Share

05. Rencana Yang Jahat

Tahun mungkin sudah silih berganti, orang juga banyak berubah. Akan tetapi pemuda yang berdiri dengan pakaian rapi berwibawa ini masih memberikan kesan yang sama seperti delapan tahun yang lalu.

“Ini Kak Yohan, dokter dan juga rekan kerja Kak Alvin di rumah sakit,” kata Diana memperkenalkan.

Pak Darius merasakan kakinya lemas tak bertulang, jantung berdetak dengan sangat cepat. Ini bukan mimpi, Yohan ini benar-benar Yohan yang telah menghilang delapan tahun yang lalu.

“Bagaimana bisa …,” Bu Fiona pun tak kalah kaget, matanya terbelalak lebih pada menyiratkan kebencian yang begitu mendalam. Rasa senang yang beberapa saat lalu ia rasakan kini hilang entah ke mana.

“Saya Yohan, rekan kerja Dokter Alvin di departemen yang sama. Senang sekali bisa berkunjung!” sapa Yohan dengan senyum tersungging seolah kemenangan telah berhasil ia raih.

Entah bagaimana dia bisa mengatur dirinya untuk tetap setenang itu. “Tidak heran Dokter Alvin begitu cakap, dia memiliki orang tua sehebat kalian. Pasti membanggakan sekali,” lanjutnya.

“Mama? Papa? Kenapa malah diam?” tegur Diana.

Pak Darius segera tersadar, “Hmm, mari kita makan malam bersama,” ajaknya mencoba tenang. Tentu saja ia sedikit menyenggol lengan Bu Fiona memberikan kode.

Mereka harus tetap tenang, karena jika sampai Alvin dan Diana tahu mungkin akan menjadi runyam. Entah apa tujuan Yohan tiba-tiba kembali dengan keadaan seperti itu.

“Wah, Dokter Alvin, senang sekali bisa berkunjung!” ujar Yohan pada Alvin.

Alvin tersenyum dan mempersilakan rekan kerjanya itu untuk duduk. Meskipun tatapan Bu Fiona dan juga Pak Darius masih begitu tajam, sepertinya Yohan tidak terlalu peduli.

“Jadi, kau dari luar negeri?” tanya Bu Fiona penuh selidik. Mendengar pertanyaan itu Yohan segera menengok, tatapannya kembali beradu dengan Bu Fiona.

Anehnya Yohan benar-benar terlihat santai. “ Iya, saya tinggal di sana dan menjadi dokter selama enam tahun. Kemudian memutuskan ke sini,” jawabnya singkat.

“Kenapa kembali? Bukankah di luar negeri lebih nyaman dengan karir bagus?” Bu Fiona terus melontarkan pertanyaan.

Yohan kembali tersenyum dan mengangkat bahunya, “Entahlah, mama saya menginginkan saya ke sini dan menjadi dokter bedah jantung. Mungkin dengan begitu saya bisa mencapai tujuan saya.”

“Dokter bedah jantung?” Pak Darius gantian bertanya dengan penasaran.

“Iya, saya ahli bedah jantung yang sudah bersertifikat professional.”

Singkat dan begitu jelas, ucapan dari Yohan itu membuat Pak Darius tidak bisa berkata apa-apa. Yohan sudah banyak sekali berubah, ia terlihat lebih dewasa, penuh wibawa dan pintar.

“Dokter Alvin, anda baik-baik saja?” tanya Yohan melihat lelaki itu sembari mengaduk tehnya.

Alvin yang sedari tadi memang banyak diam segera mengangguk, ia menekan dadanya beberapa kali seperti menahan sakit.

“Iya, tapi ada yang harus saya kerjakan, nikmatilah makan malamnya!” ujar Alvin sembari berdiri dan berjalan pergi dari sana.

Yohan menatapnya dengan penuh arti, kemudian meneruskan untuk makan hidangan yang tersaji.

“Coba ini, Kak.” Diana menaruh jamur goreng di piring Yohan.

“Terima kasih, cantik.”

Pemandangan yang begitu memuakkan untuk Bu Fiona, apa yang ada di dalam isi kepala Yohan? Dia ingin memacari adiknya sendiri atau bagaimana? Amarah Bu Fiona benar-benar meledak, namun Pak Darius terus memegangi tangannya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

***

“Yohan, ke mana saja kau selama ini, nak? Papa benar-benar putus asa mencarimu, papa pikir terjadi sesuatu yang buruk,” Pak Darius tidak bisa menahan dirinya untuk memeluk Yohan begitu ia dan Bu Fiona berhasil mengundang lelaki itu masuk ke ruang kerja.

Namun dengan cepat Yohan menangkis, seolah tidak ingin disentuh. Tatapan matanya juga berubah menjadi begitu dingin.

“Apakah otakmu itu sudah geser?” bentak Bu Fiona tajam, ia mendorong bahu Yohan dengan kasar. “Apa tujuanmu kembali setelah sekian lama menghilang? Kau ingin menghancurkan keluargaku?”

Yohan tersenyum sinis dan melihat ke arah sekitar, “Rumah ini sudah banyak berubah, rupanya anda sama sekali tidak malu sudah mencurinya dari mama. Sungguh keluarga yang munafik dan-,”

‘PLAK!’

“Mama!”

Satu tamparan keras mendarat di pipi Yohan, “Tutup mulutmu! Apa yang kau inginkan sebenarnya, hah? Uang? Katakan saja dasar anak sialan!” bentak Bu Fiona dengan kemarahan yang memuncak.

“Uang?” Yohan tersenyum lagi. “Saya sudah memiliki banyak sekali uang, uang yang anda miliki ini bahkan uang mama saya. Anda tidak memiliki apapun di sini.”

‘PLAK!’

Kali ini tidak hanya tamparan, namun Bu Fiona mencengkeram kerah baju Yohan dan menariknya. “Kau harus sadar diri, kau bukan siapa-siapa! Dokter bedah? Cih, kau bahkan bukan tandingan Alvin!!”

“Benarkah?” Yohan menyeringai. “Ah, anda mungkin tidak tahu jika gelar dokter terbaik itu sudah jatuh ke tangan saya, semua pasien Alvin juga sudah menjadi pasien saya semuanya. Tanya saja pada Diana, bagaimana dia bisa jatuh cinta pada saya.”

“KAU GILA!!”

Pak Darius menatap anaknya itu lekat, “Yohan, apa yang kau lakukan? Diana itu adikmu, papa mohon jangan melakukan hal-hal yang buruk.”

“Memangnya kenapa? Dia bukan adikku, aku berhak menuntut balas karena kalian sudah membunuh mama!” tegas Yohan.

“Ibumu mati karena lemah!” celetuk Bu Fiona. “Jangan mencoba menyalahkan kami. Memangnya kami melakukan apa?”

Tangan Yohan terkepal dengan erat, namun ia masih berusaha untuk bersikap tenang. “Aku tidak menyangka kalian semunafik ini, apa yang akan terjadi jika anak-anak kalian tahu? Aku yakin Alvin akan terkena serangan jantung mendadak, dan Diana …, anak itu akan hancur.”

“DIAM!!” Bu Fiona mencengkeram kerah Yohan dengan kasar. “Berani kau menyentuh mereka, aku akan membunuhmu!”

Yohan tersenyum dan menyingkirkan tangan Bu Fiona. “Benar sekali, hobi anda memang membunuuh seseorang.”

“Kak Yohan! Ayo aku tunjukkan tempat kerjanya Kak Alvin!” pintu terbuka dan Diana muncul dari sana. Semua segera menarik diri dan tersenyum.

“Ah, baiklah cantik. Aku akan ke sana,” ujar Yohan sembari menghampiri Diana dan merengkuh pinggangnya.

Hal itu tentu saja membuat Bu Fiona geram bukan kepalang,  namun dia tidak bisa melakukan apapun. Yohan benar-benar berubah, bukan Yohan yang emosional dan gegabah seperti dulu.

***

Tujuan Yohan rasanya sudah semakin jelas, setiap pagi dia selalu menjemput Diana untuk pergi ke kampus. Tidak hanya itu, Alvin juga merasa terbantu sekali dengan kedatangan Yohan, karena lelaki itu serba bisa.

“Jika kau begini terus, dia bisa menggesermu menjadi dokter terbaik! Dia itu sainganmu, Alvin! Bukan teman!” ujar Bu Fiona berkacak pinggang menatap Alvin.

“Tidak, ma. Dia dokter yang sangat berkompeten, bisa dibilang dia benar-benar lebih hebat dariku!” sahut Alvin dengan santai.

Tentu saja jawaban itu membuat Bu Fiona berang, rasanya ingin secara langsung menyuruh anaknya itu menjauhi Yohan namun belum ada alasan yang tepat.

“Jika ada yang lain lebih baik cari saja, dia terlalu dewasa untukmu,” kata Bu Fiona pada Diana.

“Hmm? Dewasa malah bagus kok, ma. Dia bisa menjagaku.”

“Sayang, tapi mama merasa dia bukan orang yang tepat untukmu.”

“Sudahlah, ma. Aku merasa cocok dengan yang ini.”

Bu Fiona lagi-lagi harus menahan emosinya, Yohan benar-benar datang kembali untuk merusak keluarganya. Ia tidak tahu bagaimana anak itu bisa mendapatkan kekuasaan dan kembali sekuat itu.

***

“Kau benar-benar kurang ajar!”

Yohan terdorong dengan keras ke badan mobil saat Bu Fiona tiba-tiba mencegatnya kala hendak masuk menjemput Diana.

“Hmm? Kenapa?” tanya Yohan dengan senyum yang sinis.

Bu Fiona mencengkeram kerah Yohan. “Kau ini dokter, kan? Berani sekali bermain-main, kau pikir aku tidak bisa membalasmu?”

“Ah, padahal saya belum melakukan sesuatu. Kenapa sudah ketakutan?” ejeknya.

“Aku tidak tahu apa rencanamu, tapi kau sangat menyedihkan!” Bu Fiona memukul dada Yohan beberapa kali. “Apakah hidup tanpa orang tua sudah membuatmu begitu menyedihkan?”

Yohan lagi-lagi tersenyum, “Saya hanya ingin anda merasakan apa yang saya rasakan dulu. Diana sepertinya sudah jatuh cinta pada saya, haruskah saya memacari dan mencampakkannya?”

“YOHAN!!”

“Atau Alvin saja? Menyenangkan sekali jika karir yang sudah dia bangun selama ini hancur begitu saja. Woah, yang mana yang harus saya pilih?”

Tangan Bu Fiona terkepal dengan sangat erat, dan ucapan Yohan barusan membuatnya tanpa sadar mengayunkan tamparannya ke pipi Yohan. “KURANG AJAR!!”

Cairan merah mengalir dari bibir Yohan, “Wah, apakah ini berarti Alvin yang harus saya hancurkan karirnya dulu?” ejek Yohan.

“Anak kurang ajar!!” Bu Fiona kembali melayangkan tamparannya pada wajah Yohan hingga membuat Yohan terhuyung ke belakang.

“Mama?? Apa yang mama lakukan? Kenapa mama memukulnya?”

Bu Fiona membeku saat tiba-tiba terdengar suara itu, “Diana?” gumamnya yang diiringi senyum penuh kemenangan dari Yohan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status