Share

drama tante mia

''Pe~penjara?'' Aku berusaha untuk terlihat tenang, walaupun sebenarnya sempat terdapat rasa takut di dalam hati mendengar kata itu. Memangnya siapa di dunia ini yang mau tinggal dan terkurung di sana?

''Kenapa? Apakah kamu mulai takut?'' tanya Tante Mia diiringi senyum sinis melihatku.

''Kau tidak akan bisa memenjarakanku hanya karna tidak mau pergi dari rumah sendiri,'' Jawabku santai.

''Tentu saja bukan karna hal itu, Keponakanku sayang. Apa kamu tidak ingat apa yang sudah kamu lakukan pada anakku? Ternyata kejadian itu sekarang malah menguntungkan, aku harus berterimakasih padamu karna sudah mempermudah jalan untuk membalaskan dendamku selama ini.''

Sekarang apa yang wanita licik ini katakan? Lagi-lagi dia mengatasnamakan dendam. Dendam apa? Dendam kepada ibu? Apakah belum cukup baginya dengan semua yang telah terjadi pada ibu? Ibu sudah tiada, dan semua itu terjadi juga  tidak terlepas dari perbuatannya.

 Atau apakah ini masih tentang dendam atas apa yang kulakukan pada anaknya? Bukankah dia sendiri yang bilang sudah melupakan kejadian itu dan dengan sikap sok bijak juga sempat menasehati agar juga bisa untuk berdamai dengan keadaan. Apakah dia sudah lupa?

Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menerima tawaran perdamaian yang kuyakin juga adalah bagian dari rencana kotornya, tapi apakah wanita ini sungguh akan memenjarakanku atas pembelaan diri yang kulakukan pada anak brengs*knya itu? Kalau benar seperti itu yang akan dilakukannya aku hanya bisa pasrah. Tapi tetap rumah ini tidak akan pernah kuberikan padanya.

Lagipula aku sudah tidak memiliki orang-orang yang akan membela. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh seorang gadis kurang pergaulan sepertiku? Menyewa Pengacara untuk melawan? Hahaha, uang darimana? Untuk makan esok hari saja aku masih bingung.

''Aku siap di penjara, tapi kau juga harus siap menerima kenyataan bahwa aku selamanya tidak akan pernah mengabulkan keinginan bodohmu itu,'' tegasku menatap tajam mata wanita  yang dipenuhi riasan berlebihan itu. Seolah ingin menyampaikan  bahwa aku tidak akan pernah takut kepada wanita licik sepertinya.

''Astaga, Zahra. Kenapa kamu begitu keras kepala? Sampai-sampai lebih memilih dipenjara daripada memberikan rumah ini. Lagipula apa lagi yang membuatmu bertahan? Apakah kamu takut tidak memiliki tempat tinggal? Tidak usah risau, Tantemu yang baik hati ini akan dengan senang hati menampungmu kembali dan hidupmu juga akan terjamin Tante hanya tidak mau kamu luntang-lantung di sini sendirian, itu saja.'' ucapnya dengan suara pelan seakan begitu perhatian, lalu tiba-tiba saja dia berjalan mendekat menjulurkan kedua tangannya ingin memelukku.

Eh, apa yang tiba-tiba wanita licik ini lakukan? Aku sampai kaget dan merasakan getaran hebat saat tangannya mennyentuh tubuhku. Apakah ini adalah reaksi alami yang terjadi jika disentuh oleh wanita berhati kotor seperti wanita ini?

Namun setelah melihat keadaan sekitar aku baru sadar, ternyata banyak para tetangga yang sudah datang melihat kami.  Oh, jadi ini sebab perubahan sikapnya barusan. Dia pasti ingin menarik simpati warga agar terkesan dialah malaikatnya. Sungguh wanita ini sangat licik, bahkan lebih dari itu.

Aku segera melepaskan pelukan wanita itu dan mendorong tubuhnya menjauh, dan sama sekali tidak peduli dengan apa yang orang-orang itu bisik-bisikan saat melihat sikap ini, yang jelas aku ingin wanita itu menjauh dariku. Lagipula aku tidak suka berpura-pura, walaupun sebenarnya saat ini akulah korbannya.

''Berhentilah besikap sok baik begitu, rasanya aneh jika melihat seorang iblis bersandiwara jadi malaikat. Lagipula aku tidak sudi tinggal denganmu lagi, lebih baik  aku tinggal di penjara.''

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status