Share

Membuka Aplikasi Biru

Saat ini, aku menuruti perkataan Mala. Aku membuat akun dan mencoba berteman dengannya. Tentu saja, aku memakai wajah pria tampan dengan alamat yang palsu juga. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu , ia pun membalas menerimanya. Sepertinya dia sedang 𝑜𝑛𝑙𝑖𝑛𝑒.

[Makasih, Cantik.] pesanku pada akun Anita.

[Sama-sama, Ganteng.] aku pun mual membacanya.

Aku melihat linimasa miliknya. Terdapat foto-foto yang terpampang. Ada pula foto yang mungkin bagi pria foto itu menggoda iman mereka, termasuk suamiku.

[ Aku senang hari ini jalan-jalan dengan suamiku.] ujarnya dalam sebuah status.

[Akhirnya. Walau aku pernah pergi darimu, tapi aku kembali padamu.] Aku menautkan alis, karena tak mengerti dengan statusnya.

[Aku hamil dan aku senang sekali, karena suamiku yang sekarang itu selalu manjain aku.] kiriman itu lima bulan yang lalu.

Aku terus menelusuri linimasa Anita, hingga terpampang jelas foto mas Arman dan Anita. Itu terkirim satu tahun yang lalu. Membuat dada ini sesak saat membaca tulisan dalam postingan itu.

[Kita pernah berpisah. Aku senang kita bersama lagi.] ujarnya dalam caption di foto itu.

Aku hanya menerka-nerka. Mungkin saja Anita mantan mas Arman saat kuliah bahkan sampai hari kemarin kami memang jarang bertemu. Sehingga, sekarang mereka kembali bersama tanpa ku tahu. Mungkinkah Anita tahu hubunganku dengan mas Arman? Jika tahu, mengapa Anita tega mengkhianatiku dengan menjadi wanita simpanan mas Arman saat ini.

Aku menutup aplikasi dengan rasa kesal. Sanggupkah aku mengumpulkan bukti? sementara baru seperti ini saja aku teramat kecewa. Sanggupkah aku bersabar? Sedangkan, rasanya aku ingin memasukan suamiku itu ke kandang singa atau buaya. Gemas rasanya, ketika mengingat mas Arman menyangkal hubungannya dengan Anita.

Saat diam, tiba-tiba aku mengingat akun milik mas Arman. Aku mencoba mencari informasi di linimasa suamiku itu, tapi tidak ada apapun disana. Aku pun mencari teman akunnya dan aku terkejut. Akunku yang dulu tidak ada di daftar itu dan akun Anita ada disana. Rupanya ia tahu kalau aku jarang menggunakan akun di aplikasi itu. Mas Arman pasti mengambil kesempatan untuk menutupi hubungan kami. Agar temanku dan Anita tidak curiga. Aku akui memang tidak ada yang tahu tentang hubungan Kami.

*****

Siang ini, aku memainkan gawai lamaku. Mas Arman duduk di sampingku. Sepertinya bersiap untuk bicara.

"Ada apa, Mas?" tanyaku padanya.

"Nisa, bisakah kau berhenti menggunakan aplikasi itu?" tuturnya, membuatku heran.

"Mas, ini kan cuman hiburan pas waktu senggang. Biar aku gak kesepian." Jelasku.

"Tapi, Mas cemburu kamu terlalu melayani pesan teman-temanmu." Jelasnya. Hal itu membuatku senang. Berarti mas Arman mencintaiku.

"Banyaknya perempuan kok, Mas." Jawabku seadanya.

"Dek,"

"Nisa pikirin dulu deh, Mas." Ucapku dan aku pun pergi menuju kamar.

Esoknya, aku mencari ponselku itu yang entah dimana. Aku lupa menyimpan setelah makan malam.

"Cari apa?" tanya Mas Arman.

"Ponselku, Mas." Jawabku.

"Mas lihat di bawah meja ada yang warna biru gitu. Mas gak tahu apa jadi gak liat jelas." Jelasnya.

Aku pun bergegas melihat ke bawah meja. Benar saja ponselku tergeletak disana dengan keadaan layar yang retak dan mati.

"Mas, ponsel Nisa rusak." Ucapku. Aku berharap, ia menggantinya dengan yang baru.

"Kamu benerin aja sendiri," tukasnya. Pasti ia tidak ingin mengeluarkan uang lebih untuk memperbaiki ponselku.

Memang sangat pelit suamiku itu. Mas Arman selalu menjatah uang semaunya setelah delapan bulan menikah.

"Potong uang bulanan, Mas. Nanti aku gak bisa hubungi ibu," Imbuhku. Ia pun memberi tiga lembar uang merah. Entah cukup atau tidak, berharap uang itu cukup.

"Jatah kamu dipotong bulan depan," ujarnya. Ingin ku mencubit ginjal suamiku itu.

"Dicicil tiga kali, Mas. Aku harus bayar ini itu. Ayolah!" Ucapku memelas.

"Baiklah," jawabnya.

Mas Arman memang seperti itu. Istri minta lebih aja jadi hutang.

Setelah perbaikan ponsel. Aku tak bisa masuk ke akunku itu. Aku melupakan kata sandi akunku. Dengan sangat terpaksa aku pun tidak menggunakannya, karena malas jika harus membuat yang baru.

*****

Jika aku mengingat kejadian itu. Mungkin saja, mas Arman mengganti kata sandinya dan berusaha merusak ponselku itu.

Selama ini mereka bermain di belakangku dengan sangat rapi. Sehingga, aku baru mengetahui setelah beberapa bulan. Apa mungkin juga jauh sebelum enam bulan itu mereka pun menjalin hubungan itu.

-----

Pagi ini aku terkejut mendengar suara mobil berhenti. Ya, suara mobil mas Arman yang sekarang hampir jadi "Bang Toyib" itu. Dia akan pergi dan pulang semaunya atau malah menghilang tanpa kabar.

"Mas," seruku.

"Hemmm, kamu siap-siap! Papa nyuruh kita ke rumahnya." titahnya.

"Iya Mas," jawabku. Aku pun membisu saat ia lewat di hadapanku. Tercium parfum wanita dan aku yakin itu milik Anita, karena postingan itu sudah jelas bagiku.

"Cepetan! Jangan bengong!" bentaknya, membuatku terkejut. Jika aku punya penyakit jantung, mungkin aku akan terkena serangan jantung karena saking terkejutnya.

"Iya, Mas." Jawabku.

Aku bergegas menuju kamar, ia juga ke kamar. Namun, ia hanya mengambil baju dan entah menggantinya dimana. Ia mungkin tidak ingin yang lain tahu kelakuannya. Ia pikir aku tidak tahu tentang perilakunya. Hanya saja, aku mencoba diam dan tenang. Seperti wanita lemah tak berdaya.

Semakin ia berbuat ulah, semakin aku bisa membuktikan pada keluarga tersayangnya bahwa pria yang selama ini mereka bela dan selalu menanyakan karakterku. Ya, mereka selalu menganggap aku ini selalu menjadi masalah bagi suamiku itu.

Aku dianggap selalu mempermalukan suamiku dan anggapan lainnya yang membuat kesabaran ini berubah menjadi rasa muak, karena terlalu sering mendengarnya dari mulut keluarga mas Arman termasuk ibu mertua. Mereka bahkan selalu menggunjingku, karena aku yang belum memiliki anak.

Menyebalkan, bukan? Itulah yang diharapkan mereka. Dengan tanpa sadar menoreh luka dengan segala ucapan dan umpatan.

Mereka mungkin akan terkejut dengan kenyataan yang akan mereka terima. Kenyataan yang merupakan kebenaran tentang pria yang selalu dipercaya itu.

Dalam mobil yang mempunyai penyejuk udara pun aku malah merasakan gerah. Mungkin, saking kesalnya pada pria yang ada di sampingku itu.

"Saat di hadapan papa. Bilang saja, hubungan kita baik-baik saja!" imbuhnya.

"Iya, Mas." Jawabku.

"Awas kalau kamu berani menjelek-jelekanku di depannya Masih beruntung aku setuju menikah denganmu," cecarnya.

Beruntung apanya? Terkadang pria itu selalu membanggakan diri sendiri dan menganggap pasangan beruntung, karena telah memilikinya. Namun, tak pernah menyadari apapun kekurangannya pada pasangan.

"Mas, sebenarnya ada apa? Kenapa papa manggil kita?" tanyaku yang merasa heran.

"Aku gak tahu. Sudahlah! Bersikap biasa saja! Anggap aja kita gak ada masalah apapun," tukasnya.

Aku tahu pasti ada hal yang sangat serius yang akan dibicarakan oleh orangtua mas Arman. Papa mertua tidak mungkin tanpa alasan memanggil kami berdua dan harus datang.

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
azhranie
ga masuk akal dan logika
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita sampah dari otak yg berisi sampah. kau baca lg tulisan mu thor. dimana otak mu ketika menulis cerita ini
goodnovel comment avatar
Susy Guntur
CERITA APAAAAA INI????
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status