Share

Membuka Aplikasi Biru

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 16:46:06

Saat ini, aku menuruti perkataan Mala. Aku membuat akun dan mencoba berteman dengannya. Tentu saja, aku memakai wajah pria tampan dengan alamat yang palsu juga. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu , ia pun membalas menerimanya. Sepertinya dia sedang π‘œπ‘›π‘™π‘–π‘›π‘’.

[Makasih, Cantik.] pesanku pada akun Anita.

[Sama-sama, Ganteng.] aku pun mual membacanya.

Aku melihat linimasa miliknya. Terdapat foto-foto yang terpampang. Ada pula foto yang mungkin bagi pria foto itu menggoda iman mereka, termasuk suamiku.

[ Aku senang hari ini jalan-jalan dengan suamiku.] ujarnya dalam sebuah status.

[Akhirnya. Walau aku pernah pergi darimu, tapi aku kembali padamu.] Aku menautkan alis, karena tak mengerti dengan statusnya.

[Aku hamil dan aku senang sekali, karena suamiku yang sekarang itu selalu manjain aku.] kiriman itu lima bulan yang lalu.

Aku terus menelusuri linimasa Anita, hingga terpampang jelas foto mas Arman dan Anita. Itu terkirim satu tahun yang lalu. Membuat dada ini sesak saat membaca tulisan dalam postingan itu.

[Kita pernah berpisah. Aku senang kita bersama lagi.] ujarnya dalam caption di foto itu.

Aku hanya menerka-nerka. Mungkin saja Anita mantan mas Arman saat kuliah bahkan sampai hari kemarin kami memang jarang bertemu. Sehingga, sekarang mereka kembali bersama tanpa ku tahu. Mungkinkah Anita tahu hubunganku dengan mas Arman? Jika tahu, mengapa Anita tega mengkhianatiku dengan menjadi wanita simpanan mas Arman saat ini.

Aku menutup aplikasi dengan rasa kesal. Sanggupkah aku mengumpulkan bukti? sementara baru seperti ini saja aku teramat kecewa. Sanggupkah aku bersabar? Sedangkan, rasanya aku ingin memasukan suamiku itu ke kandang singa atau buaya. Gemas rasanya, ketika mengingat mas Arman menyangkal hubungannya dengan Anita.

Saat diam, tiba-tiba aku mengingat akun milik mas Arman. Aku mencoba mencari informasi di linimasa suamiku itu, tapi tidak ada apapun disana. Aku pun mencari teman akunnya dan aku terkejut. Akunku yang dulu tidak ada di daftar itu dan akun Anita ada disana. Rupanya ia tahu kalau aku jarang menggunakan akun di aplikasi itu. Mas Arman pasti mengambil kesempatan untuk menutupi hubungan kami. Agar temanku dan Anita tidak curiga. Aku akui memang tidak ada yang tahu tentang hubungan Kami.

*****

Siang ini, aku memainkan gawai lamaku. Mas Arman duduk di sampingku. Sepertinya bersiap untuk bicara.

"Ada apa, Mas?" tanyaku padanya.

"Nisa, bisakah kau berhenti menggunakan aplikasi itu?" tuturnya, membuatku heran.

"Mas, ini kan cuman hiburan pas waktu senggang. Biar aku gak kesepian." Jelasku.

"Tapi, Mas cemburu kamu terlalu melayani pesan teman-temanmu." Jelasnya. Hal itu membuatku senang. Berarti mas Arman mencintaiku.

"Banyaknya perempuan kok, Mas." Jawabku seadanya.

"Dek,"

"Nisa pikirin dulu deh, Mas." Ucapku dan aku pun pergi menuju kamar.

Esoknya, aku mencari ponselku itu yang entah dimana. Aku lupa menyimpan setelah makan malam.

"Cari apa?" tanya Mas Arman.

"Ponselku, Mas." Jawabku.

"Mas lihat di bawah meja ada yang warna biru gitu. Mas gak tahu apa jadi gak liat jelas." Jelasnya.

Aku pun bergegas melihat ke bawah meja. Benar saja ponselku tergeletak disana dengan keadaan layar yang retak dan mati.

"Mas, ponsel Nisa rusak." Ucapku. Aku berharap, ia menggantinya dengan yang baru.

"Kamu benerin aja sendiri," tukasnya. Pasti ia tidak ingin mengeluarkan uang lebih untuk memperbaiki ponselku.

Memang sangat pelit suamiku itu. Mas Arman selalu menjatah uang semaunya setelah delapan bulan menikah.

"Potong uang bulanan, Mas. Nanti aku gak bisa hubungi ibu," Imbuhku. Ia pun memberi tiga lembar uang merah. Entah cukup atau tidak, berharap uang itu cukup.

"Jatah kamu dipotong bulan depan," ujarnya. Ingin ku mencubit ginjal suamiku itu.

"Dicicil tiga kali, Mas. Aku harus bayar ini itu. Ayolah!" Ucapku memelas.

"Baiklah," jawabnya.

Mas Arman memang seperti itu. Istri minta lebih aja jadi hutang.

Setelah perbaikan ponsel. Aku tak bisa masuk ke akunku itu. Aku melupakan kata sandi akunku. Dengan sangat terpaksa aku pun tidak menggunakannya, karena malas jika harus membuat yang baru.

*****

Jika aku mengingat kejadian itu. Mungkin saja, mas Arman mengganti kata sandinya dan berusaha merusak ponselku itu.

Selama ini mereka bermain di belakangku dengan sangat rapi. Sehingga, aku baru mengetahui setelah beberapa bulan. Apa mungkin juga jauh sebelum enam bulan itu mereka pun menjalin hubungan itu.

-----

Pagi ini aku terkejut mendengar suara mobil berhenti. Ya, suara mobil mas Arman yang sekarang hampir jadi "Bang Toyib" itu. Dia akan pergi dan pulang semaunya atau malah menghilang tanpa kabar.

"Mas," seruku.

"Hemmm, kamu siap-siap! Papa nyuruh kita ke rumahnya." titahnya.

"Iya Mas," jawabku. Aku pun membisu saat ia lewat di hadapanku. Tercium parfum wanita dan aku yakin itu milik Anita, karena postingan itu sudah jelas bagiku.

"Cepetan! Jangan bengong!" bentaknya, membuatku terkejut. Jika aku punya penyakit jantung, mungkin aku akan terkena serangan jantung karena saking terkejutnya.

"Iya, Mas." Jawabku.

Aku bergegas menuju kamar, ia juga ke kamar. Namun, ia hanya mengambil baju dan entah menggantinya dimana. Ia mungkin tidak ingin yang lain tahu kelakuannya. Ia pikir aku tidak tahu tentang perilakunya. Hanya saja, aku mencoba diam dan tenang. Seperti wanita lemah tak berdaya.

Semakin ia berbuat ulah, semakin aku bisa membuktikan pada keluarga tersayangnya bahwa pria yang selama ini mereka bela dan selalu menanyakan karakterku. Ya, mereka selalu menganggap aku ini selalu menjadi masalah bagi suamiku itu.

Aku dianggap selalu mempermalukan suamiku dan anggapan lainnya yang membuat kesabaran ini berubah menjadi rasa muak, karena terlalu sering mendengarnya dari mulut keluarga mas Arman termasuk ibu mertua. Mereka bahkan selalu menggunjingku, karena aku yang belum memiliki anak.

Menyebalkan, bukan? Itulah yang diharapkan mereka. Dengan tanpa sadar menoreh luka dengan segala ucapan dan umpatan.

Mereka mungkin akan terkejut dengan kenyataan yang akan mereka terima. Kenyataan yang merupakan kebenaran tentang pria yang selalu dipercaya itu.

Dalam mobil yang mempunyai penyejuk udara pun aku malah merasakan gerah. Mungkin, saking kesalnya pada pria yang ada di sampingku itu.

"Saat di hadapan papa. Bilang saja, hubungan kita baik-baik saja!" imbuhnya.

"Iya, Mas." Jawabku.

"Awas kalau kamu berani menjelek-jelekanku di depannya Masih beruntung aku setuju menikah denganmu," cecarnya.

Beruntung apanya? Terkadang pria itu selalu membanggakan diri sendiri dan menganggap pasangan beruntung, karena telah memilikinya. Namun, tak pernah menyadari apapun kekurangannya pada pasangan.

"Mas, sebenarnya ada apa? Kenapa papa manggil kita?" tanyaku yang merasa heran.

"Aku gak tahu. Sudahlah! Bersikap biasa saja! Anggap aja kita gak ada masalah apapun," tukasnya.

Aku tahu pasti ada hal yang sangat serius yang akan dibicarakan oleh orangtua mas Arman. Papa mertua tidak mungkin tanpa alasan memanggil kami berdua dan harus datang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
azhranie
ga masuk akal dan logika
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita sampah dari otak yg berisi sampah. kau baca lg tulisan mu thor. dimana otak mu ketika menulis cerita ini
goodnovel comment avatar
Susy Guntur
CERITA APAAAAA INI????
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Pernikahan Dania

    Pulang kampung. Sebenarnya aku sudah ke sini bersama mas Akbar saat mudik lebaran kemarin. Saat ini aku pulang kampung juga karena lamaran. Mas Akbar hanya mengantar kami dan kembali pulang. Ia tidak bisa lama di sini. Lagipula ini hanya lamaran. Akan tetapi, ia tampak ragu untuk pergi."Kenapa?" tanyaku."Gak ada pria yang deket kamu lagi, kan?" tanyanya."Ya enggak lah. Cuman Fahmi aja, Mas.""Hehe," Hemmm, aku menautkan kedua alisku. Sepertinya dia takut jika aku punya kedekatan dengan pria lain. Sore hari dengan suasana khas pedesaan. Kami menyambut tamu undangan yang merupakan keluarga Fahmi. Aku menyaksikan lamaran adikku satu-satunya itu. Meski dalam suasana bahagia, aku mengingat almarhum ayahku. Entahlah, hatiku merasa sedih ketika melihat adikku. Saat Dania menikah nanti, ayahku tidak bisa menjadi wali untuk adikku itu.---- Sebulan kemudian. Kami pulang kampung lebih awal. Aku melihat Dania begitu cantik seperti Ratu di hari ini."Nisa eh Kakak ipar," uc

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Tamu

    Aku mematung saat sampai di rumah ibu mertua. Ya, bagaimana tidak. Fahmi juga ada di antara yang lainnya. Ia nampak tersenyum penuh makna. Dengan bingung aku pun duduk di antara Dania dan ibuku."Kak," panggil Dania. "Ya," "Kita mau ngadain lamaran. Kakak pulang ya!" ucap Dania. Aku mengernyitkan kening."Loh, lamaran siapa?" tanyaku."Fahmi mau lamar Dania. Meskipun Dania masih kuliah. Lagipula Fahmi dan Dania kuliah di tempat yang sama meski beda fakultas. Mereka lebih sering bersama. Lebih baik dinikahkan saja." Jelas Ibu. Jika dipikir mereka semakin lengket. Terlebih Dania kuliah di tempat yang sama dengan jarak yang lumayan. Hemmm, mungkin dengan begitu ada yang menjaganya."Boleh Nisa ngobrol dulu sama Fahmi, Bu?" tanyaku. Manik mataku mengisyaratkan agar Fahmi mengikuti. Ia nampaknya tertunduk. Ya, elah. Apa dia mau membuat drama kalau aku calon kakak ipar yang galak."Jel

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Pernikahan Bianca

    Hari ini aku memakai gaun berwana peach dengan hijab yang senada dipakai. Tidak lupa memasang korsase berwarna perak di dada sebelah kiri. Riasan wajah yang kupakai adalah sengaja memakai π‘šπ‘Žπ‘˜π‘’π‘’π‘ yang natural."Dek," panggil pria yang sudah beberapa tahun menjadi suamiku itu."Ya,""Gak salah,""Gak salah apanya?""Cantik banget,""Cuman rayuan supaya aku datang ke pesta dia, kan?" "Biar kamu gak salah paham lagi, Sayang.""Terserah, deh." Kami pun akan berangkat. Aira sudah ku titipkan di rumah ibu. Ya, Aira memang tidak suka keramaian dengan musik yang ber-π‘£π‘œπ‘™π‘’π‘šπ‘’ tinggi. Sehingga, mau tidak mau putriku harus dititipkan di rumah neneknya. Mas Akbar dengan tersenyum mempersilahkan ku masuk ke dalam mobil. Sepatu ber-hak tinggi ini memang membuatku sedikit pegal."Jangan maksain!" Sepertinya suamiku tahu apa yang aku pikirkan saat ini."Lah, kan mau ke pesta bukan mau jalan-jalan dengan baju kasual, Mas."

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Merajuk

    Membisu. Entah apa yang aku rasa saat ini. Pastinya aku tidak mau berbicara dengan pria bergelar suamiku itu. Bertahun-tahun aku pikir wanita itu tidak akan mengganggu kami lagi. Nyatanya, wanita itu mempunyai beragam cara agar mendapatkan mas Akbar. Sepanjang perjalanan aku membisu. Entah mengapa pria itu begitu peduli dengan Bianca. Seharusnya dia bersikap masa bodo dan pergi saja, bukan malah sok perhatian pada Bianca yang akhirnya ingin dinikahi saat itu juga."Sayang," panggilnya. Namun, tidak aku hiraukan."Dek," panggilnya lagi."Apa sih? Berisik!" Ucapku ketus."Kamu marah?" tanyanya. Udah tahu ekspresi wajah sekarang marah bukan ketawa senang malah nanya."Enggak," jawabku ketus."Maaf, Dek!" Ucapnya."Sejak kapan dia ganggu Mas lagi?" tanyaku."Sebulan yang lalu," jawabnya."Ya udah. Tuh nikahin dia!" "Ya enggak dong, Dek.""Bukannya peduli banget sama Bianca?

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Misteri Undangan

    Di sebuah kamar dengan nuansa merah mudah. Aku menatap dengan bahagia. Ya, putri kecil berumur dua tahun baru saja terbangun dari tidurnya."Ekhem," suara mas Akbar menghentikan aktivitasku yang sedang memperhatikan putri kecil bernama Aira."Iya, Mas. Ada apa?" tanyaku."Sekarang ada acara, tapi...,""Acara apa?" tanyaku."Acara pernikahan Bianca," jawab pria itu sedikit ragu. Nama yang diucapkan pria di hadapanku itu adalah nama wanita pernah mengejar mas Akbar. Lalu, untuk apa dia mengundang suamiku."Mas mau ke sana?" tanyaku."Aku gak mungkin ke sana tanpa izin kamu, Sayang,""Ya, datang aja. Toh, dia mau menikah sama orang lain bukan sama Mas,""Takutnya kamu cemburu, Dek. Atau kamu juga ikut deh,""Gak mungkin lah, Mas. Aira gak suka tempat ramai," tolakku. Aku Sebenarnya penasaran dengan wanita itu, tapi Aira tidak suka keramaian."Gak bakal marah?" tanyanya.

  • Aku yang Kau Nikahi Dia yang Kau NafkahiΒ Β Β Kado Terindah

    Rasa pusing menimpaku, sehingga membuat ibu mertua datang dan membantuku. Walau sekarang mas Akbar memperkerjakan pembantu harian yang bisa pulang saat sore harinya."Kita ke Dokter ya, Nak. Ibu khawatir sama kamu.""Tapi, Bu. Anisa ngerepotin Ibu.""Nisa, gak ngerepotin Ibu loh." Mertuaku ini memanglah baik. Padahal dulu aku pernah bertanya pada ibu mertua mengapa sampai menerimaku. Aku yang tak punya apa-apa saat dilamar mas Akbar. Beliau hanya berkata "Harta itu bisa dicari. Kebahagian anak adalah utama. Ibu pun pernah mengalami pahitnya hidup. Karena itulah Akbar harus bisa hidup lebih baik dari kami," Aku pikir saat itu terpaksa menerimaku karena demi kebahagiaan mas Akbar, tapi saat ibu pernah mendengar aku membahas wanita yang mengejarnya itu pernah ditemui oleh mas Akbar ibu marah besar dan membelaku. "Untuk alasan apapun. Jangan pernah menemui wanita yang tidak lagi mempunyai urusan lagi? Apalagi dia menyukaimu," tegas ibu saat itu. Ibu mer

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status