Share

Bab 3

Penulis: Sarisha
Talia berjalan keluar dari gerbang kantor dan melihat Tristan sedang bersandar di samping Cullinan hitamnya. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

Setelah berjalan mendekat, Talia baru mengerti apa “kejutan” yang dimaksud Wenny. Ternyata, seluruh mobil dipenuhi dengan bunga mawar merah yang segar, selain kursi sopir dan penumpang depan.

Di belakang, Talia dapat mendengar suara beberapa rekan wanita yang memiliki hubungan lebih dekat dengannya. Mereka bersembunyi di balik papan nama kantor dan diam-diam melirik ke arah mobil. Mereka bahkan saling mendorong dan terkikik.

Ketika Tristan datang menjemput Talia dulu, kadang-kadang, Tristan juga akan membawakan sesuatu. Ada kue, teh susu, atau berbagai camilan yang disukainya.

Meskipun sudah sering menyaksikan hal seperti ini, rekan kerja Talia akan selalu menggodanya, “Setiap kali pacarmu datang, kami semua selalu kebagian makanan enak. Kami benar-benar kecipratan rezekimu, Tally.”

Dulu, Talia hanya menanggapi godaan rekan-rekannya dengan senyuman, lalu membagikan sebagian barang yang dibawakan Tristan untuk mereka. Sekarang, mereka mungkin sedang menanti untuk mendapatkan mawar-mawar di dalam mobil.

Talia menyapa, “Tristan.”

Tristan mendongak, tetapi raut wajahnya terlihat kurang bagus. Sikapnya juga tetap dingin. “Kelak, jangan langsung panggil namaku. Panggil aku kakak.”

Talia tertegun sejenak, lalu mengangguk pelan. “Aku mengerti, Kak.”

“Semalam, omonganku terlalu pedas. Jangan taruh dalam hati.”

“Emm.”

“Tapi, kamu juga sudah bukan anak kecil lagi. Jangan pernah ulangi tindakan berbahaya seperti mendorong orang dari tangga lagi.”

Talia mendongak dengan tidak percaya, lalu tertawa saking marahnya. “Jadi, hari ini kamu datang kemari untuk menginterogasiku?"

Ekspresi Tristan seketika menjadi muram. “Kamu masih belum sadari kesalahanmu sampai sekarang?”

“Tristan, kamu sudah kenal sama aku lebih dari 20 tahun. Meski aku benar-benar mau mencelakainya, aku juga nggak mungkin melakukan hal sebodoh itu di rumahku sendiri!”

Setelah berseru marah, Talia langsung menyesal. Namun, dia akan segera pergi. Tidak ada gunanya juga dia menjelaskan terlalu banyak.

“Sudahlah, kamu pergi saja. Jangan ganggu aku kerja.”

Ketika Talia kembali ke kantor, rekan-rekan yang masih bergurau tadi sepertinya menyadari ada yang tidak beres. Mereka segera menunjukkan tampang perhatian.

“Kak Talia, kalian bertengkar?”

“Jangan marah. Dia sudah bawa begitu banyak mawar untuk berdamai denganmu. Berikanlah dia sebuah kesempatan!”

“Benar! Kak Talia, kamu jangan nggak tahu bersyukur. Di mana lagi kamu bisa ketemu pacar sebaik ini.”

Talia hanya menyahut dengan ekspresi datar, “Jangan berkumpul di sini lagi. Cepat lanjut kerja sana.”

Berhubung memiliki keterampilan fotografi yang sangat luar biasa, Talia cukup dihormati di kantor. Para gadis ini lumayan patuh pada kata-katanya dan hanya bisa kembali ke meja masing-masing dengan kepala tertunduk.

Wenny memiliki hubungan paling dekat dengan Talia. Dia pun menarik Talia ke samping dan bertanya, “Kak Talia, aku boleh minta sekuntum bunga darinya? Tadi, aku lihat mobilnya dipenuhi sama bunga. Dia bahkan sudah siapkan vas bunga.”

Talia merasa sangat pusing dan menjawab, “Aku akan membelikannya untukmu. Aku nggak akan biarkan vas bungamu kosong.”

Setelah kembali ke mejanya, perasaan Talia masih sangat kacau. Saat sedang memaksakan diri untuk memproses beberapa lembar yang pernah diambilnya dulu, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

[ Gambar ]

[ Gambar ]

[ Gambar ]

[ Kamu paling suka yang mana di antara beberapa ini? ]

Helena mengirimkan beberapa lembar foto berisi beberapa model gaun tidur. Daripada menyebutnya gaun tidur, itu lebih tepat disebut pakaian dalam seksi. Sebab, baik itu bagian yang seharusnya terbuka atau tertutup, terekspos semuanya.

Tidak lama kemudian, pesan-pesan itu dihapus.

[ Helena: Maaf, aku salah kirim pesan. ]

Talia menonaktifkan ponselnya, lalu menyimpannya dalam laci. Sebenarnya, mereka berdua sama-sama tahu bahwa Helena tidak salah mengirim pesan, melainkan sengaja mengirimkan foto-foto itu kepadanya.

Sampai waktu pulang kerja, Talia baru mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkannya lagi. Tidak ada panggilan tak terjawab, tidak ada pesan teks, tidak ada pesan Whatsapp. Tidak ada apa pun.

Dulu, selama Talia tidak bisa dihubungi lebih dari setengah jam, Tristan tidak akan berhenti menelepon atau mengirim pesan, bahkan langsung datang ke kantor untuk mencarinya. Sekarang, dia tidak akan berbuat begitu lagi.

Talia membuka Instagram dan melihat sebuah postingan dengan latar belakang yang familier. Sebuah Cullinan hitam yang dipenuhi bunga mawar segar.

Helena menggenggam sebuket bunga mawar dan berdiri di depan mobil sambil tersenyum bahagia. Dia menambahkan sebaris keterangan.

[ Makasih, Sayang. Ini hadiah ulang tahun terbaik yang pernah kuterima. ]

Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun Helena.

Mulai sekarang, barang-barang di mobil Tristan hanya akan berisi barang yang disiapkannya untuk Helena.

Setelah pulang kerja, Talia tidak langsung pulang ke rumah. Namun, Sherly, ibunya Tristan tiba-tiba meneleponnya karena merasa agak khawatir.

“Tally, kenapa belakangan ini kamu lembur sampai begitu malam? Kamu itu seorang perempuan. Nggak aman kalau kamu pulang malam-malam sendirian. Aku suruh Tristan jemput kamu, ya.”

Talia tidak ingin menaiki mobil Tristan lagi. Baik itu kursi penumpang depan maupun bunga mawar, itu bukanlah miliknya.

“Nggak usah, Bibi. Aku akan pulang naik taksi online.”

“Oke. Kalau begitu, hati-hati ya.”

Setelahnya, Talia memesan taksi online. Saat tiba di rumah, Tristan dan Helena juga ada.

Helena sedang mendorong sebuah koper besar dan berjalan keluar dari kamar Talia. “Tally, kamu sudah pulang ya?”

Talia langsung murka dan bertanya, “Siapa yang izinkan kamu masuk ke kamarku?”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 20

    Waktu adalah obat penyembuh luka yang terbaik.Pada Natal setahun kemudian, Tristan yang sudah pulang ke dalam negeri sekian lama akhirnya pergi ke rumah yang pernah ditinggali Talia dulu untuk yang pertama kalinya. Berhubung dia sudah memberi perintah, tetap ada orang yang membersihkan dan merawat rumah ini.Tristan tidak mengizinkan siapa pun mengubah bahkan hanya sebuah pajangan pun di rumah ini. Jadi, setiap sudut rumah ini masih sama seperti dulu, sama seperti sebelum Talia pergi.Tristan sudah meliburkan pembantu yang dibayar per jam itu. Dia mengambil peralatan menyapu dan berencana untuk membersihkan rumah secara pribadi.Pada saat ini, surat itu tiba. Kurir yang mengantar surat itu telah pergi. Hanya kata-kata di atas amplop yang dapat menunjukkan asal-usul surat itu.Tristan mengejar ke luar untuk mencari kurir itu dan mengonfirmasi informasi kontak pengirim. Namun, usahanya sia-sia. Dia hanya bisa kembali ke rumah dan membuka surat itu.Isi surat itu sangat sederhana. Itu ad

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 19

    Talia memandang ke arah bukit yang penuh dengan pohon berwarna-warni, lalu mengusulkan, “Sam, aku berencana mau daki gunung untuk ambil foto pemandangan musim gugur. Kamu mau ikut?”Samuel tentu saja setuju. “Oke. Nggak peduli kamu pergi ke mana, aku akan selalu temani kamu.”Talia tertawa lagi. “Aku mau tinggal di dekat Gunung Arpin untuk beberapa saat. Oke?”“Kalau begitu, aku akan kemas koper kita.” Samuel selalu memenuhi janjinya. “Kamu tidur saja dulu sebentar. Setelah beres-beres, aku akan bangunkan kamu.”Ketika Talia dan Samuel memutuskan lokasi perjalanan mereka selanjutnya, Tristan sedang duduk di dalam kamar yang gelap sambil membaca data di ponselnya. Hanya ada sebuah lampu tidur yang menyala dalam kamar. Lampu remang itu menyinari wajahnya dan membuatnya terlihat seperti seorang vampir yang tinggal di kastil tua.Asisten mengetuk pintu dan melapor, “Pak Tristan, sesuai permintaanmu, kami sudah temukan lagi beberapa orang yang memenuhi syarat.”Tristan baru menjawab, “Masuk

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 18

    Helena merasa sangat takut, tetapi juga tidak berani kabur. Utangnya begitu banyak. Jika dia tidak mendapatkan uang dari Tristan dan orang-orang itu menemukannya, dia pasti mati.Tristan mendengar pembantu melaporkan nama Helena. “Nona Helena yang sengaja oleskan lipstik ke tubuhnya dan buat Nona Tally salah paham.”Setelah mendengar sampai di sini, segala sesuatu sudah terungkap dengan jelas. Mereka semua adalah orang dewasa. Lipstik yang dioleskan di tubuh paling mirip dengan bekas ciuman.Helena melihat Tristan memutuskan sambungan telepon, lalu berbalik lagi dan mengisyaratkan sesuatu pada asistennya yang berada tidak jauh di sana. Tristan berkata, “Tangani hal ini. Aku nggak mau ketemu sama dia lagi.”Asisten itu langsung memahami maksud Tristan. Dia segera membawa orang untuk menyeret Helena pergi dan mencegah Helena yang menangis mendekati Tristan.Tristan naik ke mobil sendiri, lalu pergi ke tempat tinggal Talia secepat mungkin. Dia harus menemukan Talia dan mengklarifikasi sem

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 17

    Tristan melirik Talia dengan tidak percaya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi polisi sama sekali tidak memberinya kesempatan itu.Talia masih berdiri di tempat dalam diam. Sampai dia memastikan Tristan sudah dibawa pergi polisi untuk diinterogasi dan tidak dapat mengganggunya lagi, dia baru menelepon Samuel. “Kamu bisa datang jemput aku?”“Kamu di mana? Aku ke sana sekarang juga.” Samuel sama sekali tidak menanyakan alasannya. Dia hanya pergi mencari Talia secepat mungkin.Talia berdiri sendiri di pinggir jalan. Dia terlihat sangat lemah dan rapuh, seolah-olah embusan angin ringan sudah bisa menerbangkannya. Setelah melihat Samuel, dia bertanya dengan pelan, “Pak Gary baik-baik saja?”“Dia baik-baik saja, cuma merasa agak bingung.” Samuel menghibur, “Jangan khawatir. Aku sudah jelaskan semuanya kepadanya.”Talia mengangguk. “Oke.”Samuel hendak bertanya kenapa Talia terlihat makin sedih, tetapi mengurungkan niatnya. Setelah tiba di rumah Talia, lalu menuangkan secangkir teh hangat

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 16

    “Meski kamu sudah dewasa, kamu tumbuh besar di sisiku. Orang tuamu sudah meninggal. Aku tentu saja harus menjagamu. Aku nggak akan biarkan kamu ditipu sama orang nggak jelas!”Tristan juga sudah marah dan menatap Samuel dengan sangat dingin.Talia mana mungkin lanjut bersabar. Dia akhirnya tidak peduli lagi dan berkata, “Aku bukan bersama Samuel karena ngambek sama kamu. Aku benar-benar merasa dia adalah orang yang baik. Selama aku menghabiskan waktu dengannya belakangan ini, aku merasa sangat gembira dan nyaman ....”“Kalau aku bilang nggak boleh, ya nggak boleh!” Tristan langsung menyela dengan marah. Dia bahkan membanting sumpitnya ke meja hingga menimbulkan suara yang nyaring. “Talia, ikut aku pulang.”Kali ini, Talia juga tidak lagi bersabar demi menjaga perasaan Gary. Dia bangkit dan menjawab, “Ini bukan kediaman Keluarga Howard, bukan tempat kamu bisa pamer kekuatan atau semua orang harus patuh padamu!”“Talia, aku khawatir kamu ditipu!”“Kamu nggak berhenti bilang kamu harus me

  • Aku Pernah Mencintaimu, Sebatas Itu   Bab 15

    Setiap patah kata yang diucapkan Jeff bagaikan pisau yang menyayat hati Tristan. Entah sejak kapan, ekspresi Tristan menjadi sangat suram dan sepertinya akan menjadi makin suram lagi. Sebelum Jeff selesai memperkenalkan pasangan serasi itu, Tristan menyela, “Aku ada urusan mendadak siang ini. Kita ganti jadwal makan siang hari ini ke lain hari saja.”“Oke. Kalau begitu, hati-hati di jalan, Pak Tristan.” Jeff hanya berpesan, “Kalau sudah nggak sibuk, jangan lupa kirimkan gambar pemotretan yang kamu inginkan padaku. Nanti, aku akan kirimkan ke Bu Talia.”Jeff mengira ini adalah pertemuan pertama Tristan dan Talia. Entah Tristan tidak mendengar ucapan itu atau memang sengaja tidak mau menjawab, dia langsung melangkah pergi dengan cepat tanpa menoleh lagi.Sebelumnya, Jeff dan Tristan termasuk dapat mengobrol dengan akrab. Sekarang, Tristan malah tiba-tiba seperti orang yang berbeda. Jeff pun merasa kebingungan. Jelas-jelas, tidak ada seorang pun di lokasi yang menyinggung Tristan.Pada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status