Share

Akibat Hancurnya Rumah Tangga
Akibat Hancurnya Rumah Tangga
Author: hyufeyi

01. Kejutan Yang Tak Diinginkan

 “Sepertinya itu memang benar ayahmu!”

Yohan meletakkan roti yang ada di tangannya dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Daniel.

Seorang lelaki lima puluh tahunan awal nampak sedang berbelanja di sebuah outlet pakaian di Mall itu. Yohan bisa mengenali sang ayah dengan mudah.

“Wah, sedang berbelanja untuk ulang tahun pernikahan mungkin?” sahut Ayu seraya tersenyum.

Namun Yohan tidak bereaksi apapun, ia masih melihat ke arah sana dengan jantung yang berdebar aneh. Apalagi saat seorang wanita menghampiri ayahnya dan menggandeng lengan lelaki itu.

Wanita yang bukan ibu dari Yohan tentu saja, Yohan tidak mengenali dia, bukan sekretaris Pak Darius, sang ayah, maupun saudaranya. Dan hal yang membuat Yohan bertambah kaget adalah saat Pak Darius mencium pipi wanita itu.

Yohan berdiri tanpa sadar, tidak menghiraukn teman-temannya yang bertanya ia segera berjalan lurus menuju ke tempat itu. Ia hanya berpikir untuk menemui ayahnya dan meminta penjelasan.

“Papa?” tegur Yohan yang sebenarnya ia berharap ia hanya salah orang dan ayahnya pasti sedang berada di kantor saat ini.

Namun harapan itu pupus saat dia menoleh dan mata mereka bertatapan. Pak Darius, ayah dari Yohan nampak terkejut sekali dengan kehadiran Yohan di sana, seperti tidak menyangka.

“Yohan? Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya dengan gugup.

“Papa sendiri ada urusan apa di jam kerja seperti ini?” Yohan balik bertanya. “Bukankah papa mengatakan jika ada meeting penting di luar kota? Dan siapa wanita tadi?”

Beberapa pertanyaan yang bertubi-tubi dilontarkan oleh Yohan membuat Pak Darius sepertinya kebingungan untuk menjawabnya. “Kita bicarakan ini di rumah, kau sedang belajar, bukan? Butuh uang saku tambahan?”

“Tidak, aku tidak butuh uang, aku hanya ingin tahu apa yang papa lakukan di sini, apakah mama tahu?” desak Yohan

“Yohan …,”

“Oh, siapa ini? Yohan?” wanita tadi terlihat membawa barang belanjaannya datang mendekati mereka. “Wow, sudah besar sekali anak ini.”

Yohan menyipitkan matanya. “Anda siapa? Kenapa bisa bersama dengan papa?” selidiknya.

 “Papa bilang kita bicarakan ini di rumah dan …,”

“Sudahlah,” wanita itu menyela. “Dia bukan anak kecil lagi, sudah sepantasnya tahu apa yang terjadi,” ujarnya sembari menggandeng lengan Pak Darius.

Pak Daris menggeleng, “Tidak, ini akan menjadi masalah besar dan lagi bukankah kau berjanji untuk menyerahkan ini padaku?”

“Sudah terlanjur, dia melihat kita. Apa salahnya memberitahu yang sesungguhnya? Cepat atau lambat dia akan melihat kebenarannya.”

“Ini bukan waktu yang tepat.”

Yohan memijit kepalanya pening, “Katakan padaku sekarang!” desaknya yang merasa sudah habis kesabaran. “Aku tidak mungkin pulang setelah melihat ayahku bersama dengan wanita lain seperti ini.”

“Yohan!”

“Yohan, aku bukan wanita lain, aku adalah istri kedua dari ayahmu. Jadi kami sah-sah saja untuk ke manapun kami mau!” ujar wanita itu yang seolah seperti sambaran petir di siang bolong.

Seperti tidak mempercayai apa yang baru saja dia dengar, Yohan menatap kedua orang di hadapannya itu dengan shock. “Istri kedua? Apa maksudnya? Pa, siapa wanita ini?”

“Kau pikir aku berbohong?” celetuk wanita itu. “Aku istri papamu juga, kami sudah menikah, memang sudah saatnya kau tahu.”

“Jangan berbohong!” bentak Yohan dengan nada yang cukup tinggi. Teman-teman Yohan yang mendengarnya cukup terkejut.

Wanita itu tersenyum dan bersedekap tangan, “Kenapa kau tidak bertanya pada ayahmu sendiri? Kau pikir aku mau jalan dengan seseorang yang bukan suamiku sendiri?”

“Jadi papa berselingkuh?” Yohan menatap Pak Darius. “Papa berselingkuh dengan wanita ini?” tunjuknya.

“Jangan menuduhku!” bentak wanita itu. “Aku dan papamu sudah berpacaran sejak dia belum menikah dengan ibumu, jadi kita tidak berselingkuh!”

 Yohan mengepalkan tangannya erat. “Itu sama saja anda perusak rumah tangga orang lain!” bentaknya.

“Apa kau bilang? Anak kurang ajar tidak tahu diri!!”

“Cukup!” Pak Darius melerai. “Kita bicarakan ini di rumah!” ujarnya sembari menarik tangan wanita itu untuk pergi.

Tentu saja Yohan tidak terima, “Papa!!” bentaknya. “Benar-benar pengecut!!”

“Kita bicara di rumah!” Pak Darius menegaskan.

Yohan semula hendak mengejar mereka dengan emosi yang penuh, namun untungnya Daniel dengan cepat menahan sahabatnya itu. “Hilangkan emosimu dulu jika ingin bicara dengan mereka.”

Pikiran Yohan serasa begitu penuh dan tidak bisa berbaik sangka lagi. Apakah itu artinya tadi ayahnya benar-benar mendua? Pak Darius sosok ayah yang baik dan tidak pernah macam-macam, apakah ini benar-benar nyata?

“Aku tidak akan mengizinmu pergi jika emosimu masih belum stabil,” ujar Daniel yang begitu mengerti watak dari Yohan. “Jangan gegabah, kau harus mendengarkan penjelasan dari kedua sisi juga,”

“Semuanya sudah jelas saat mereka bermesraan seperti itu!”

Tanpa mempedulikan apa kata Daniel, Yohan segera menyambar tasnya dan pergi. Dengan keadaan seperti ini tentu saja Yohan tidak bisa untuk tenang lagi, yang ia butuhkan adalah penjelasan dari mereka.

***

Kemarahan Yohan yang begitu membara ternyata harus kembali terpicu karena saat dirinya pulang, ia melihat mobil selingkuhan ayahnya terparkir di halaman rumah. Bagaimana jika ibunya mengetahui hal ini?

“Papa benar-benar keterlaluan!” seru Yohan masuk ke dalam ruang tengah dan menunjuk ayahnya. “Bagaimana bisa membawa wanita itu masuk ke dalam rumah ini, hah?”

Bu Fiona, wanita itu, segera berdiri. “Ini rumah ayahmu, yang berarti rumahku juga. Kau seharusnya belajar sopan santun!” balasnya.

“Sopan santun?” Yohan tertawa. “Haruskah saya memberikan anda kaca? Di mana sopan santun anda dengan menjadi selingkuhan seseorang yang sudah menikah? Rendah sekali harga diri anda!”

“Yohan jaga bicaramu!” tegur Pak Darius. “Bukankah papa sudah bilang kita akan membicarakan ini baik-baik?”

Yohan segera menengok ke arah lelaki itu. “Setelah aku tahu papa berselingkuh, papa pikir aku akan bicara baik-baik? Tidak. Berani sekali papa menduakan mama dengan wanita tidak tahu diri ini?”

“Kurang ajar!” Bu Fiona mendorong tubuh Yohan kasar. “Berani sekali anak ini! Asal kau tahu, aku dan papamu sudah berpacaran lama sejak sebelum dia bertemu ibumu!”

“Karena papa sudah menikahi mama berarti anda tidak berhak lagi mengganggu rumah tangga mereka!” seru Yohan tidak ingin kalah.

Bu Fiona tertawa sinis, “Tidak, Yohan sayang. Kami tidak pernah putus, kami sudah menikah duluan, papamu menikahi ibumu karena memang sudah rencana kami. Kau mana paham, kau sendiri bahkan lahir tanpa diinginkan oleh ayahmu sendiri.”

“Apa?” Yohan terbelalak kaget. “Perempuan murahan perusak rumah tangga orang lain tidak berhak mengatakan hal semacam itu padaku! Bukankah kelakuan anda lebih murahan daripada seorang pecundang?”

“Yohan jaga bicaramu!” tegur Pak Darius.

Yohan segera menengok, “Kenapa? Aku benar bukan? Dia wanita murahan dan penggoda! Berani sekali merusak rumah tangga orang lain! Oh jangan-jangan dia memakai guna-guna hingga membuat papa takluk seperti ini dan …,”

‘PLAK!’

Satu tamparan keras mendarat di pipi sebelah kiri Yohan hingga membuat lelaki itu terdorong ke belakang beberapa langkah.

“Papa?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status