Share

Mengemasi Barang

“Alhamdulillah.” Semua orang mengucap kalimat hamdalah.

“Dia pasti malu mengatakannya, lihatlah wajahnya bersemu merah,” ucap Umi.

Oh tidak! Apa yang baru saja kulakukan? Aku telah menerima lamaran Gus Azam? Meski dia sedingin kulkas, tidak sedikit santriwati yang mengidolakannya. Aku bakal menjadi sasaran empuk penggemarnya jika menikah dengan Gus Azam.

“Jika diamnya seorang gadis adalah persetujuan, apalagi sebuah anggukan? Jelas jika Fia mau menerima lamaran ini,” jelas Abah Sya’roni.

Keluarga Umi terlihat senang. Abah menepuk-nepuk bahu anaknya. “Azam, akhirnya Umi bakalan punya anak perempuan.”

Ya Allah, benarkah keputusan yang kuambil ini? Aku sudah terlanjur mengiyakan. Gus Azam tampak tersenyum. Senyum pertama yang dia berikan kepadaku. Senyum yang tidak pernah dia perlihatkan di depan sembarang wanita. Senyum yang selama ini disembunyikan seakan membuat duniaku runtuh. Meleleh hati ini, Gus.

“Kamu jadi pulang hari ini, Fia?” tanya Umi.

“Iya, Umi. Kami harus pulang. Oran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status