Share

Perceraian Palsu

Author: Celebes
last update Last Updated: 2023-07-05 14:09:07

Ana mendekati Pen, lalu meringis. Sang ibu semakin melotot ke arahnya. Pen masih shock melihat lelaki itu yang sudah diberi sumpah olehnya, “dalam keadaan apa pun, jangan pernah menemui aku. Bersumpahlah,” ucapnya saat terakhir bertemu dengan Anggara. Hingga sekarang Ana membuat sumpah itu dilanggar. Walaupun saat itu Anggara memang tidak mengiyakan sumpah itu.

“Ana, maafkan ibumu. Ibu harap, kau bisa menerima ayahmu kembali,” ucap Ana lalu memeluk Pen. Sang ibu mengeratkan pelukannya sampai Ana tidak bisa bernapas. Sementara, para siswa tidak segera masuk ke dalam kelas dan tetap melihat drama menghebohkan itu. Padahal, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Semua guru pun dan Kepala Sekolah masih terpaku dan penasaran. Ini benar-benar sebuah hal besar, di luar dugaan mereka.

“Ana, ibumu tidak bisa bernapas,” lanjut Ana segera melerai pelukannya.

“Kau!” tunjuk Pen ke arah Ana. “Kenapa kau melakukan hal itu? Sekarang juga kita harus pulang!” lanjutnya semakin berteriak.

“Ana, yang sopan dengan ibumu!” balas Anggara tegas. Pen semakin tidak terima. Dia mendekati Anggara dan mendorongnya. Raden semakin kesal dan berkata, “Ana, aku ini--,” ucapnya terhenti saat Pen meremas mulut seksi Anggara. “Ah!” teriak Anggara sambil menepuk-nepuk bibirnya.

Ana dan semua orang spontan terkejut melihat itu. Bagaimana bisa, anak paling tidak dianggap di sekolah sangat berani membuat bibir lelaki terkaya sangat merah.

“Jangan katakan apa pun!” ucap Pen sangat frustasi. Dia tidak mau rahasia itu terbongkar.

“Adew, kok malah ribet gini,” ucap Kepala Sekolah kebingungan. Semua orang masih terdiam kaku tak mengerti dengan drama di hadapannya.

“Ana, kau tidak bisa seperti ini. Maafkan aku. Yah, dia seperti ini karena sering makan ceker ayam,” balas Ana meringis ke semua orang. Berusaha meredam kemarahan Pen.

“Jangan pernah berkata apa pun, karena aku akan menghukummu!” tunjuk Pen ke arah Ana. Seketika Ana berdiri kaku dan menelan ludah melihat kemarahan Pen.

“Hei, gadis bodoh. Dia itu Raden pemilik sekolah ini. Sangat tidak sopan.” Amel menarik tangan Pen dan akan menamparnya. Ana tidak terima dan menahan tangan itu.

“Kau menyentuhnya, aku akan menghajarmu,” balas Ana sembari mencengkeram lengan Amel dengan keras. Gadis itu menatap Anggara dan merengek.

“Paman. Aku tahu kau ke sini karena aku bukan? Paman. Mereka sangat jahat.”

Anggara menarik Ana dan mengambil ponsel di saku jasnya sebelah kanan. Amel tidak percaya ketika melihat hal itu. Selama ini Anggara selalu bersikap baik kepadanya. Ini adalah pertama kalinya Anggara melakukan itu kepada Amel. Gadis itu semakin kesal ketika Anggara segera menghubungi Joko. “Sekarang bawa Amel pulang. Aku mau bicara dengan keluargaku.”

“Apa? Paman, apa maksudmu?” tanya Amel terkejut. Dia semakin tak percaya melihat pamannya menggandeng Ibu Ana yang selama ini dianggapnya super buruk!

Ana berjalan dengan tersenyum menatap semua teman-temannya yang masih menganga melihat semuanya. Selama ini mereka menganggap Ana siswa paling nakal dan selalu bermasalah. Parahnya, tidak ada siapa pun menghormati Ana. Mereka menganggap remeh Ana karena miskin.

Ana bisa bersekolah karena Anggara yang memang diam-diam membantu. Pen mendapat surat dari Manajer kantornya bekerja, kalau Ana memperoleh beasiswa di SMA paling mahal. Hanya kalangan elit yang bisa bersekolah di sana. Semua itu Anggara lakukan agar Ana bisa memperoleh pendidikan yang baik.

“Paman!” teriak Amel kesal melihat keakraban mereka. Sementara, Brian dan semua orang masih terdiam kaku di sana.

“Lepaskan dia,” ucap Pen sangat kesal. Dia segera menarik Ana yang masih digandeng Anggara.

“Ana, aku ingin berbicara dengan ibumu. Ayah mohon,” balas Anggara.

Anggara semakin menarik Ana dan mengajaknya keluar dari sana. Pen pun mengikuti mereka dari belakang. Kakinya melangkah cepat menuju ke halaman belakang sekolah yang sudah sangat sepi. Beberapa pengawal melarang siapa pun masuk ke sana. Anggara menghentikan langkah di bawah pohon yang cukup rindang, kemudian memegang kedua pundak Ana yang dia kira Pen. Mengatur napasnya dan memandang sangat tajam.

“Gawat!” Pen merasakan sesuatu yang sangat tidak enak. Dia pun segera mendekat dan memukul punggung Anggara.

“Kau mau apa?” lanjutnya dengan pandangan menekan.

“Ana. Aku ingin berbicara dengan ibumu. Kau sebaiknya diam saja dan jangan berkata apa pun. Ini sangat penting,” ucap Anggara membalas tatapan tajam yang masih menyorot ke arahnya.

“Kalau ini ada hubungannya dengan ibuku, tentu saja aku juga harus mengetahuinya,” balas Pen, masih saja dengan amarah.

“Ana mengertilah. Ayah hanya membutuhkan waktu sebentar saja.”

Pen semakin kesal melihat Ana menganggukkan kepala. Dia bertambah kebingungan saat Anggara mendadak mengangkat tangannya ke arah pengawal yang melihatnya dari kejauhan. Kedua lelaki garang itu mendekati Pen dan memegangnya sangat kuat. Ana yang masih berada di dalam tubuh ibunya, semakin kebingungan dengan semuanya. Apalagi, Anggara memegang kedua pundaknya semakin kuat.

“Pen, dia anak kita. Wajar kalau marah seperti itu.”

“Dia tidak marah. Itu hanya akting,” balas Ana. Dia semakin kesal melihat Pen masih saja berteriak dan melarangnya mendekati Anggara. “Duh, Ibu ini menyebalkan,” batin Ana.

“Ana, aku akan menghukummu!” teriak Pen.

“Apa?” Ana melotot mendengar Pen tidak sengaja mengatakan hal itu. Dia segera memegang kedua pipi Anggara agar menatapnya kembali. Ana tidak mau Anggara tahu sebenarnya, jika jiwa mereka tertukar.

“Biarkan saja, dia,” ucap Ana meringis. “Apa yang ingin kau katakan?”

“Pen, anak kita membutuhkan aku. Pen, aku tidak mau dia membenciku seperti itu. Maukah kau bersamaku lagi? Lagipula, perceraian itu palsu,” ucap Anggara membuat Ana semakin melotot. Pen pun menghentikan gerakannya setelah mendengar hal itu.

“Pal-su?” tanya Pen dan Ana bersama-sama.

“Maafkan aku ...,” balas Anggara semakin menarik napas panjang. “Pen, aku sangat ....”

Ana semakin menatap tajam ayahnya. Dia memegang pipi Anggara dengan sangat kuat. Membuat sang ayah menatapnya.

“Jadi, maksud kamu ... Penelope dan Anggara masih sepasang suami istri?” tanyanya memastikan. Anggara menganggukkan kepala, membuat Ana tertawa kegirangan.

“Apa? Bagaimana mungkin?” ucap Pen lemas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
terkadang aku jd bingung ni buat membedakan yg mana ibu, yg mana anak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Akhir Yang Bahagia

    Amara tiba-tiba datang bersama dengan dua aparat kepolisian. Wanita itu sekarang berada di tengah-tengah mereka semua. Ada sesuatu yang sangat mengganjal di hati Penelope saat melihat sang tante sangat pucat sekali. Bahkan dia menggunakan kursi roda. Tubuhnya sangat kurus. Hati Penelope bergetar, tidak menyangka melihat keadaan tantenya yang semula sangat glamor dan sangat anggun itu, kini berubah sangat mengenaskan."Sebaiknya kita ke sana dan bertanya apa tujuannya ke sini. Jangan pakai emosi. Lihatlah, dia sangat pucat sekali. Mungkin penyakit sudah menggerogoti tubuhnya. Penelope, hilangkan masa lalu itu. Yang penting kita sudah bahagia," bisik Anggara dengan tersenyum tampan."Kita harus memaafkannya, Ibu. Sebagai manusia kita harus memaafkannya," imbuh Ana kemudian menarik Penelope untuk menuruni panggung.Amara tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya. Penelope menerima uluran tangan itu dengan bergetar."Aku mau minta izin untuk bertemu denganmu. Tentu saja mereka semua mengi

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Sesuatu Tak Terduga

    Ana sangat terkejut melihat kehadiran Amel. Gadis itu menatap Bambang dengan tersenyum. Mengamati sang sahabat dari atas sampai bawah. Dengan sangat seksi Amel mendekati Bambang, kemudian tidak segan-segan menatapnya dari dekat."Kamu ternyata sangat tampan sekali. Apalagi bisa berkelahi dengan hebat seperti itu. Katakan kepadaku. Apakah kau sudah punya pacar? Atau masih mau menungguku?" tanya Amel tanpa basa-basi. Bambang menarik tengkuk leher Amel. Kemudian menciumnya dengan sangat panas. Ana dan Brian terpaku saat melihatnya. Apalagi Amel membalas ciuman itu."Tentu saja aku tidak memiliki pacar. Aku berubah seperti ini karena dirimu, dan aku akan menjadi lelaki yang sangat mencintaimu. Menjagamu sampai kapanpun." Bambang mengeluarkan satu kotak berbentuk hati di saku celananya sebelah kanan. Kemudian membukanya."Kau ..." Amel terkejut saat di dalamnya ada cincin berhiaskan berlian berwarna biru. "Maukah kau menjadi pacarku, tunanganku, dan istriku?" ucap Bambang kemudian memasan

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Pernikahan Sebenarnya

    Penelope bersama dengan Anggara selalu saja bermesraan di manapun mereka berada. Bahkan Penelope selalu menemani Anggara di kantor saat bekerja. Anggara tidak bisa lepas sedikitpun dari sang istri."Aku akan memberikan kejutan untukmu," ucap Anggara saat berada di dalam kantornya. Penelope tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Setiap hari kau selalu memberikan kejutan untukku. Kali ini apalagi?" tanya Penelope sambil bersedekap. Hingga Anggara memberikan satu undangan berwarna putih di depannya. Ada foto Pen dan Anggara pada saat pertama kali bertemu. Foto itu masih saja tersimpan di ponsel Anggara sampai saat ini."Apa ini?" tanya Penelope masih saja melotot tak percaya."Jika kau ingin mengetahuinya, ya buka saja." Anggara tersenyum, kemudian menatap Penelope yang membuka undangan itu. Tentu saja sang istri terkejut. Itu adalah undangan pernikahan mereka. Tepatnya pesta pernikahan mereka yang sempat tidak pernah mereka lakukan."Jadi setelah kita bersama selama 3 tahun kau ba

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Akhirnya Bersatu

    Pagi menjelang dengan cepat. Ana sudah bersiap-siap untuk pergi ke Inggris. Walaupun hatinya benar-benar resah, ingin sekali bertemu dengan Brian. Tapi dia harus mengorbankan hatinya dan tetap menjalankan perintah itu.Anggara dan Penelope, serta Nyai dan Romo, akan mengantar Ana menuju ke mobil yang akan membawa dia ke bandara. Namun, Ana semakin terkejut saat melihat sosok lelaki yang berada di depan mobil itu sambil bersedekap."Kenapa aku harus diantar oleh Kaisar, Ayah? Bukankah Ayah yang seharusnya mengantar aku? Untuk apa aku harus bersamanya? Ah, tidak menyukainya," ucap Ana dengan sewot. Anggara dan Pen hanya tersenyum, kemudian memeluk Ana sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil."Jaga dirimu dengan baik. Jangan nakal. Ingat, kamu itu pewaris sah. Jadi kamu harus menjalankan tugasmu dengan benar. Nilaimu juga harus tinggi. Jangan mempermalukan keluarga." Seperti biasa, Nyai dengan sangat cerewet memberikan wejangan sebelum pintu mobil tertutup. Romo hanya tersenyum dan melamba

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Direstui

    Penelope benar-benar terkejut. Dia sampai meneteskan air mata saking bahagianya. Apalagi Anggara menggandeng Pen dan mengeratkan genggamannya itu, di telapak tangannya sebelah kanan. Raden kemudian tersenyum tampan dan menganggukkan kepala."Apakah ini mimpi? Aku semalam tidak bermimpi apa pun. Hatiku masih saja sakit. Aku ingin bertemu dengan anakku. Tapi ternyata sekarang aku menghadapi drama seperti ini. Sebuah drama yang sangat mengharukan, yang selama ini hanya ada di dalam mimpiku saja," ucap Pen kemudian menatap Anggara. Menarik telapak tangannya menuju pipinya. "Cubit aku, karena aku tidak mau terbangun dari mimpi yang indah ini," lanjutnya berkata dengan kedua mata yang berlinang air mata.Anggaran mencubit pipi Pen, kemudian tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Aku sudah berjanji akan berjuang mendapatkan dirimu dan Ana sampai titik darah penghabisan dan, ini adalah buktinya. Jika aku memang benar-benar mencintaimu," balas Anggara membuat Pen

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Kejahatan Yang Terbuka

    Benar-benar di luar dugaannya. Anggara mengatakan hal itu? Ada apa ini? Apakah ini sebuah lelucon? Tidak ada angin, tidak ada perasaan, tidak ada hal apa pun yang Gracia rasakan. Hingga detik ini ... sampai tiba-tiba dia harus mendengarkan sang suami mengatakan hal yang sangat mengejutkan. Dan tentu saja ini membuat dia semakin besar kepala. Gracia tersenyum puas dengan semuanya. Keyakinannya untuk menang sudah di depan mata dan ini adalah semua yang dia rencanakan. Anggara pasti akan menyerah. Membuat dirinya menjadi istri sah satu-satunya yang akan melahirkan ahli waris, yang disetujui oleh dua pihak keluarga. Bukan Penelope, wanita yang sangat bencinya itu."Apakah kau mengatakan yang sebenarnya? Suamiku, ini tidak mungkin. Kau sudah membuatku sangat bahagia. Apalagi mengumumkan ini di depan semua orang. Tolonglah, jangan pernah menganggap ini lelucon. Karena aku tidak akan pernah memaafkan kamu." Gracia menatap sang suami dengan tajam. Dia ingin kepastian. Anggara tersenyum lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status