan ingin segera mencari udara segar. Kejadian yang baru saja terjadi membuat mereka sedikit syok."Perkataan yang mana?" tanya Marwa tak mengerti ke mana arah pembicaraan."Ammar akan cemburu berat dan nggak akan bisa terima kenyataan, ketika tahu bahwa akulah yang akan menggantikannya menjadi suamimu." William mulai menghidupkan mesin mobil."Kenapa kamu seyakin itu?""Tentu saja. Dia pasti merasa minder. Merasa dia nggak ada apa-apanya bila dibandingkan aku yang ... yaaa kamu tau sendirilah ... handsome, younger, and the ... hahaha!" William terbahak mendengar ucapannya sendiri. "Nggak bermaksud memuji diri sendiri, sih. Tapi seberapa pun kerasnya aku menyangkal, kenyataannya memang seperti itu, kan? Hahaha!"Marwa ikut terkekeh. "Jangan ge-er dulu, P

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status