Share

Bagian 2

Ombak seakan menerjang hidup Radinya. Dia harus memutar haluan jauh ke samudra baru. Bagi Radinya yang memiliki kecerdasan, rintangan ini seharusnya tidak sulit. Namun, dia mengalami banyak sandungan.

"Bagaimana perasaanmu setelah ujian tes masuk?" tanya Augus.

"Rasanya aku ingin muntah. Aku tidak tahu tesnya berlapis," ujar Radinya.

"sistem pindah jurusan universitas yang kau pilih adalah yang terbaik. Tentu saja tesnya sulit,"

"Iya. Jurusan itu cara satu-satunya aku bisa menemui Ansara,"

"Kau tahu, kau sudah menjadi selebriti di universitas ini. Pertama kau disebut gila dan kedua "bucin". Selamat kawan,"

Radinya hanya tertawa mendengar pernyataan Augus. Dia tidak masalah dengan nama yang disematkan padanya.

Radinya mulai membaca buku. Dia mulai larut dalam bayang Ansara. Kemudian dia teringat pertemuan mereka.

***

Radinya Anugrah berlindung di bawah pohon yang rindang. Dia berharap tidak ada orang yang mengganggunya. Namun, sebuah bola mengenai kepalanya. Saat dia mau mengumpat, seorang gadis dengan pakaian olahraga menghampirinya.

"Maafkan aku, tadi bolanya terlempar jauh dan mengenaimu," ujar gadis itu sambil menundukkan kepala.

Radinya tidak berkutik. Bukan karena kecantikan gadis itu tetapi baju yang dikenakannya.

"Kau, itu bajuku," ujar Radinya yang sontak membuat gadis itu terkejut.

"Oi Radin, maaf ya aku pinjemin bajumu dulu. Tadi baju Reina basah," ujar Augus.

"Ah, seharusnya kau bilang biar kami tidak sama-sama kaget," ujar Radinya yang memberikan bola pada Augus.

Radinya meninggalkan mereka. Kemudian dia pergi ke kantin. Dia ingin membeli es krim. Saat dia mengantri. Dia merasa aneh karena antriannya tidak bergerak.

"Ada apa?," tanya Radinya pada orang di depannya.

Dia menunjuk seorang wanita yang berada di ujung antrian. Wanita itu terlihat membongkar seluruh isi tasnya. Radinya menghampiri wanita itu. Ternyata dia tidak memiliki uang tunai untuk membayar.

"Biar saya yang bayar bu," ujar Radinya. Kemudian wanita itu mengucapkan terima kasih padanya.

Radinya memakan es krim sambil bersenandung. Kemudian, dia sampai di halaman belakang sekolah. Namun, langkahnya terhenti saat dia melihat seorang gadis di sana.

Gadis itu mengelus kucing. Dia terlihat akrab dengan kucing itu. Kemudian mata mereka bertatapan. Bola matanya yang hitam mengalihkan pandangan Radinya.

"Kamu mau?," tanya gadis itu sambil memberikan makanan kucing pada Radinya.

Radinya yang masih tertegun malah menaruh makanan kucing itu di es krimnya.

"Eh, jangan dimakan," ujar gadis itu yang membuat keduanya kaget.

Kucing itu lepas dari dekapan gadis itu. Sementara Radinya masih terlihat seperti orang bodoh. 

"Ah, maafkan aku," ujar Radinya sambil membuang es krimnya ke tong sampah.

Namun, gadis itu meninggalkannya tanpa jejak.

Pulang sekolah, Radinya berjalan menuju warnet dekat universitas. Kemudian dia melihat gadis itu lagi. Betapa terkejutnya dia saat gadis itu ditampar oleh pria di hadapannya.

Pria itu meninggalkannya dengan wajah yang merah padam. Gadis itu memegang pipinya. Saat dia menoleh, mata mereka bertemu.

"Oh sial, dia tidak boleh melihatku," gumam Radinya.

Saat Radinya ingin melangkah. Gadis itu menghampirinya.

"Maaf, apa aku bisa meminjam topimu?," tanya gadis itu.

Radinya memberikan topinya.

"Namaku Ansara, aku izin pinjam topimu. Besok akan aku kembalikan,"

Ansara berlari meninggalkan Radinya.

***

Radinya kembali sadar. Dia menoleh ke arah Augus yang sudah terlelap di mimpinya.

"Kasian masih muda," ujar Radinya yang menatap wajah temannya. Lalu dia menutup wajahnya dengan buku.

Radinya merapihkan buku dan dia menaruhnya kembali di rak. Dia kembali menghela nafasnya. Dia tidak menyangka bebannya akan seberat ini.

Walau dia ingin menyerah, kepalanya tidak berhenti memikirkan Ansara.

Ansara sendiri telah berada di tempat baru. Sebuah pusat rehabilitasi yang berada di dekat pantai. Angin laut mulai menebaskan rambutnya. Bagi orang awam, Ansara hanya terlihat sebagai gadis normal. Namun, semua berubah saat ingatannya tentang kejadian itu muncul.

"HENTIKAN, PERGII," teriak Ansara sambil melemparkan barang pada orang di sekitarnya.

Suster dan petugas berusaha menenangkan Ansara.

***

Radinya membereskan pakaiannya. Dia tidak menyangka waktu ini telah tiba. Dia menarik nafas kemudian dia mengambil kunci motor.

Di perjalanan, dia terus memikirkan kata-kata yang harus dia ucapkan.

Halo?

Apa kabar?

Apa kau baik-baik saja?

Dia merasa kata-kata itu terdengar canggung.

"Aku bukan mau melamarnya tetapi perasaan gugup ini terlalu besar," ujar Radinya.

Radinya berhenti di toko bunga. Dia membeli bunga tulip. Kemudian dia pergi ke toko untuk membeli kue ulang tahun.

"Ini akan menjadi kejutan yang baik untuknya," ujar Radinya.

Saat dia sampai di halaman rumah sakit. Dia melihat Augus. 

"Ah, dia ada praktek di sini," ujar Radinya yang tidak menyapa temannya yang terlihat sibuk itu.

Radinya berjalan di lorong rumah sakit. Bawaannya yang mencolok tentunya menjadi pusat perhatian orang di sekitarnya.

Dia membuka pintu ruangan putih itu. Seorang wanita sedang memandang jendela. Wajahnya terlihat sendu. Rambutnya terurai angin. Dia menatap Radinya.

"Apa kau sudah makan?," ujar wanita itu sambil menyentuh wajah Radinya.

"Sudah bu," ujar Radinya.

Wanita itu menampakkan senyum di wajahnya.

Radinya membuka kue yang dia bawa. Dia memotongnya lalu menaruhnya di piring. Dia menata bunga di vas yang disediakan rumah sakit.

"Apakah Resian akan datang?," tanya ibunya.

"Tidak bu. Kak Resian sedang ke luar kota,"

Ibunya tampak sedih. Namun, Radinya memegang tangan ibunya.

"Nanti aku akan meminta kak Resian berkunjung. Jadi, ibu harus makan," ujar Radinya.

Radinya bahagia saat dia melihat ibunya memakan kue yang dia bawa. Wanita itu terlihat seperti anak kecil yang menikmati makanan.

Tanpa sadar, air mata Radinya mulai menetes. Dia memegang rambut ibunya. Wanita yang dulu mendekapnya itu terlihat berbeda.

Bahkan luka di tubuhnya belum hilang. Radinya merasa kesal karena dulu dia tidak bisa berbuat apapun.

Saat ibunya makan, dokter memanggil Radinya.

"Bagaimana keadaan ibu saya, dok?" 

"Keadaan ibu anda semakin membaik. Ibu anda bisa pulang hari ini," 

"Terima kasih,"

Radinya merasa lega karena dia bisa membawa ibunya pulang. Radinya menghubungi kakaknya lewat telpon.

Sama seperti Radinya, Resian juga merasa lega dengan kabar itu. Akhirnya mereka bisa tinggal bersama lagi.

Radinya membereskan keperluan ibunya. Ibunya duduk manis menunggu Radinya.

"Apakah ibu merasa bahagia?," tanya Radinya.

Ibunya mengangguk.

Radinya memesan taksi untuk mengantar ibunya pulang. Dia menitipkan motor di rumah sakit.

Saat sampai di rumah. Radinya terkejut karena lampu rumahnya sudah menyala. 

"Apakah kak Resian sudah pulang?" gumam Radinya.

Radinya mengajak ibunya masuk ker umah.

"Apa kabar?,"

Suara berat seorang pria mengagetkan Radinya dan ibunya. Tanpa aba-aba, Radinya mengambil tongkat baseball yang dia taruh di dekat rak sepatu. Sementara ibunya bersembunyi di balik Radinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status