Masuk"Saya utusan dari Arkana Group. Bisakah kita bertemu sekarang di Cafe Victoria?"
"Ehm, apa ini benar tentang lamaran kerja? kok bicaranya di cafe ya, bukan di gedung Arkana seperti saat tes," jawab Amira hati-hati.
"Ya, saya Ken dan anda akan bicara dengan pimpinan Arkana Group untuk penempatan Anda. Jika Nona bisa, saya bisa mengatur jadwal dengan pimpinan untuk membicarakan kontrak kerja ini?"
"Bisa Pak. Kalo bukan penipuan, tentu saja saya bisa." Amira tersenyum sampai melompat kegirangan hingga lupa dirinya sedang berada di jalan. Beberapa orang menatap dengan tatapan aneh, tapi ia tidak peduli.
Tanpa pikir panjang, Amira memesan taksi online menuju cave Victoria. Begitu masuk, Amira merasa minder dengan penampilannya yang sederhana.
Seorang staf cafe menuntunnya ke ruang VVIP.
Matanya terpaku ketika melihat lelaki muda tampan menunggunya. Ia berdiri kaku saat lelaki itu menarik kursi. "Silakan duduk, Nona. Sebentar lagi tuan Arsya akan datang.”
Tak lama, pintu terbuka.
Seorang lelaki tampan dengan aura angkuh masuk. Tubuh Amira bergetar, bahkan suara langkahnya terasa mengintimidasi mengingat semua orang langsung menatapnya dengan tatapan penuh harap, terlebih wanita-wanita di Victoria Cafe ini.
“Ka-kamu...” Amira terbelalak begitu mengetahui bahwa pria di hadapannya adalah Arsya. “Ma-maaf, Pak, saya tidak sengaja. Sa-saya hanya terkejut.”
"Apa kamu bisa menempati posisi yang aku berikan kelak?" tanya Arsya tanpa mengalihkan pandangan.
"Maaf, kalo boleh saya tahu saya di tempatkan bagian apa? Dan tugasnya apa ya? saya janji akan lakukan yang terbaik untuk perusahaan."
"Tugasmu adalah menjadi istri pura-pura dengan kontrak yang bisa kamu tanda tangani sekarang kalau kamu sanggup."
Amira terkejut. "Apa?! Menikah?! eh kerjaan apaan ini ya?"
"Emang aku secantik itu, ya?" wajah polosnya membuat Arsya tergelak.
Sudah Arsya duga wanita ini jujur dan pemberani.
Arsya tahu dari omongan orang-orang yang menolongnya ketika pingsan di jalan tempo hari, bahwa pencopet pun ia kejar dan hadapi. Belum lagi omelan dan tuntutan ganti rugi pingsan padanya.
Ken mengulurkan amplop coklat ke tangan Arsya. Perlahan, gadis itu membuka dan membaca. Tertulis besar ‘Pernikahan Kontrak Satu Tahun’.
Mata Amira kemudian menelusuri lembar demi lembar hingga berhenti pada satu kalimat pasal yang berbunyi, "Pihak wanita harus menuruti semua perintah Tuan Arsya untuk kelancaran proses pernikahan kontrak."
"Maaf, Tuan. Saya melamar pekerjaan, bukan untuk dinikahi," katanya memberanikan diri menatap laki-laki itu.
"Bayaran Anda satu miliar, Nona," timpal Ken.
"Hah satu Mil-yar? Be-beneran tuan galak?" Amira melihat pada jari telunjuknya seperti orang yang berhitung.
“Ya Tuhan, bagaimana ini? aku memikirkan harga diriku, tapi aku juga butuh uang untuk membayar hutang mendiang Ayah dan biaya berobat adikku. Aku tidak sudi menikah dengan Pak Herman, bandot tua itu. Lagipula pernikahan ini hanya sementara. Ehm ... gimana ya?” namun hatinya kali ini bicara lagi, “Aih, Amira kesempatan tak datang dua kali. Mungkin saja tuan ini hilang ingatan saat menabrakku tempo hari, kesambet. Terima sajalah demi satu milyar,” gumamnya sambil berpikir keras.
Amira tidak peduli dengan perkataan Arsya. "Ya udah deh asal satu milyar, aku butuh buat lunasin hutang, Tuan Galak. Aku sepakat asal uang muka 200 juta aku terima setelah aku tanda tangan!"
"Mulai hari ini, Anda dalam pengawasan saya, Nona. Jangan main-main dengan kontrak yang sudah Anda tanda tangani. Saya bisa menghancurkan Anda dalam sekejap," ucap Ken sambil mengambil map.
Amira kembali menelan ludah pahit, bahkan tak berani menatap mata Ken yang terus mengintimidasinya. Berbeda dengan Arsya yang tampak frustasi dengan keputusan ini, meski dia sendiri kadang curi-curi pandang ke Amira yang selalu berkelakuan aneh.
"Pernikahan akan dilaksanakan dua hari lagi secara tertutup, dan mulai hari ini, kamu tinggal di rumahku! Dan satu syarat tidak terulis, di depan semua orang Anda harus berakting seolah-olah mencintai tuan muda," kata Ken.
Setelah perjanjain itu, Ken langsung mengirim uang 200 juta ke rekening Amira, tapi Amira mengatakan kalau uang itu digunakan untuk menutup hutang orang tuanya. Ken berjanji akan mengurus hal itu dalam waktu 3 hari, dengan catatan, Amira mau membantu Arsya pura-pura jadi istri kontraknya.
Amira pun setuju.
Mereka kemudian tiba di sebuah butik besar dan mewah. Ken membukakan pintu mobil untuk Arsya. Ia hendak membukakan pintu untuk Amira, tapi wanita itu sudah berdiri tegak di luar.
"Lain kali, tunggu saya untuk membukakan pintu, Nona," ucap Ken dengan tatapan tajam.
"Ah, tidak apa-apa, Sekretaris Ken. Saya bisa sendiri," balas Amira sambil tersenyum, bahkan menepuk lengannya.
"Selamat sore, Tuan muda dan Sekretaris Ken," sambut pemilik butik ramah, membungkuk hormat.
"Siapkan baju pengantin terbaik untuk Tuan muda dan calon istrinya!”
"Apa Tuan muda akan menikah?" Di mana calon pengantin wanitanya? Saya akan memilihkan gaun terbaik."
Spontan, Amira memeluk lengan Arsya erat, ia teringat isi persyaratan kontrak dan malah mengimprovisasinya sendiri.
"Ternyata wanita ini cantik juga. Senyumannya manis, bikin betah memandang. Pantas saja Tuan Arsya tergila-gila sampai mau menikahinya," gumam David, enggan melepas tangannya ketika berjabat dengan Amira.
Tak lama, David kembali membawa gaun pengantin mewah. Pilihan Arsya jatuh pada gaun bernuansa putih gading mewah berekor panjang yang tampak anggun.
"Pilihan Anda memang tidak pernah salah, Tuan. Gaun ini pasti terlihat cantik, apalagi dikenakan oleh Nona Amira," ucap David spontan.
Semua tersenyum.
Amira menuju ruang ganti untuk mencoba pakaian itu atas perintah Arsya.
Tiba-tiba dua wanita masuk dengan penuh percaya diri.
Semua orang terkejut dengan kedatangan mereka kecuali Amira, yang bingung berjalan sangking lebarnya gaun yang ia pakai dan dengan ekor panjang di belakangnya pula.
"Arsya?"
“Arsya?”
Wanita di depan berambut hitam, bahu terbuka, kulitnya mengkilap seperti kaca. Tatapannya angkuh, menunjukkan dialah nomor satu.
Itu adalah Cassandra, wanita yang dijodohkan dengan Arsya. Dia seorang model terkenal, wajahnya sering muncul di papan iklan dan icon perhiasan berlian.
Di sampingnya, asisten pribadinya berjalan dengan iPad di tangan.
“Ini calon istri kamu, Arsya? Lucu sekali. Aku pikir kamu akan memilih perempuan sekelas model internasional, aktris film seperti Nindy juga digosipkan dengan dirimu. Aku pikir dia yang membuatmu menolak dijodohkan denganku!”
“Aku yakin pasti wanita ini bermain licik, Arsya. Kamu sungguh akan menikahi wanita kampungan ini?"
“Ya, Aku akan menikahi Amira," jawab Arsya singkat.
Cassandra tertawa pendek, lalu dengan berani menepuk dada pria itu ringan. “Kau kehilangan selera, Arsya.”
Sebelum siapa pun sempat bereaksi, Amira dengan spontan menepiskan tangan Cassandra dari jas Arsya. “Maaf, tangan Mbak-nya salah alamat. Mas Arsya sekarang punya saya!”
Saat ini semua orang yang ada diruangan makan sedang memperhatikan sikap Arsya terhadap Amira saat menuruni tangga tadi.Cassandra terlihat menundukkan kepalanya setelah melihat sikap Arsya pada Amira."Selamat malam Arsya," sapa Cassandra.Riana menyentuh tangan manta kekasih anaknya itu. "Arsya, Mama yang mengundang Sandra. Nggak apa-apa kan?""Lakukan aja yang Mama mau," jawab Arsya dingin."Bawakan makanan ke ruang kerjaku."Pak Heru mengangguk dan segera memberikan instruksi kepada para pelayan untuk segera menyiapkan makanan ke troli.Arsya melangkah sambil terus menggandeng tangan Amira meninggalkan keheningan di ruang makan itu. Ruangan itu semakin hening, hanya terdengar suara langkah kaki Arsya dan Amira saja saat ini.Terlihat Pak Heru sedang mendorong troli makanan mengikuti langkah Arsya memasuki ruang kerja.Arsya menarik tangan Amira untuk segera keluar dari ruang kerjanya.Begitu pintu ruang kerja terbuka, atmosfer di ruang tengah seketika berubah mencekam. Keheningan
“Tunggu, kalian malam pertama beneran?” serunya sambil menunjuk Amira, yang berada dibawah Arsya seolah menunjuk setan.“Astaga! Kalau jadi cucu gimana? Ya Tuhan, Mama pusing!” Ia memijat pelipisnya dramatis.Dikamar Amira dan Arsya menghela napas panik di bawah selimut yang sama.Arsya baru-buru mengenakan celana, sementara Amira memeluk bantal tameng seakan senjata itu adalah hidup dan matinya, sedangkan Riani yang sudah kepalang tidak habis pikir dengan kelakuan anak dan menantunya, seketika meninggalkan ruangan itu.Keduanya kini merebahkan tubuhnya. “Tuan, kamu curang, kamu sengaja jatuhin diri!”Arsya memandang Amira seolah ia korban “Amira, kamu yang tarik handuk aku! Kamu yang nodai tubuhku, terus mau ambil kesucianku!”"Buaya buntung, sorry ya? Timbang ganteng secuil pake merasa ternoda. Kamu jujur sama aku, kamu punya kelainan eksibisionis ya, suka pamer-pamer begituan?”Arsya melotot mendengar tuduhan Amira. ”Itu kamu yang jatuhin pake nuduh aku kelainan! Kamu pikir aku sen
Arsya segera meraih microphone dan mengucapkan kalimat yang membuat para tamu kecewa."Kami tidak akan melakukannya disini karena istri saya adalah orang yang sangat pemalu. Dia sangat menjaga, dan saya harus menghargai itu. Silahkan kalian menikmati hidangan yang sudah kami persiapkan," ucap Arsya tegas tanpa ekspresi.Arsya dan Amira kini sudah duduk di atas pelaminan."Kita udah sah jadi suami istri ya?"Arsya mencondongkan tubuh, suaranya nyaris berbisik namun cukup membuat jantung Amira berdetak cepat."Sudah, dan jangan lupa, hanya satu tahun sebagai istri pura-pura, paham?” kata Arsya tersenyum, berakting seakan bahagia dan mesra bicara pada istrinya. "Tentu suamiku, sayang." Amira melingkarkan tangannya pada Arsya erat. Sementara di sudut ruangan pesta itu seorang wanita sedang bicara dengan Riana."Aku akan membuktikan kalau itu bukan istri sesungguhnya Arsya. Dia pasti wanita yang disewa Arsya. Beri aku kesempatan mengambil kembali Arsya dari wanita kampung itu!" Cassandra
Hening.Bahkan David tak berani bernapas.Arsya memandang Amira antara kaget, geli, dan tak percaya gadis itu berani berucap begitu di depan umum, sementara Cassandra memelototinya, seperti singa betina yang terusik. “Kamu tak tahu dengan siapa kamu bicara, hah?”Amira hanya menatapnya dengan mata bulat, lalu tersenyum tipis. “Saya tahu. Mbaknya model sabun mandi dan iklan berlian, kan? Saya sering lihat wajah Mbak di halte bus. Cantik kok, Mbak, tapi nggak malu pake handuk gitu, terus dilihatin banyak orang?”David menunduk dalam-dalam, pura-pura mengatur hanger.Ken menatap langit-langit, menahan tawa.Sedangkan Arsya menoleh ke arah lain, bibirnya terangkat sekilas, sepertinya dia makin menyukai Amira yang ceplas-ceplos dan polos, menunjukkan kalau gadis itu benar-benar lugu ala gadis desa.Cassandra menghela napas keras dan melangkah pergi dengan langkah panjang, meninggalkan wangi parfum yang menyengat."Silahkan ikut Nona, semua pakaian untuk Anda sudah disiapkan bibi di rumah T
"Saya utusan dari Arkana Group. Bisakah kita bertemu sekarang di Cafe Victoria?""Ehm, apa ini benar tentang lamaran kerja? kok bicaranya di cafe ya, bukan di gedung Arkana seperti saat tes," jawab Amira hati-hati."Ya, saya Ken dan anda akan bicara dengan pimpinan Arkana Group untuk penempatan Anda. Jika Nona bisa, saya bisa mengatur jadwal dengan pimpinan untuk membicarakan kontrak kerja ini?" "Bisa Pak. Kalo bukan penipuan, tentu saja saya bisa." Amira tersenyum sampai melompat kegirangan hingga lupa dirinya sedang berada di jalan. Beberapa orang menatap dengan tatapan aneh, tapi ia tidak peduli.Tanpa pikir panjang, Amira memesan taksi online menuju cave Victoria. Begitu masuk, Amira merasa minder dengan penampilannya yang sederhana.Seorang staf cafe menuntunnya ke ruang VVIP.Matanya terpaku ketika melihat lelaki muda tampan menunggunya. Ia berdiri kaku saat lelaki itu menarik kursi. "Silakan duduk, Nona. Sebentar lagi tuan Arsya akan datang.”Tak lama, pintu terbuka.Seorang l
“Mana Amira?!” suaranya menggelegar, membuat Damini tergetar.Belum sempat sang ibu menjawab, Amira muncul dari dalam rumah. “Pak, saya mohon ... beri saya waktu dua minggu lagi. Adik saya sedang sakit, saya masih butuh biaya untuk pengobatannya ke rumah sakit.”Pak Herman menyeringai sinis. “Alasan! Kau boleh saja tidak membayar tapi ...."Tangan Pak Herman tanpa permisi mencolek pipi mulus Amira dengan mata berbinar, "nurut sama Mas ya? Hahaha bagaimana?""Saya minta waktu, maaf pak Herman, jangan coba kurang ajar.""Sok jual mahal! Awas aja kalau dua minggu lagi kamu belum bisa bayar, jangan salahkan aku kalau kamu bakal resmi jadi istri ketigaku.”Deg!Menikah dengan lelaki itu demi melunasi utang?Secara resmi istrinya dua, faktanya rentenir itu selalu bergonti-ganti wanita-wanita seenaknya dan menambah koleksi wanita setiap saat. “Nak, Ibu berat melepasmu hidup sendirian di kota besar. Kamu anak gadis, Ibu takut terjadi apa-apa padamu.” Damini mengelus pipi putrinya dengan mata







