Home / Romansa / Aku Mau Cerai, Mas! / Bab 4 Kembalinya Bram

Share

Bab 4 Kembalinya Bram

Author: Tricya
last update Last Updated: 2024-07-01 11:33:57

“AH …” pekik Aliyah keras, tubuhnya terpaku karena kejutan yang tiba-tiba ini.

Kontak gaib itu tiba-tiba mengirimkan pesan. Dugaannya yang selama ini mengira bahwa kontaknya telah diblokir ternyata salah.

Bola mata bewarna hazelnya yang indah melebar, mulutnya ternganga cantik, dan dengan syok tanpa sengaja ponsel barunya itu terlepas dari genggamannya.

Dengan kalang kabut Aliyah menjulurkan tangan, tapi sayangnya ia gagal menjangkau, wanita itu sontak menarik napas tertahan saat akhirnya mendengar suara renyah dari pantulan ponsel yang mencium lantai.

Untuk sesaat dunia hening sejenak.

Dan ia pun tersadar dari lamunanya, “Astaga …” seru Aliyah panik, berlutut di depan ponsel itu dan segera mengambilnya. Napasnya memburu karena syok.

Bagaimana tidak!

Ini pertama kalinya setelah 3 tahun mereka menikah, Bram mengirimkan pesan secara pribadi. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, jangankan pesan! Aliyah sendiri bisa menghitung dengan jarinya berapa banyak kata yang pernah ia dengar keluar dari mulut pria itu.

Aliyah memegang ponsel itu dan membaliknya, lalu melihat pada layar LCD, Ia dibuat tercengang saat melihat pada layar yang telah berubah menjadi jaring laba-laba.

Dengan jantung yang berdebar, ia menggesek layar ponsel, tapi sayangnya sia-sia. Layar itu masih menampilkan bar notifikasi pesan yang terpotong.

[Besok pagi saya—]

Dengan gigih ia mengklik pada notifikasi itu, tapi usahanya tak kunjung membuahkan hasil.

“Besok pagi ngapain?” tanya Aliyah pada dirinya sendiri.

“AAA … Tuhan kenapa?” teriaknya frustasi.

Menangis tanpa air mata, wanita itu menjambak rambut hitam bergelombang sepinggang yang bagaikan rumput laut.

Apa isi pesan yang dikirimkan oleh Bram?

Apakah itu tentang perceraian mereka? Apakah akhirnya pria itu tercerahkan? Dan menyadari kalau ia harus segera menceraikan dirinya?

Lalu yang dimaksud dengan besok pagi adalah persidangan cerai?

Dengan gugup Aliyah menggigit kuku dijari tangan kanannya, sungguh kebiasaan yang buruk.

Tapi rasa penasaran semangat dan antusias menjadi satu membayangkan sebentar lagi ia akan mendapatkan kebebasannya.

Isi pesan yang belum diketahui itu membuat Aliyah pada akhirnya masih membuka matanya hingga subuh. Tak pernah ia mengalami hal ini sebelumnya, hidupnya selalu teratur, dan jam tidurnya selalu tepat waktu.

Tapi, malam itu untuk pertama kalinya lingkaran hitam kantung mata yang terlihat samar di wajah tanpa cela itu muncul. Ranjang king size kokoh yang tak pernah mengeluarkan suara mengerit kini terdengar sesekali karena tubuhnya yang tak bisa diam.

Dadanya terasa sesak seakan ada batu yang menekan dengan kuat, ini pasti rasa penasarannya yang sebesar gunung!

---

“Ugh …!” seru Aliyah tersintak dari tidurnya.

Refleks kedua tangan menahan rambatan sinar matahari yang menembus dari balkon yang terbuka. Ia lupa menutup tirai itu tadi malam. Cahaya matahari kini sudah terik menyinari setiap sudut kamar.

Mata wanita itu membola melihat pada jam digital yang menunjukkan pukul 11.00.

Ia telah lupa dengan pesan yang tiba-tiba dari suaminya malam tadi.

Hari ini dia ada syuting adegan, untuk film ‘The Truth of The Love’!

Film yang ia yang ambil kemarin, dengan perannya sebagai Ayumi. Reka adegan akan diambil pada jam 12.00 siang ini. Hanya satu jam lagi, dan ia harus cepat-cepat bersiap.

Sementara itu, di lantai bawah. Kepala pelayan yang telah terjaga sejak pukul 05.00 sama paniknya dengan majikannya. Dengan kepala menunduk ia sesekali mengusap keringat dingin di tengkuknya.

Melihat pada bos besar sebenarnya, yang kini duduk dengan wajah dingin di sofa ruang tamu mansion.

“Pak … apa saya harus membangunkan Nyonya Aliyah sekarang?”

Pria itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan kepala pelayan itu pergi. Tepat saat pak Rusdi baru saja akan melangkah.

Bunyi hentakan sepatu yang terdengar terburu-buru menuruni tangga tiba-tiba saja mengisi keheningan ruang tamu yang mencekam.

“Ini semua gara-gara mas Bram!”

Sambil menggerutu kesal, wanita itu berlari menuruni tangga.

Dia yang biasanya terlihat mempesona dengan gaun bermerek keluaran terbaru, dan rambut yang tertata dengan berbagai macam gaya, sekarang harus bersiap seadanya.

Sudah bisa mandi membersihkan tubuh saja adalah hal yang sangat baik saat ini.

Aliyah yang selalu disiplin dan tepat waktu jarang merasakan panik karena takut terlambat.

Selama ini, semenjak memasuki dunia hiburan, ia selalu dipuji karena profesionalitas kerjanya yang tinggi.

Ia selalu sukses membawakan nama besar untuk sebuah merek, pendapatan yang didatangkannya kepada perusahaan karena nilai jualnya, bisa berkali-kali lipat bahkan lebih.

“Awas aja kalau Mas Bram ada didepan aku sekarang, bakalan aku gigit lehernya, dan hisap darahnya sampai habis!” ucap Aliyah dengan keras.

Pak Rusdi yang bisa mendengar dengan jelas, menghela napas tertahan dan memejamkan mata pasrah saat melihat rahang bos didepannya, yang terlihat semakin mengetat.

Demi kedamaian dunia, ia berinisiatif untuk bergerak, mendekat menuju ujung tangga bawah.

“Nyo-nyonya?!” Sapa pak Rusdi sambil menelan salivanya dengan susah payah.

Nyonya besarnya itu, yang bahkan dalam dandanan biasa saja masih terlihat anggun dan sangat cantik, semoga saja bisa menenangkan kemarahan tuannya.

Mendengar sapaan itu, Aliyah melihat pada pak Rusdi yang berdiri di ujung tangga terlihat gugup dan ketakutan, membuatnya juga ikut mengerutkan keningnya.

“Selamat pagi, eh siang maksud Aliyah pak. Oh iya segera minta pak Tomo untuk siapkan mobil!” Perintahnya terburu-buru.

Ponsel bewarna ungu muda, keluaran seri sebelumnya kini tergeletak dalam genggaman Aliyah, sejak tadi getaran karena panggilan yang tak henti-hentinya dari Dewi membuat Aliyah semakin panik.

Sambil menunggu mobil ia menjawab panggilan asistennya itu segera.

Berdiri di bawah tangga itu, Pak Rusdi melihat bolak balik pada bos besar di sofa yang duduk membelakangi mereka dan pada nyonya besar yang sibuk menjawab telepon.

“Ya Tuhan ... keadaan macam apa ini?” teriak kepala pelayan frustasi dalam pikirannya.

“Nyonya Pak Bram--”

Perkataan pak Rusdi terpotong saat Aliyah mengangkat tangan kanannya.

Aliyah masih sibuk menjawab panggilan Dewi sambil mebujuk, “Iya-Iya ini aku udah jalan, bentar lagi nyampe kok. Maaf hape aku rusak, layarnya pecah, jadi ini hape lama.”

Ponsel itu akhirnya tenang untuk sejenak, “Fyuh ...” Aliyah menghembuskan napas panjang sambil merapikan rambutnya yang tergerai.

Ia berbalik melihat pada pak Rusdi, “Pak kenapa masih disini? Tolong bantu saya, minta Pak Tomo untuk siapkan mobil, hari ini mobil yang biasa aja.”

Kepala pelayan itu ingin mencari lubang sekarang, menguburkan dirinya dimana saja, menjauh dari dua majikannya itu.

“Kenapa Pak?” tanya Aliyah.

Belum sempat pak Rusdi menjawab, Aliyah teralihkan dengan siluet di sofa ruang tamu.

Dahinya yang halus mengernyit bingung, “Loh? Ada tamu pak? Siapa?” tanyanya pada kepala pelayan itu.

Dengan terpaksa Aliyah berjalan menuju sofa, meski terdesak waktu, tapi sebagai tuan rumah ia harus bersikap sopan terlebih dahulu kepada tamunya.

Kepala pelayan memukul kepalanya sendiri dengan fustasi, dengan cepat mengikuti Aliyah dan memberi peringatan pada majikannya itu, “Nyonya itu pak Br—”

“Astagfirullahalazim, MAS BRAM?” pekik Aliyah keras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 39 Pengalaman Pertama

    Sore itu berlalu dengan kemanisan yang memenuhi kamar Aliyah. Bram mengusap rambut Aliyah yang basah karena perbuatannya. Menatap pada wajah Aliyah yang terlihat lelah, Bram merasa menyesal karena tidak bisa mengendalikan diri dengan baik. “Gak papa, Mas. Ini udah kewajiban aku sebagai istri.”Aliyah senang dan kesakitan, pengalaman pertama yang diberikan Bram tak akan pernah bisa ia lupakan. Tersenyum manis di sudut bibirnya, Aliyah merasakan untuk pertama kalinya bahwa ia bisa sangat mencintai pria di hadapannya.Bram menatap Aliyah dalam diam, masih merasa terhimpit oleh rasa bersalah. Ia tahu bahwa Aliyah mungkin belum siap, dan ia seharusnya lebih peka. "Aku terlalu terbawa suasana, Aliyah... Maafkan aku," ucapnya pelan, penuh penyesalan.“Tapi ini sepenuhnya bukan salah aku …” bisik Bram di telinga Aliyah.Aliyah sontak mengerutkan keningnya, “Trus?”Bram mengeratkan pelukannya, dan dengan menggoga membisikan sesuatu ke telinga Aliyah, “Salahkan istriku ini yang terlalu menggo

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 38 Kerinduan

    Bram berdiri di tengah ruangan yang gelap, hanya terdengar suara langkah kakinya yang menggema di lantai marmer. Tanpa banyak berpikir, ia melangkah menuju jendela pertama, menarik gorden tebal yang menghalangi cahaya dari luar. Begitu jendela terbuka, angin sore yang dingin segera masuk, membawa bau khas hujan yang baru saja reda. Satu per satu jendela dibuka, membiarkan udara mengalir lebih banyak. Namun, meski kini ruangan sedikit lebih terang karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela, suasana tidak menjadi lebih ringan. Aliyah duduk di sudut tempat tidur, kedua tangannya menggenggam erat selimut, matanya kosong, namun di balik kekosongan itu ada sorot ketakutan. Bram berbalik, menatap Aliyah yang masih terdiam. Langkahnya perlahan mendekati wanita itu, kemudian ia berjongkok di hadapannya, menyamakan tingginya dengan Aliyah. “Aku tahu ini berat bagimu,” suaranya terdengar lembut, namun penuh keprihatinan. “Tapi aku harus memastikan kamu baik-baik saja.”

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 37 Berita Pengunduran

    Keesokan harinya, berita tentang keluarnya Aliyah dari dunia hiburan telah menyebar dengan cepat, layaknya api yang menyambar rerumputan kering. Sinta mematuhi perintah Bram dan mengeluarkan pernyataan resmi kepada media tentang keputusan tersebut. Namun, tidak ada yang siap dengan respons yang akan datang.Berita itu langsung menduduki puncak trending topic di media sosial. Seluruh Indonesia seakan gempar. Aliyah adalah salah satu ikon paling terkenal, model dengan jutaan penggemar yang telah mengikuti perjalanan kariernya selama bertahun-tahun. Keluarnya dia dari dunia hiburan tanpa alasan yang jelas membuat semua orang bertanya-tanya. Netizen, penggemar, dan bahkan beberapa kolega selebriti lainnya bereaksi dengan berbagai spekulasi.Di Twitter, Instagram, dan TikTok, ribuan komentar membanjiri timeline. Hastag seperti AliyahRetires, SaveAliyah, dan WhyAliyah? mulai muncul di mana-mana. Penggemar setia Aliyah merasa terpukul, bingung, dan marah karena keputusan mendadak i

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 36 Kosong

    Saat malam tiba, keheningan yang menyelimuti rumah besar itu terasa begitu tegang. Bram duduk di ruang kerjanya, menatap jendela yang menghadap ke kebun, pikirannya dipenuhi oleh kecemasan. Di luar, bulan bersinar redup di balik awan, memberikan suasana yang suram dan penuh ketidakpastian. Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar mendekat."Pak Bram!" Seorang pelayan tergesa-gesa memasuki ruangan dengan wajah penuh kekhawatiran. "Nyonya Aliyah sudah bangun."Bram bergegas berdiri, hatinya berdebar kencang. "Apa dia baik-baik saja? Apakah dia sadar sepenuhnya?" tanyanya dengan nada yang hampir penuh kepanikan. Sudah berhari-hari Aliyah tidak sadarkan diri, dan kini dia akhirnya terbangun. Namun, Bram tak tahu apa yang akan ia temukan saat bertemu dengan wanita itu."Saya tidak tahu pasti, Pak," jawab pelayan itu, mencoba tetap tenang. "Tapi Nyonya kelihatan gelisah dan sepertinya bingung."Tanpa menunggu lebih lama, Bram segera keluar dari ruang kerjanya dan bergegas

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 35 Penghilangan Ingatan

    Dr. Claire tersenyum tipis, “Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantunya.” Mereka berjalan melewati lorong-lorong megah menuju kamar Aliyah. Di depan pintu, Bram sudah berdiri, wajahnya keras tapi sarat kecemasan. Tanpa basa-basi, ia menyambut mereka dengan anggukan singkat dan mempersilakan masuk ke dalam kamar, di mana Aliyah sedang terbaring lemah, wajahnya masih memerah karena demam. Dr. John dan Dr. Claire saling bertukar pandang sebelum mendekat ke tempat tidur. Dr. Claire memulai pemeriksaan psikologisnya terlebih dahulu, memperhatikan ekspresi Aliyah yang tampak tenang namun jelas terguncang dari dalam. “Kondisinya kompleks,” gumam Dr. Claire setelah beberapa saat. “Trauma masa kecil yang dia alami telah menciptakan luka mental yang dalam. Saya menduga, alam bawah sadarnya terus-menerus disiksa oleh ingatan buruk itu.” Dr. John mengangguk, menatap monitor medis yang menunjukkan detail vital Aliyah. “Secara neurologis, ada tanda-tanda stres ekstrem yang memengaruhi k

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 34 Keluar dari Lingkaran Hiburan

    Dibalik kekacauan keadaan di Singapura, Indonesia bahkan lebih tidak baik lagi. Tidak adanya kabar dari sang model fenomenal membuat para fans dan netizen menjadi bertanya-tanya. Beberapa tagar penting yang bersangkutan dengan Aliyah bahkan muncul satu persatu. Berbagai spekulasi dan dugaan dari kalangan muncul, dipicu dengan berita terakhir yang viral saat Aliyah diduga melakukan percobaan bunuh diri, tak sedikit yang mengira wanita cantik itu sudah tiada. Beberapa orang ada yang beranggapan model itu sedang melangsungkan pernikahan privat di sebuah pulau. Dewi sang asisten dan Sinta sebagai manajer Aliyah dibuat tak bisa berkutik. "Gimana kak, bahkan udah dua minggu sekarang, tapi ... berita tentang mbak Aliyah masih jadi trending topik." Sinta mengalihkan pandangan dari ipad nya dan dengan kesal memarahi gadis itu, "Dewi kamu bisa diam dulu gak! Saya pusing liat kamu mondar-mandir dari tadi." Dewi tetunduk lesu, melangkah dengan pelan menuju sofa dan duduk disana. Sin

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 33 Menguak Masa Lalu Aliyah

    Penerbangan pribadi yang sudah dijadwalkan pagi ini harus tertunda karena keresahan Bram. Sepanjang hari ia sibuk menelusuri masa lalu Aliyah dengan bawahan yang paling terkemuka dalam bidang IT. “Pak, kami sudah menemukan beberapa CCTV yang mengarah ke jalan Timur Perdamaian tersebut.”Bram langsung saja memeriksa komputer yang ada di depan bawahannya, mata elangnya yang tajam melihat dengan seksama pada cuplikan hitam putih di layar.Pandangannya segera terhenti pada seorang gadis kecil yang berjalan dengan riang sambil memegang tangan ibunya. Es krim di tangan kecil itu tampak begitu lezat jika dinilai dari ekspresi bahagia gadis kecil tersebut. Bram tanpa ragu bisa memastikan bahwa gadis itu adalah Aliyah, saat gadis itu masih berumur sekitar lima atau enam tahun. Seorang wanita muda menggandengnya, terlihat linglung dan tak fokus.Aliyah kecil tampak begitu polos, dengan senyum cerah yang memperlihatkan betapa sederhananya dunia di mat

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 32 Pelukan Erat Bram

    Aliyah berbaring dengan patuh, di sisi kanannya seorang dokter wanita sedang sibuk dengan peralatan medis. Sementara itu, Bram dengan kaku berdiri di sisi kiri Aliyah, tak sedikitpun melepaskan pandangan dari istrinya. Ada sedikit robekan di kulit kepala Aliyah, tergores karena perlawanannya saat disergap di kamar mandi sebelumnya. Seorang perawat telah siap akan menggundulkan rambut di bagian luka itu. “Jangan!” Aliyah berteriak dengan takut. Bertanya dengan bahasa Inggris ke perawat itu, “Apa kamu akan memotong rambutku?” Bram segera menahan tubuh Aliyah yang tersentak terkejut, dan menggenggam tangan wanita itu untuk menenangkannya. “Tidak apa-apa?” Aliyah melotot dengan marah, “Gak apa-apa gimana, Mas?” dengan cemberut ia berkata kesal, “Aku gak mau sampai dibotakin! Titik.” Perawat tersebut dengan hormat menjelaskan, “Nyonya ini hanya sekedar di area luka saja.” “Tidak! Tidak perlu dijahit!” ucap Aliyah keras kepala. Bram menatap dengan

  • Aku Mau Cerai, Mas!   Bab 31 Kemarahan Bram

    Aliyah merasakan napasnya tersengal, dadanya bergetar karena ketakutan dan rasa sakit. Dion, yang awalnya terlihat tenang, kini berubah menjadi sosok yang tak terduga, emosinya berkecamuk antara rasa bersalah dan kemarahan yang tidak terkendali.Dion mengusap rambutnya dengan gelisah, seolah-olah berusaha mengendalikan dirinya sendiri. "Aku tidak bermaksud menyakitimu, Aliyah. Kamu harus mengerti...," suaranya mulai parau, tapi pria itu belum selesai. "Kita harus bersama. Sejak dulu aku mencintaimu, tapi kamu malah bersama dia." Matanya menunjukkan frustrasi yang mendalam, bahkan sedikit kebingungan.Aliyah berusaha menenangkan dirinya. Meski tubuhnya lemah, ia tetap berjuang menjaga kesadarannya agar tidak menyerah pada rasa takutnya. "Dion... aku gak pernah tahu tentang perasaan kamu. Kamu gak pernah …," suaranya pelan, tapi tegas. "Dan Bram ... dia adalah suamiku."Kata-kata itu membuat Dion tersentak. Wajahnya berubah seolah-olah di antara kemarahan dan kesedihan. "Bram tidak pant

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status