เข้าสู่ระบบAKTRIS TERKENAL ARABELLA JOLIE DIKABARKAN TERCIDUK DATING DI SALAH SATU RESTORAN TERNAMA BERSAMA SEORANG PRIA YANG TAK DIKETAHUI WAJAHNYA.
PRIA ITU TERLIHAT MEMAKAI MASKER DAN KACAMATA HITAM. NAMUN, BANYAK FANS YANG BERSPEKULASI BAHWA PRIA TERSEBUT ADALAH NARENDRA ARVANKA, LAWAN MAINNYA SENDIRI, YANG SUDAH BEBERAPA KALI TERLIBAT DALAM SATU PROJECT. TAPI SAMPAI SAAT INI, AGENSI EUNOIA ENTERTAINMENT BELUM MEMBERIKAN KLARIFIKASI RESMI MENGENAI HUBUNGAN KEDUANYA. Suara reporter wanita itu terdengar jelas dari layar televisi di ruang tamu. Rafa bersandar di sofa, lalu memencet remot. “Nggak seru…,” gumamnya pelan. Ia lebih suka acara kartun daripada gosip artis. Pagi ini, Rafa memang tidak masuk sekolah. Badannya memang sudah mulai membaik, tapi Sherina memintanya istirahat di rumah. Di rumah hanya ada dirinya dan nenek yang sedang tidur di kamar. Sementara itu, Sherina baru saja pergi mengantar beberapa pesanan pelanggan langganannya ke desa sebelah. “Kayaknya seru deh di kota…,” Rafa berbicara sendiri sambil menatap keluar jendela. “Lihat gedung-gedung tinggi, terus mall… dan ketemu artis cantik tadi.” Ia menarik napas panjang, sembari terus menghayal. Berbeda jauh dengan kehidupan anak kecil itu, di kota besar, seorang pria dengan tubuh tegap dan rahang tegas tengah berdiri di tengah set pemotretan. Lampu-lampu studio menyala terang, kamera berderet, dan tim produksi sibuk mengatur posisi. “Good, tahan posenya ya!” Narendra Arvanka — atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Narendra atau Rendra — menatap ke arah kamera dengan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang digulung sampai siku serta dua kancing teratasnya terbuka. Seorang model wanita berdiri di belakangnya di atas sebuah kursi kecil, memeluk Rendra dari belakang. Tangannya melingkari bahu sang aktor, sementara kepala wanita itu menempel di sisi wajahnya. “Good job! Sekarang sesi foto selanjutnya,” seru sang fotografer sambil mengatur posisi kamera. “Kalian berdua saling berhadapan, keningnya sedikit bersentuhan—ya, begitu!” Rendra dan sang model kembali bersiap saat cahaya lampu sorot memantul di wajah keduanya. Devika, model ternama yang sudah malang melintang di dunia fashion, berusaha menstabilkan napasnya. Entah kenapa, untuk pertama kalinya dalam kariernya, ia merasa gugup berdekatan dengan lawan foto. Padahal, selama ini ia selalu profesional di depan kamera. Tapi kali ini, jantungnya berdetak terlalu cepat. Aura dan kharisma Rendra benar-benar sulit diabaikan. Tatapan tajamnya, caranya menatap langsung ke arah Devika seolah mampu menembus dinding pertahanan dirinya. Dua jam sesi pemotretan berlalu dengan hasil yang memuaskan. Begitu sesi selesai, Rendra beristirahat sejenak dan memeriksa ponselnya. Beberapa menit kemudian, asistennya masuk. “Apa Anda membutuhkan sesuatu, Pak?” tanyanya sopan. “Tidak,” jawab Rendra singkat tanpa menoleh. Rendra menjatuhkan tubuhnya ke sofa, Ialu membuka ponselnya. “Tsk… siapa yang berani memotret kami diam-diam?” gumamnya pelan. Layar ponselnya penuh dengan unggahan akun gosip—foto dirinya dan Arabella sedang makan di restoran kemarin malam. °°°°°°°° “Mama... tadi Rafa lihat tayangan di TV, beritain artis gosip gitu. Rafa suka sama pembawa acaranya, cantik dan manis... tapi Rafa nggak suka sama beritanya, makanya Rafa matiin TV-nya.” “Jangan nonton yang kayak gitu lagi, sayang. Kamu belum ngerti. Mending kamu nonton kartun aja, lebih seru dan banyak pelajarannya.” Rafa menggembungkan pipinya, lalu kembali menyuap nasinya. “Mama... Rafa pengen deh ke kota. Kata Kiano, dia diajak papanya ke kota, terus di sana ada mall besar, gedungnya tinggi banget, banyak lampu warna-warni, sama air mancur yang bisa nyala-nyala! Dia jalan-jalan ke semua tempat dan katanya seru banget!” Sherina tersenyum mendengar semangat anaknya yang meluap-luap. “Kalau kamu rajin belajar dan peringkat satu lagi semester ini, Mama janji ajak kamu ke kota,” “Wah... yang bener, Ma?!” sorak Rafa, matanya berbinar. Sherina mengangguk pelan. “Iya, tapi sekarang habisin dulu makannya, nanti baru cerita lagi.” Setelah makan malam selesai, Sherina menemani putranya belajar. Minggu depan Rafa sudah mulai ujian akhir semester, dan sebentar lagi putranya akan menduduki kelas 2. Sesekali Sherina menatap wajah anaknya dengan rasa sayang. Ia tahu Rafa sering sakit-sakitan, tapi daya tahannya kuat. Biasanya cukup dengan minum obat dan istirahat sebentar, panasnya turun dan tubuhnya kembali segar. Beberapa menit kemudian Rafa menguap lebar. “Udah ngantuk?” tanya Sherina. Rafa mengangguk pelan. Sherina menutup buku di depannya, lalu menggendong tubuh mungil itu ke kamar. Sherina merebahkan Rafa di kasur diikuti dirinya. “Mama...” katanya lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Sherina mengusap punggung putranya lembut. “Hm? Kenapa, sayang?” “Mama… janji ajak Rafa ya ke kota,” ucap Rafa dengan suara pelan, matanya mulai terasa berat. “Iya, sayang. Mama janji,” jawab Sherina lembut. Rafa tersenyum kecil sebelum akhirnya mata cokelatnya perlahan tertutup. Napasnya teratur dan damai di pelukan sang ibu. Sherina mengecup kening putranya penuh kasih. Ia memandangi wajah itu lama, tatapannya tiba-tiba berubah sendu. Setiap kali melihat wajah Rafa, bayangan pria itu selalu muncul di benaknya. Mereka begitu mirip… dari wajah, rambut, senyum, bahkan kebiasaan dan kesukaan pun mengingatkannya pada pria itu. Sherina menarik napas panjang, berusaha menahan perasaan yang tiba-tiba menyeruak. Ia menggeleng pelan, mencoba mengusir kenangan yang kembali datang tanpa diundang. Kini yang penting hanyalah Rafa. Lagipula, ia tak ingin memikirkan orang yang sudah bahagia dengan hidup dan masa depannya. Maka, Sherina juga bahagia. Bersama seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. ••••••• Suara dentuman musik DJ menggema memenuhi sebuah klub ternama. Lampu-lampu warna-warni berkelap-kelip, orang-orang menari di lantai dansa, berbanding terbalik dengan laki-laki yang di sudut sofa, duduk dengan kancing kemeja yang hampir seluruhnya terbuka. Tatapannya tak ada ketertarikan sekalipun pada gadis-gadis seksi yang berdansa. Sesekali ia menghembuskan asap rokok ke udara. Di depannya, segelas jus anggur tak tersentuh. Beberapa notifikasi dan panggilan di ponselnya berkedip tak henti, tapi tak satu pun ia hiraukan. Dia hanya diam. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. “Sebagai direktur agensi Eunoia, saya berhak memutuskan dan mengatur artis yang bernaung di bawah manajemen kami!” “Kamu menikah, dan itu sudah cukup bikin masalah! Fans bisa kecewa, sponsor bisa kabur!” “Kalau kamu masih mau punya karier bagus, kamu harus tutup mulut dan ikuti arahan kami!” Suara itu bergema dalam pikirannya. Pria itu memejamkan mata, mencoba menenggelamkan perih yang tiba-tiba menusuk dada. Tangannya mengepal di meja. Dia dituntut untuk melakukan ini itu. Dia tidak bisa menolak karena sudah terikat kontrak apalagi agensi itu sudah memberinya nama besar, mana mungkin dia melupakan perjuangan orang-orang disana. Semakin tahun, semakin banyak saja tuntutan ini itu. Fans-fans yang tidak tahu kehidupan aslinya pasti mengira kalau dirinya bahagia terus. Padahal jauh dari lubuk hatinya dia merasa tertekan. Rendra memegang dadanya. Kepalanya terdongak ke atas air matanya lalu jatuh perlahan. Dia merindukan Sherina. Sungguh. Dia rindu ocehan-ocehan wanita itu. Rindu masakan dan segala hal yang ada pada diri wanita itu. "Maafin aku," lirihnya pelan."Ka, apa benar orang yang di restoran itu adalah Narendra? Mohon klarifikasinya, ka?""Sejauh ini, apa hubungan kalian masih sebatas HTS?""Ka, kakak nggak ingin minta kepastian dari Narendra? Soalnya banyak fans kalian di luar sana berharap kalian setidaknya jadian atau tunangan!"Beberapa wartawan berebut mengulurkan mikrofon ke arah seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang baru saja turun dari mobil hitam mewah. Wanita itu-Arabella-hanya tersenyum tipis, berusaha tetap tenang di tengah serbuan pertanyaan yang bertubi-tubi. "Ka, tolong jawab, biar di luar sana nggak ada lagi fitnah atau spekulasi!" Arabella menatap mereka sejenak, lalu berkata pelan tapi tegas,"Maaf, saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Kalau kalian ingin bertanya lebih lanjut, silakan tanyakan langsung pada aktor yang bersangkutan.""Tolong menyingkir. Beri nona kami jalan," ucap salah satu bodyguard agensinya sambil menahan para wartawan yang semakin mendesak.Arabella segera melangkah masuk ke dalam
AKTRIS TERKENAL ARABELLA JOLIE DIKABARKAN TERCIDUK DATING DI SALAH SATU RESTORAN TERNAMA BERSAMA SEORANG PRIA YANG TAK DIKETAHUI WAJAHNYA.PRIA ITU TERLIHAT MEMAKAI MASKER DAN KACAMATA HITAM. NAMUN, BANYAK FANS YANG BERSPEKULASI BAHWA PRIA TERSEBUT ADALAH NARENDRA ARVANKA, LAWAN MAINNYA SENDIRI, YANG SUDAH BEBERAPA KALI TERLIBAT DALAM SATU PROJECT. TAPI SAMPAI SAAT INI, AGENSI EUNOIA ENTERTAINMENT BELUM MEMBERIKAN KLARIFIKASI RESMI MENGENAI HUBUNGAN KEDUANYA.Suara reporter wanita itu terdengar jelas dari layar televisi di ruang tamu. Rafa bersandar di sofa, lalu memencet remot. “Nggak seru…,” gumamnya pelan. Ia lebih suka acara kartun daripada gosip artis. Pagi ini, Rafa memang tidak masuk sekolah. Badannya memang sudah mulai membaik, tapi Sherina memintanya istirahat di rumah. Di rumah hanya ada dirinya dan nenek yang sedang tidur di kamar.Sementara itu, Sherina baru saja pergi mengantar beberapa pesanan pelanggan langganannya ke desa sebelah.“Kayaknya seru deh di kota…,” Rafa b
Delapan tahun kemudian...“Ayo! Oper bolanya ke sini!”“Ian! Kasih ke aku!”"Rafa! Tendang sini!"Bugh!“Aduh!”Anak laki-laki berambut crew cut itu menendang bola cukup keras, tapi arah tendangannya meleset dan justru mengenai kaki temannya. Bocah itu terjatuh sambil meringis kesakitan.“Woi! Kamu bisa main nggak sih!?”“Maaf… tadi katanya aku disuruh tendang,” katanya gugup.“Tapi kamu nendangnya kenceng banget! Tuh, si Adit jadi nangis! Nanti dia ngadu lagi ke mamanya, kita semua yang kena marah!” Anak itu hanya menunduk. Kedua jemarinya dimainkan pelan-pelan — kebiasaannya kalau sedang cemas.Ia menatap ke arah Adit yang masih duduk di tanah, memegangi kakinya sambil menangis. Beberapa anak yang lebih tua berusaha menenangkan Adit.“Sakit banget… kakiku… pasti patah ini!” rintih Adit, wajahnya meringis kesakitan saat salah satu orang membopongnya ke kursi taman.Anak laki-laki yang menendang tadi mendekat, matanya berkaca-kaca. “Maaf… aku nggak sengaja,” katanya pelan.Adit menat
Usai palu diketuk di ruang sidang. Resmi sudah — perceraian antara Sherina dan Rendra disahkan oleh hakim. Seketika dada Sherina terasa sesak, kini dia menyandang status janda. Sherina menatap Aron dan Marisa, kedua orang tua Rendra, yang kini ada di hadapannya. Tatapan mereka—terutama Marisa—penuh penilaian dan sinis.“Sudah saya bilang dari awal. Pernikahan kalian nggak akan awet. Terbukti, kan, sekarang?” katanya dengan nada sinis.“Ma, sudah,” ucap Aron pelan. “Kita nggak usah memperkeruh suasana.”“Aku cuma bicara apa adanya. Anak kita pantas dapat yang lebih baik dari perempuan kayak dia.”Sherina terdiam. Ia menunduk, menggenggam tangannya.Pandangan Sherina lalu terarah ke Rendra yang berdiri agak jauh, bersama pengacaranya. Tatapan pria itu sayu. Hanya mata mereka yang saling berbicara, ada sedih dan ada penyesalan. Sherina menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh ke arah Aron dan Marisa.“Ma… Pa…” panggilnya pelan. “Setelah ini, aku bakal pergi. Aku cuma mau bilang… maaf k
Sherina menutup matanya saat melihat potongan-potongan video adegan mesra di layar ponselnya—adegan yang diperankan oleh suaminya sendiri bersama lawan mainnya. “Itu cuma adegan, Rin. Kamu kan sudah biasa lihat hal kayak gitu. Nggak usah cemburu,” “Suami kamu itu setia dan profesional. Buktinya, selama satu tahun kalian menikah, dia nggak pernah melakukan hal-hal yang aneh.” Hari demi hari berlalu, dan nama Narendra serta Arabella, lawan mainnya semakin melambung. Hingga akhirnya, setelah dua minggu menjalani jadwal syuting padat, Narendra pulang ke rumah. “Kapan kamu umumin pernikahan kita? Sudah satu tahun, loh. Aku juga ingin dikenal sama fans-fans kamu,” kata Sherina lirih, saat mereka berbaring berpelukan di atas kasur. Narendra mengusap punggung polos istrinya pelan, lalu mengecup lembut kening wanita itu. “Maaf, nggak bisa sekarang, sayang. Agensiku minta aku tetap nyembunyiin status pernikahan kita, apalagi proyek filmku lagi naik-naiknya.” Suara Rendra terdengar pel







