Share

Bab 7

Penulis: Peachy
Tiga hari kemudian, aku akhirnya mendapatkan perjanjian pemutusan kontrak.

Denis menepati janjinya dan menandatangani dokumen itu.

Aku menatap kertas itu, merasakan kelegaan yang sudah lama tidak kurasakan.

"Selamat, Nona Elian," kata Anton sambil menyerahkan sebuah map. "Ini berkas-berkas proyekmu."

Aku membukanya. Di dalamnya ada catatan kerja selama lima tahun.

Setiap lukisan, setiap artefak, menyimpan sebagian dari jiwaku.

"Masih ada satu acara terakhir yang harus kamu hadiri," lanjut Anton. "Malam ini pukul delapan. Perayaan yang diadakan oleh Keluarga Rosana, itu akan menjadi tugas terakhirmu."

Aku mengernyit. "Bukannya kontraknya sudah berakhir?"

"Secara resmi mulai berlaku besok," jelas Anton. "Anggap saja malam ini perpisahan."

Baiklah.

Sekali terakhir.

Aku kembali ke apartemen dan berganti gaun malam hitam sederhana.

Wanita di cermin tampak tenang, tapi cahaya di matanya telah padam.

Ini adalah akibatnya.

Akibat dari mencintai pria yang salah.

Pukul delapan malam, aku tiba di kediaman Keluarga Rosana.

Sebuah pesta mewah sedang berlangsung untuk merayakan pertunangan.

Denis dan Bella secara resmi mengumumkan tanggal pernikahan mereka.

Tiga bulan dari sekarang...

Aku berdiri di antara kerumunan, menyaksikan pasangan itu berpelukan di atas panggung.

Bella mengenakan gaun merah, seperti bunga mawar yang mekar.

Lengan Denis melingkari pinggangnya dengan senyum langka di wajahnya.

"Para tamu yang terhormat," kata Bella ke mikrofon. "Terima kasih sudah hadir di perayaan pertama kami sejak pertunangan."

Ruangan dipenuhi tepuk tangan.

"Malam ini, aku punya kejutan spesial untuk tunanganku."

Bella memberi isyarat pada Denis untuk menggulung lengan bajunya.

Jantungku tiba-tiba berdegup kencang.

Denis punya tato di pergelangan tangannya. Kompas bintang milik kami dari tiga tahun lalu.

"Pemandu," kata Denis saat itu, karena aku miliknya.

Aku mengingat sore itu, ketika kami berbaring di tempat tato, dia menggenggam tanganku dan berkata, "Ini rahasia kita, nggak akan pernah berubah."

Namun, saat Denis menggulung lengannya, aku tidak melihat tato kami.

Kompas bintang itu masih ada, tapi kini dikelilingi desain baru.

Lambang Keluarga Rosana.

Seekor ular melingkar, mengelilingi kompas itu.

Tato baru itu sepenuhnya mengubah makna aslinya.

"Kami... memperbaruinya," ucap Bella mengumumkan, suaranya penuh kemenangan. "Ini melambangkan masa depan kami, bukan masa lalunya."

Dia mengambil tangan Denis dan mencium tato yang telah diubah itu.

Tepuk tangan kembali terdengar.

Aku berdiri di sudut ruangan.

Hatiku yang mati rasa... sudah tidak bisa merasakan apa pun.

Tato yang dulu melambangkan cinta kami kini sepenuhnya tertutup lambang keluarganya.

Sama seperti keberadaanku dalam hidupnya yang dihapus sedikit demi sedikit.

"Indah, bukan?"

Bella muncul di sampingku.

Dia mengangkat gelas anggurnya, senyum kemenangan terpampang di wajahnya.

"Kamu lihat itu? Tatonya," lanjutnya. "Denis bilang itu kesalahan impulsif di masa mudanya. Sekarang sudah diperbaiki."

Aku mengepalkan tangan, kuku-kuku menancap di telapak tanganku.

"Denis sendiri yang bilang. Beberapa kesalahan emang begitu buruk, sampai harus dikubur sepenuhnya." Tatapannya menyapu tubuhku, senyum puas dan kejam menghiasi bibirnya. "Kamu paham maksudku, 'kan, Elian? Kamulah kesalahan yang ingin dia kubur."

Aku menatap wanita itu, calon istri Denis.

"Kamu menang," kataku pelan.

"Tentu saja." Bella menyeringai. "Ini bukan kompetisi. Kamu benaran berpikir seorang restorator seni bisa bersaing dengan putri mafia? Mengenai semua urusan dengan Mario? Rolet Rusia itu?" Dia tertawa kecil. "Itu ujian dariku buat melihat siapa yang akan dia lindungi saat keadaan terdesak, ternyata dia memilih aku." Dia mencondongkan tubuh lebih dekat. "Dia menyajikanmu di atas nampan perak, Sayang. Kamu nggak pernah punya kesempatan."

Jadi, nyawaku dipertaruhkan… hanya demi putri mafia menghukum selingkuhan tunangannya.

Selain itu, ketika dihadapkan pada Bella, Denis tidak akan pernah memilihku…

Bella berbalik hendak pergi, lalu menoleh.

"Oh ya, katanya, tato aslinya sulit ditutup sepenuhnya. Tapi Denis bersikeras supaya tato itu hilang."

Senyum Bella makin kejam.

"Dia bilang nggak mau meninggalkan jejak apa pun."

Tidak ingin meninggalkan jejak apa pun...

Kata-kata itu akhirnya menembus kebekuanku.

Aku menatap Denis di atas panggung yang sedang tertawa dan berbincang dengan para tamu.

Di pergelangan tangannya, tato yang telah diubah, berkilau di bawah lampu.

Masa lalu kami, keberadaanku… dia telah menghapus semuanya.

Sepatu hak tinggi Bella menginjak kakiku.

"Ingat ini. Beberapa hal memang nggak ditakdirkan untuk orang serendah dirimu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 21

    Sudut pandang Elian.Enam bulan kemudian, hari pernikahanku di Prasa.Aku mengenakan gaun yang Julian bantu rancang. Renda sederhana, dihiasi mutiara kecil seperti embun pagi.Sebelum upacara, satu paket anonim lagi tiba.Di dalamnya ada desain perhiasan asli oleh maestro Art Nouveau, Alphonse Mucha. Satu set alexandrite, itu semua tidak ternilai harganya.Alexandrite berubah warna dalam cahaya yang berbeda: Zamrud di siang hari, rubi di malam hari, simbol kehidupan ganda dan rekonsiliasi pada akhirnya.Kartu itu berisi satu baris dalam tulisan tangannya yang tajam dan familier, [Untuk wanita yang sejak awal seharusnya menjadi diri sendiri.]Aku tahu itu adalah salam perpisahan terakhir dari Denis.Aku menutup kotak itu dan meletakkannya ke samping. Lalu, aku mengenakan kalung bunga matahari sederhana yang diukir Julian untukku.Harta sejatiku, jenis yang tidak membutuhkan kegelapan untuk bersinar.Di dalam gereja, aku berjalan di pelaminan bersama ibuku, menuju Julian di altar.Saat p

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 20

    Sudut pandang Elian.Dua bulan kemudian, aku dan Julian berada di bandara.Kami akan pindah ke Prasa untuk memulai hidup baru sepenuhnya.Kota di Origo itu indah, tetapi kemunculan Denis bagaikan setetes tinta yang mengotori seluruh lautan.Aku butuh awal yang benar-benar baru.Denis tidak pernah muncul lagi setelah malam itu.Namun, "hadiah" penebusannya tidak pernah berhenti.Sketsa desain yang kupikir sudah lama hancur sudah direstorasi.Dokumen untuk yayasan seni yang didirikan atas namaku.Bahkan sertifikat kepemilikan Hotel Makmur di Cangga.Setiap hadiah adalah rantai lain yang mencoba menarikku kembali ke masa lalu.Aku mengembalikan semuanya tanpa dibuka, dengan satu catatan terlampir:[Aku tidak menginginkan apa pun darimu. Rasa bersalahmu adalah bebanmu sendiri, biarkan aku hidup tenang.]Sebelum naik pesawat, Julian memeriksa bagasi kami, aku duduk sendirian di ruang tunggu.Dari kejauhan, aku melihatnya.Denis berdiri di sisi lain pos pemeriksaan keamanan, mengenakan mante

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 19

    Sudut pandang Denis.Sebuah kota pesisir di Origo.Selama tiga hari, aku menjadi hantu dalam kehidupan baru Elian. Pengintai dari bayangan, kelaparan hanya untuk sekilas melihatnya.Aku melihatnya. Rambutnya kini pendek dan rapi. Dia mengenakan kemeja putih sederhana.Sinar matahari sore menyelimuti wajahnya yang fokus, membingkainya dengan cahaya keemasan.Dia bukan lagi gadis yang selalu tegang di sisiku, dia bersinar.Aku melihat seorang pria baik datang menjemputnya setiap sore.Pria itu akan mengambil tas peralatannya, lalu menggenggam tangannya.Dia akan mengaitkan jarinya dengan jari pria itu, begitu alami.Aku melihat mereka berbelanja di supermarket, bercanda sambil berdebat tentang merek susu.Setiap senyum yang Elian tunjukkan pada pria itu seperti pisau panas yang menusuk perutku.Kecemburuan adalah sulur beracun, mencekik hatiku hingga aku nyaris tidak bisa bernapas.Namun di saat yang sama, rasa kepuasan yang menyakitkan membanjiriku.Elian baik-baik saja, bahagia dan hid

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 18

    Sudut Pandang Denis.Tanganku mengendur.Revolver berlapis emas yang akan menentukan nasib Bella jatuh beradu ke lantai.Bella menerjang ke arahku seperti tali penyelamat.Dia merangkak, memeluk kakiku, wajahnya penuh air mata dan ingus. "Denis! Denis, dengarkan aku! Aku tahu di mana dia! Aku tahu di mana dia!"Aku perlahan menatap wanita menyedihkan di kakiku, mataku membeku."Ulangi ucapanmu.""Aku tahu di mana dia!" Bella mengira dia telah menemukan kartu negosiasi, kepalanya terangkat dengan penuh semangat. "Orang-orangku menemukannya sebelum orang-orangmu! Sebuah kota kecil di pesisir Origo. Dia mengganti namanya menjadi Elena Kumala dan membuka studio desain! Denis, aku tahu segalanya!"Sebuah tangan tak kasat mata mencengkeram jantungku, menekannya hingga nyaris berhenti.Bella tidak hanya menemukan Elian.Dari ekspresi Bella, tampaknya jauh lebih dari itu."Apa yang kamu lakukan padanya?" Suaraku rendah, setiap kata bak batu berat siap menghancurkannya.Mata Bella bergerak geli

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 17

    Sudut pandang Denis.Aku telah menghabiskan dua tahun merajut jaring besar untuk menjebak Keluarga Rosana di dalamnya.Aku memutus semua kesepakatan mereka, mendanai musuh-musuh mereka dan membiarkan mereka mati perlahan dalam penderitaan.Aku pikir semua itu kulakukan demi harga diriku, demi nama Keluarga Sanggu.Sampai Luki meletakkan laporan penyelidikan berdebu berusia dua tahun di depanku."Pak Denis, menurut temuan terbaru kami... kebocoran foto di upacara hotel dan permainan Rolet Rusia... semuanya bukan kebetulan."Aku menatap ke atas, kebingungan sekilas muncul di mataku.Luki menelan ludah dengan susah payah, suaranya tegang. "Semuanya ulah Bella, Pak Denis. Dia menyuap kru teknis untuk mempermalukan Nona Elian di depan umum. Dia bersekongkol sama Mario untuk mengatur permainan itu, dia mempermainkanmu. Kamu adalah senjata yang dia gunakan untuk menyiksa dan mungkin membunuh... Elian."PRANG.Gelas wiski di tanganku pecah.Pecahan kaca menusuk telapak tanganku. Darah bercampu

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 16

    Sudut pandang Denis.Dua bulan lalu, telepon internal di kantorku berdering."Pak Denis." Suara Luki terdengar ragu. "Kami menemukan seseorang di Orom... seseorang yang seharusnya sudah mati."Seolah ada kepalan tangan yang mencengkeram jantungku, darah di nadiku membeku."Siapa?" Suaraku terdengar jauh, seakan bukan milikku."Anton Raga."Tiga hari kemudian, di sebuah rumah aman tanpa jendela di pinggiran Nawa Yok, aku melihat Anton.Dua pengawal menyeretnya masuk. Tubuhnya kurus kering... tapi matanya masih menyala dengan perlawanan. Dia tampak seperti pria yang sudah terima kematiannya.Aku memberi isyarat agar para pengawal keluar, kami berdua sendirian di ruang beton besar itu.Aku tidak bicara, hanya mengitarinya seperti predator menilai mangsanya. Udara terasa begitu tegang hingga bisa meledak.Pistolku tergeletak di atas meja, logam dinginnya memantulkan cahaya putih lampu bohlam di atas kepala."Di pesawat… " Akhirnya aku bersuara, serak. "Apa dia ketakutan?"Anton menatapku,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status