Share

Talak

"Nduk."

Ada yang menepuk pipiku lembut. Bau minyak kayu putih menusuk hidungku. Aku paling tidak suka, dengan bau minyak kayu putih. Perlahan, kesadaranku kembali. Aku terbaring di ranjang Ibuk. Ternyata, aku pingsan tadi.

Cairan bening kembali menetes dari ujung mataku, begitu mengingat kata talak dari Mas Haris. Ternyata, rasanya sungguh sakit. Tak pernah kusangka, akan sepedih ini.

Kulihat sosok Mas Haris masih berdiri di ruangan ini, namun agak menjauh.

"Tekanan darahnya sangat rendah, jadi Mbak ini, drop. Tolong jangan dibebani banyak pikiran dulu." Suster melepas alat untuk mengukur tekanan darah.

"Tapi tidak apa-apa, kan, Sus?" tanya Ibuk cemas.

"Tidak, tolong dijaga emosinya saja, jangan sampai terlalu banyak beban. Baik, saya permisi dulu," ucap suster sambil berlalu.

"Nak Haris, tolong kamu pergi dulu, mungkin Rini masih syok. Dengan melihatmu di sini, dia akan kepikiran terus." Paklik menasihati Mas Haris, seperginya suster yang memeriksaku tadi.

Ah, rasanya aku sudah ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status