Share

JJS Bersama Emak

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2025-01-08 21:11:32

Rencana awalku pulang ke kampung untuk nyekar makam Simbah tertunda dengan urusan yang tidak jelas. Sore ini, apapun yang terjadi aku harus sesuai dengan rencana. Setelah salat Ashar, kami berangkat.

Dengan berjalan kaki, aku bersama Emak pergi ke pemakaman umum yang terletak di belakang pasar. JJS -jalan-jalan sore- ala kampung, sepanjang jalan tak henti-hentinya orang menyapa dan bertanya kabar. Pertanyaan wajar dan ada juga pernyataan dari sisa gosip yang beredar.

"Iya sehat. Nyekar ke makam Simbah," jawabku dari pertanyaan yang sama dari ujung jalan sampai terakhir.

"Ya harus begitu, Ti. Jadi orang jangan sampai melupakan leluhur, dengan begitu kamu terhindar dari kesialan. Wes tak doakan supaya badai pasti berlalu. Bisnis dan perkawinanmu terhindar dari masalah."

Tuh kan, ungkapan yang menyatakan kalau gosip masih beredar.

Wes, woles saja.

Kalau dijelaskan bisa sampai makam sudah malam.

Jarak yang dekat terasa jauh. Waktu tempuh sepuluh menit, menjadi setengah jam. Molor tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Semangatnya Emak

    “Emak tadi nelpon? Aku….”“Alhamdulillah, Nduk! Akhirnya apa yang Emak inginkan terkabul! Sudah tidak sabar Emak menggendong cucu.” Perkataanku terpotong oleh Emak. Aku menghela napas menuai sabar.Kebiasaan.“Mak. Emak jangan salah----”“Kamu ini bagaimana, sih. Tidak ada yang salah kalau orang tua itu bangga. Kamu tahu tidak, selama ini kalau arisan Emak itu mlipir kalau orang-orang cerita bagaimana lucunya cucu mereka. Diem saja, la wong apa yang diceritakan. Tapi sekarang kan lain. Emak sudah ___”“Salah paham, Mak. Perlengkapan bayi yang kita belanja itu bukan---”“Iya, Emak mengerti. Bukan pemborosan, kok. Biasa kalau anak pertama itu ingin beli ini dan itu. Wajar. Tidak apa-apa lanjutkan saja. Yo wes, Emak mau metik bayam untuk urap-urap, bikin selamatan cucu,” sahutnya kemudian layer ponsel menggelap sebelum aku menjawab.“Gimana Emak, Dek?” tanya Mas Joni yang sedari tadi memperhatian perkacapan lewat telpon ini. Aku menggeleng dan menaikkan kedua bahu.“Emak mikirnya aku ham

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Merasa

    Sesekali aku mengelus perutku yang berisi karena kekenyangan. Dari hari ke hari tidak ada perubahan. Perut membuncit selalu karena makanan.Awal menikah dulu, aku sampai menyetok alat test kehamilan dengan berbagai merk. Katanya, kalau menikah biasanya langsung hamil. Hampir setiap bulan aku menjalankan test dan hasilnya zonk.Kapan aku bisa mendapat kepercayaan mendapat momongan? Kenapa orang lain dimudahkan? Malah yang tidak mengharapkan diberi kepercayaan berkali-kali. Pertanyaan senada berkutat dan berujung kata tidak adil.“Sabar, Dek Tia. Tuhan bukan tidak percaya sama kita, tapi kita dikasih kesempatan untuk pacaran,” ucap Mas Joni setiap aku merasa putus asa. Terlambat haid bukan karena hamil, tapi karena siklus yang tidak normal.“Apa aku ada masalah, ya?” tanyaku merasa kawatir. Mungkin saja aku tidak mampu menghasilkan sel telur yang sehat, sehingga proses pembuahan pun tidak berhasil.“Jangan terlalu dipikirkan. Banyak faktor yang menjadikan usaha kita belum berhasil. Bisa

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Kita yang Urus

    Mengurusi anak ABG yang puber itu susah, tapi lebih rumit menyelesaikan masalah lelaki yang katanya puber ke-dua.Kata Mas Joni, Jonathan itu dari masa sekolah terkenal anak yang rajin, patuh, dan tidak neko-neko. Jauh dari kata nakal.“Tapi pacarnya banyak,” sahutku.“Boro-boro pacarana, Dek. Temenan sama cewek saja bisa dihitung jari. Dia itu kalau pas istirahat sekolah, bukannya ke kantin atau nongkrong tapi ke perpustakaan. Entah apa yang dipelajari sampai bisa dikibuli cewek.”“Nah itu, Mas. Teori bisa dikalahkan pengalaman.”“Bener juga. Ayoook kita berangkat!”Kami pun pergi untuk survey villa yang akan dihuni buaya wanita itu. Aku sebut pelakor atau wanita simpanan kok rasanya tidak tepat. Dia kan bukan kekasih yang disembunyikan karena pacarana, tetapi wanita sewaan yang kebetulan kecelakaan.Aduh! Bingung mikirnya.Beberapa tempat sudah kami kunjungi. Belum ada yang pas sesuai keinginan wanita itu dan cukup dengan budget yang disebutkan Jonatahan. Memang teman Mas Joni itu b

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Mokondo Bertingkah

    “Kok marah?”“Iya, lah. Mas Joni mendukung hal yang salah gitu,” sahutku sambil melengos.“Bukan mendukung, Dek. Tapi memberitahu kenyataannya seperti itu, kalau laki-laki itu---.”“Kalau begitu tidak ada bedanya dengan kambing. Pengen kawin, langsung tancap. Apa tidak jijik pakai wanita nakal yang bekasnya banyak orang?” seruku dengan memberi tatapan menuntut.Mas Joni memundurkan wajah. “Ya mana ku tahu. Mas kan tidak pernah begitu.”Aku mengacungkan jari di depannya. “Awas kalau begitu!”“Janji, Dek. Tenang aja. Aku ini lelaki berakal sehat.” Mas Joni menepuk dada dengan tersenyum lebar. “Kamu jangan kawatir. Lagian buat apa, kalau di rumah ada yang legit,” ucapnya sambil melingkarkan tangan di bahuku.Hati ini tersenyum lega, walaupun tetap menampakkan tatapan curiga. Jangan sampai aku lengah, apalagi suamiku ini penampilannya di atas rata-rata. Tubuh proporsional, kulit putih bersih, wajahpun enak dipandang. Tidak hanya itu, isi kepalanya juga lumayan dan yang penting, pintar car

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Tidak Tahu Diri

    “Mbak Elina.” Aku dan wanita itu saling berpandangan. Perasaan kami tidak saling bertukar Alamat, kenapa dia tahu rumah ini?“Eh, Mbak Sutiati. Kita bertemu lagi,” ucap wanita itu. Dia tersenyum kikuk dengan satu tangan mengusap-usap lehernya yang jenjang.“Dek Tia, dia teman kamu?” Pandangan Mas Joni terganti ke arahku.“Bu-bukan. Kami bertemu di pesawat kemarin.”“Tapi kenapa Mbaknya mencari aku?” Mas Joni memberi tatapan heran, kemudian bertanya ke wanita itu, “Kita saling kenal?”Elina mengulurkan tangan setelah menunjukkan senyuman. “Ini pasti Mas Joni. Nama lengkapku Elina. Mas Jonathan yang biasanya memanggilku Nana.”Suamiku menepuk dahi, “Oalah, ternyata kamu ini yang diceritakan Jonathan. Maaf, ya. Kalau nelpon sering tidak nyambung. Saya ini baru pulang dari villa. Mari masuk.”Mas Joni membuka lebar-lebar pintu dan mempersilakan. Aku mengapit lengannya, sedangkan Elina mengikuti kami. Wajahnya terlihat lega. Dia memutar pandangan ke sekeliling.“Jadi Mbak Sutiati ini istri

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Suamiku Ngambek

    “Masih ngambek?” Aku lingkarkan kedua tanganku dari belakang ke pinggangnya. Mas Joni yang sedang mencuci piring tetap bergeming. Biasanya, dia akan menoleh dan menyambut ciumanku.“Mas Joni. Aku minta maaf.” Tetap tidak ada jawaban. Tidak dihiraukan, aku melepasnya dan menarik kursi untuk mengamatinya dari meja dapur. Punggung lebar yang dibalut kaos putih tipis itu selalu aku rindukan. Walaupun menggunakan celemek, justru itu letak keseksiannya. Sambil menyesap secangkir kopi dan menyilangkan kaki di atas kursi, aku menunggu kemarahannya mereda. Aku mengaku ini salahku.Tadi ketika kebersamaan kami sedang pada puncaknya, aku justru melemparkan kecurigaan yang menbuatnya jengkel. Hasrat Mas Joni pun surut seketika walaupun ikat pinggang sudah terlempar di lantai.Selalu begitu. Ketika marah, suamiku ini pasti mengalihkan dengan bersih-bersih. Mencuci cuci piring sudah selesai, dia beralih dengan mengelap dan menata dan dijajar di rak kayu. Panci, wajan, dan telenan yang bergantu

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Jawaban

    “Tapi kamu jangan marah, ya?” ucap Mas Joni sembari mengerjapkan mata. Maksudnya apa? Main rahasia dengan istri tapi tidak mau kena marah. Ini berhubungan dengan Wanita lain, tapi tidak mau disalahkan. Sama dengan laki-laki di luar sana yang punya banyak alas an untuk membenarkan kesalahannya.Tanganku meremas tisu keras-keras. Ingin rasanya teriak dan melempar apa saja di depanku. Aku memejamkan mata dan meraup udara untuk menenangkan emosi. Bukannya tenang, ucapan Mas Joni selanjutku membuatku muntab.“Sungguh, Dek. Mas tidak sengaja. Mas khilaf.”Seketika mataku terbelalak. Amarah yang aku tahan dari tadi benar-benar meledak. Sungguh, aku tidak terima alasan perselingkuhan karena alasan khilaf. Memang kalian tidak punya otak? Apa bedanya dengan hewan kalau berhubungan hanya berdasar kata khilaf?“Dek Tia. Kamu marah?” ucapnya lagi sambil mengulurkan tangan untuk meraih tanganku yang gemetar.Spontan aku menarik diri. Tatapanku lekat ke arahnya dengan tajam. Rasanya aku benar-benar

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Siapa?

    Seingatku Mas Joni tidak mempunyai teman wanita yang begitu dekat sampai rela berbagi tangisan seperti wanita tadi. Seakan menunjukkan hubungan yang begitu dekat. Suamiku tidak pernah cerita teman wanita masa lalu, atau kenalan baru. Sampai saat ini setahuku temannya dia juga temanku. Kecuali kalau sudah lama tidak bertemu dan tidak tinggal di kota ini. 'Apa orang ini wanita masa lalu? Atau, justru wanita sekarang yang sengaja disembunyikan dariku?' 'Kenapa dia menangis? Jangan-jangan menuntut tanggung jawab.... Oh, tidak!' Dada ini mulai sesak dan isi kepala dipenuhi berbagai asumsi yang semuanya tidak ada yang bagus. "Maaf, dengan ibu siapa? " ucapku penasaran. "Sudah saya bilang, kan. Temannya Mas Joni. Kamu tidak percaya?" Ucapannya terlihat tidak sabar. Isakan tangis tidak terdengar lagi. Tertinggal nada suara yang mulai meninggi, mengintimidasi. Padahal tinggal dia kasih nama saja, kan? "Maksud saya tolong kasih tahu nama, teman dari mana, dan keperluannya apa. Karena

  • Akibat Pulang Kampung Tidak Bawa Mobil   Diingatkan

    "Mas Joni tidak kenapa-kenapa, kan?" Aku menangkup wajahnya, menelisik kalau ada luka. Belum puas, aku pun duduk mensejajarinnya kemudian memastikan lengan, kaki, dan tubuhnya baik-baik saja. "Kamu kenapa, Dek?" Kesadaranku masih belum pulih sepenuhnya. Aku menajamkan mata ke arah jam dinding. Jarum jam masih merujuk angka tiga. "Ini masih malam. Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Helaan napas dan anggukan jawabanku. Kenapa mimpiku begitu mengerikan? Kata Emak mimpi jam segini itu sebuah pertanda. Sepertinya benar, karena saat Simbah meninggal dulu, aku bermimpi buruk. Juga ketika Emak kecelakaaan dulu. Memang mimpi itu bunga tidur, rapi bisa jadi suatu peringatan. Jangan-jangan suamiku ini.... "Kenapa melihatku seperti itu? Kangen banget, ya. Sini Mas peluk." Lagi-lagi senyuman ditebarkan sebelum merentangkan kedua tangan. Aku menelengkan kepala dengan mata memicing, menaruh curiga. "Mas Joni tidak ada yang disembunyikan dariku, kan?" "Masih malam jangan bicara aneh-aneh. Mas kang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status