Share

Omong Kosong

Penulis: Indira Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 21:13:35

Sepulang dari kantor tempatnya bekerja, Siena langsung menuju rumah keluarga Danu, dia ingin menjelaskan kalau Tsania bukan anak Adyaksa agar Danu tidak terjebak oleh tipuan Tsania.

Kenapa bisa mereka percaya dengan ucapan Tsania? Bukti apa yang dibawa Tsania hingga semua orang percaya begitu saja?

Siena mendapat kabar itu dari teman kantornya, hari ini Tsania resign dan alasannya karena ada panggilan kerja lain. Pagi tadi setelah mereka bertemu, Tsania langsung pergi tanpa memberinya penjelasan. Siena belum tahu alasan kenapa orang tua Danu lebih memilih Tsania dari pada dirinya, Danu hanya menuduhnya kalau dia jahat pada Tsania. Dan kini, saat di kantor tiba-tiba berita heboh muncul yang membuat Siena terkejut, bagaimana bisa Tsania mengaku anak Adyaksa, apa karena itu akhirnya keluarga Danu memilih Tsania?

Dia turun dari ojek yang dia tumpangi di depan rumah berpagar tinggi. Pagar tidak tertutup sempurna, ada beberapa mobil mewah berada di halaman rumah itu. Siena pikir, di sana pasti ada acara keluarga, Siena biasa ikut bergabung dengan mereka, bahkan satpam rumah pun menyapanya ramah.

“Mas Danu ada, Pak?” tanyanya pada satpam.

“Lho, kenapa Mbak Siena baru datang? Mereka sudah dari tadi datangnya.” Satpam itu menatap penampilan Siena yang saat ini memakai blazer dan rok panjang serta jilbab pashmina. Siena memang langsung ke sana setelah salat ashar di mushala kantor.

“Memangnya ada acara apa, sih, Pak?” Siena bertanya balik, dia tidak tahu ada acara apa di rumah itu.

“Lha, kan, sekarang acara tunangan Mbak Siena dan Mas Danu. Oalah, Mbak, masa sama acara sendiri lupa. Sudah sana buruan masuk, pasti sudah ditunggu.”

Tunangan? Apa mungkin sekarang Danu dan Tsania bertunangan? Kenapa secepat ini, kenapa Danu tidak menunggunya.

Siena berjalan hingga sampai ke teras rumah, kakinya terhenti ketika melihat Danu dan Tsania berdiri berdampingan. Tangan Tsania melingkat di lengan Danu dan tampak sekali Danu tidak keberatan dengan itu. Siena menekan dadanya yang sesak.

Sebenarnya ada apa ini? Bukankah Danu begitu mencintainya? Apa karena alasan kebohongan Tsania membuat Danu menerima Tsania? Jika benar, Siena sangat kecewa dengan lelaki itu.

Ketika dia melangkah semakin mendekat, Danu melihatnya, lelaki itu tampak berpamitan keluar.

“Sei, aku bisa jelaskan. Ayo, ikut.” Danu menarik tangannya mengajak Siena menjauh. Mereka berjalan menuju sisi bangunan rumah, ada taman di sisi samping rumah.

“Mas, apa ini?” Siena menuntut penjelasan.

“Maaf, aku tidak bisa menolak permintaan ibu. Aku dan Tsania sudah bertunangan.” Danu menunduk, lelaki itu tampak menghela napas. “Mungkin kita memang tidak berjodoh, Sie. Semoga kamu mendapatkan jodoh yang jauh lebih baik dari aku.”

“Kenapa? Apa karena Adyaksa?” Siena menyebut nama ayahnya dengan bibir bergetar. Meski dia masih membenci ayahnya, tapi mendapati kenyataan bahwa ada orang yang mengakui ayahnya sebagai ayah, Seina tidak rela, apalagi orang itu Tsania—anak asisten rumah tangga yang sudah dianggap keluarga.

“Tolong jangan salah paham, Sie. Bukan karena itu, tapi mungkin aku dan Tsania memang ditakdirkan berjodoh.”

Siena tersenyum getir mendengar ucapan Danu. Kenapa bisa Danu percaya pengakuan Tsania sebagai anak Adyaksa, sedang saat ini, tidak mungkin ayahnya datang lantas memberi restu pada pertunangan Tsania. Ayahnya tidak semenganggur itu mengurusi pertunangan anak asisten rumah tangga.

“Tsania bukan anak Adyaksa, dia hanya__”

“Cukup, Sie. Tsania sudah menjelaskan semuanya, kamu hanya iri saja sama dia, padahal selama ini Tsania begitu baik padamu.”

“Apa? Aku tidak salah dengar, Mas?” Siena tertawa, kini suaranya lebih keras. “Dia bukan anak Adyaksa, kalau Mas ingin tahu siapa anak Adyaksa, datang ke kantornya, biasanya hari senin sampai rabu beliau ada di kantor, kalau Mas Danu mau temui beliau, saya punya nomor kontak sekretaris beliau.”

“Tidak perlu, Sie. Tsania sudah mengatakan semuanya, kamu tidak perlu menfitnah Tsania. Sekarang pulanglah, hubungan kita sudah berakhir dan terima kasih atas waktunya.”

Lelaki itu meninggalkan Seina begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

***

Siena menatap pantulannya di cermin dengan tatapan yang kosong. Matanya merah, lingkar hitam semakin jelas di bawah kelopak matanya setelah berhari-hari tidak tidur dengan nyenyak. Segala yang ada di pikirannya hanyalah pengkhianatan dari orang terdekatnya.

"Kenapa, Tsania?" Dia menjerit tertahan, suaranya parau memecah keheningan ruangan itu.

Suara tangis Siena semakin lirih saat pikirannya kembali pada Danu. Rasanya tidak rela. Saat dia butuh keluarga, dia mendatapkannya dari kelurga Danu, saat dia ingin merasakan kasih sayang seorang ibu, dia mendapatkan dari Nimas, saat dia butuh lelaki yang melindunginya, ada Danu yang selalu ada untuknya, tapi kenapa Tsania malah merebutnya.

“Mas Danu, apa aku sebegitu tidak pentingnya untukmu?” Siena berbisik pada dirinya sendiri, suaranya nyaris hilang. "Apa kamu tidak pernah melihatku? Aku ini Siena, yang selalu di sampingmu, yang mencintaimu dengan tulus."

Siena mengingat bagaimana Danu pernah berbicara dengan penuh keyakinan, "Aku tidak peduli dengan statusmu karena aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi aku mencintaimu karena apa yang ada di dirimu."

Namun, kata-kata itu kini terdengar omong kosong saat Danu lebih memilih Tsania dan tipuannya, seolah-olah cinta Siena tidak pernah ada artinya bagi Danu.

“Kenapa semua orang hanya melihat status? Kenapa semua orang hanya peduli dengan kekayaan?” Siena tersedak tangis. “Apa selama ini aku hanya bodoh? Bodoh karena percaya bahwa cinta saja cukup?”

Suara notifikasi ponsel memecah keheningan. Siena mengusap air matanya dengan cepat dan meraih ponselnya.

Di layar, nama Danu muncul. Pesan yang dia kirim singkat, tetapi menusuk lebih dalam daripada belati:

[Aku minta maaf, Siena. Mungkin ini memang yang terbaik. Aku harap kamu bisa mengerti.]

Siena menatap layar ponselnya dengan tak percaya. "Ini yang terbaik? Mengerti? Apa yang harus aku mengerti, Mas?" ucapnya penuh amarah. "Kamu memilih kebohongan Tsania, kamu meninggalkan aku untuk sesuatu yang bahkan kamu sendiri tidak tahu kenyataannya."

Siena melempar ponselnya ke tempat tidur, napasnya memburu, marah bercampur dengan kesedihan yang menyesakkan dada. Kata-kata Danu berputar-putar di kepalanya, membuat luka di hatinya semakin dalam.

"Tsania," bisiknya lagi, kali ini dengan nada getir. "Jadi selama ini kebaikanku kau balas pengkhianatan? Kamu mengambil segalanya dariku—orang-orang yang berarti dalam hidupku, bahkan identitasku."

Seolah tak kuat lagi menahan semuanya, Siena akhirnya terduduk di lantai, membiarkan air matanya tumpah tanpa henti. Perasaan sakit karena cinta yang tidak dihargai dan pengkhianatan orang kepercayaannya benar-benar menghancurkan pertahanannya. Siena merasa tidak ada lagi yang bisa membuatnya berdiri tegak ketika mendapatkan pengkhianatan orang yang dia sayangi.

Siena menarik napas dalam, dia tidak boleh tenggelam dalam rasa sakit, dia harus bangkit mengambil kembali apa yang menjadi miliknya.

"Aku tidak akan biarkan dia menang."

Dia tahu bahwa kini saatnya menggunakan identitas yang selama ini ia sembunyikan—bahwa dia adalah Siena, putri Adhyaksa yang sebenarnya. Bukan untuk membuktikan sesuatu pada Danu atau Tsania, tapi untuk dirinya sendiri. Dia tidak pantas dipermainkan seperti ini.

Siena berdiri dengan tegar, menghapus air mata terakhir yang jatuh di pipinya. "Ini belum selesai, Tsania. Kamu mungkin sudah mencuri orang-orang yang penting dalam hidupku, tapi aku tidak akan biarkan kamu mencuri siapa diriku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dibalas Pengkhianatan

    “Sie, kenapa nggak dipakai. Ini hadiah papa kamu,” kata Tsania sembari menunjukkan jam tangan mewah hadiah Adyaksa sepulang dari luar negeri. “Kalau kamu suka, pakai saja.” Meski Siena tahu hadiah dari ayahnya harganya tentu tidak murah, tapi dia tidak suka dengan apa pun yang diberi ayahnya. Selama ini Siena hidup dengan dari harta peninggalan ibunya, membayar sekolah juga dari harta ibunya.“Makasih, Sie. Kamu baik banget.” Tsania memeluk Siena kemudian memakai jam tangan itu.Tidak hanya sekali dua kali, bahkan setiap kali ayahnya mengirim barang-barang yang dibeli ketika pergi ke suatu tempat, Siena selalu memberikan barang itu pada Tsania hingga saat mereka bersama, Tsania lah yang tampak seperti putri Adyaksa. Tsania, gadis itulah yang sejak kecil berada di sampingnya. Bi Narsih bekerja di rumah orang tuanya semenjak masih mengandung Tsania, Ibunya bilang karena Bik Narsih hamil tanpa suami merasa kasihan akhirnya menerima lamaran kerja dari Bik Narsih.Pekerjaan Bik Narsih ju

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Penguntit

    Pria berkemeja hitam itu berdiri di sudut taman yang dipenuhi temaram cahaya, dia mengamati dari jauh saat Siena berjalan keluar dari kafe favoritnya. Ia tahu, meski Siena selalu berusaha tampak kuat, tapi gadis itu tetap harus dijaga. Ini adalah tugasnya—menjaga Siena memastikan dia aman dan baik-baik saja. Meski dia tahu Siena mungkin akan marah jika mengetahui bahwa dirinya diam-diam diawasi. Raksa ingat, dulu beberapa bulan yang lalu bahkan Siena sampai memanggil orang-orang dan mengatakan kalau Raksa orang jahat, beruntung Raksa bisa meyakinkan orang-orang sampai dirinya tidak diamuk masa.Sejak beberapa tahun terakhir, Siena memang selalu menghindari kontak dengan siapa pun yang berkaitan dengan ayahnya, termasuk Raksa meski mereka sebenarnya sudah saling kenal sejak kecil. Ayah Raksa adalah orang kepercayaan Adyaksa, karena itulah Siena mengenal Raksa karena seringnya Raksa ikut ayahnya saat ayahnya diundang ke rumah. Dan karena Raksa juga bekerja dengan Adyaksa, Siena membenci

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Karyawan Vs Pewaris

    Gosip-gosip di kantor semakin terdengar tidak nyaman di telinga Siena. Entah apa ayahnya tahu atau tidak yang jelas gossip kalau Tsania adalah anak Adyaksa membuat hati Siena panas, apalagi kabar pertunangan Danu dengan Tsania semakin membuat Siena terjebak dalam perasaan tidak nyaman karena mereka berasumsi sendiri tentang Siena.“Pantas saja Seina ditinggal, Danu lebih memilih anak tunggal Pak Adyaksa dibanding karyawan biasa.”Biasanya, Siena tidak pernah tersinggung jika dia dianggap karyawan biasa karena saat ini dia memang berperan sebagai karyawan di kantor ayahnya. Ya, Siena memang bekerja di kantor cabang milik ayahnya, itu pun karena ayahnya memberi syarat membolehkan dirinya tinggal jauh dari ayahnya asal tetap bekerja di kantor ayahnya dan dia bekerja di sana juga bersama Tsania karena ayahnya juga mempercayakan dirinya pada Tsania.Siena duduk di meja kubikel, menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Pikirannya berkecamuk, berusaha menyatukan potongan-potongan infor

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bukti

    “Lakukan apa pun jika itu membuatmu senang, Sayang.” Adyaksa mendekat lantas mengusap kepala berbungkus kain dengan tangan bergetar. Dalam hati dia panjatkan doa pada Tuhan untuk selalu melindungi dan memberi kebahagiaan pada putrinya. Mata lelaki itu memerah, lantas segera memejamkan mata menahan sesuatu yang hangat keluar melewati lingkaran kecil itu. Siena menunduk, gadis itu hanya menatap sepatunya yang menginjak marmer menampilkan refleksi dirinya berdiri rapuh.“Apa Papa harus melakukan sesuatu?” “Tidak perlu, Pa. Seina hanya minta izin saja, jika Papa keberatan ….”“Sayang, apa Papa pernah keberatan dengan apa pun yang kamu lakukan?”Mendengar ucapan itu, Siena seperti sedang di pukul dengan palu. Andai ayahnya memberi pukulan padanya atau melarangnya dengan keras, mungkin dia tidak merasakan sakit menahan benci dan rindu, tapi ayahnya tidak pernah melarang dan tidak pernah memintanya untuk berada di dekatnya. Siena tidak tahu harus bagaimana, dia hanya terus melanjutkan apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dia Tidak Salah

    “Papa tidak mau orang tahu siapa saya.”“Oh, ibu tahu. Pasti karena papa kamu banyak saingan bisnis makanya kamu disembunyikan.”“Iya, Bu. Makanya nanti saat pernikahan kami, tidak perlu menyebutkan nama Papa. Saat ijab kabul, Papa minta Om Haris untuk jadi wali dan jab kabul dilakukan tertutup saja.”“Jadi, papamu tidak datang?”“Papa tidak bisa datang, ada sesuatu hal yang tidak memungkinkan untuk datang, kecuali … ibu menyembunyikan pernikahan kami, pasti Papa mau datang.” Nimas langsung menggeleng, mana mungkin dia menyembunyikan pernikanan putranya. Tidak mengapa jika Adyaksa tidak datang, yang dia pikirkan bukan tentang pernikahan, tapi tentang masa depan putranya nanti dan juga masa depan bisnisnya.“Pernikahan kalian akan kami gelar secara mewah. Danu itu putra satu-satunya keluarga Cakra Wijaya, pewaris bisnis keluarga, jadi semua orang harus tahu siapa wanita yang dinikahi Danu.” Nimas mengusap punggung tangan Tsania dengan bangga, bagaimana tidak, dia membayangkan jika nan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Terbongkar

    Siena masih menunggu kenapa Danu tidak menghubunginya setelah dia menunjukkan bukti-bukti itu, dia masih berharap pada lelaki itu. Setahun bersama tentu tidak mudah melupakan perasaannya, dia masih sangat cinta pada Danu.Saat masa-masa terpuruknya, Danu datang dengan segala perhatiannya, mana mungkin Siena melupakan begitu saja apalagi keluarga Danu juga sangat menerimanya. Siena bukan orang yang mudah melupakan kebaikan orang lain, dia bukan orang yang mudah lupa hanya dengan satu kesalahan. Andai Danu meminta maaf dan ingin kembali padanya, tentu Siena akan menerima lelaki itu.Siena membaca surat undangan yang dikirim oleh salah satu karyawan di chat pribadinya. Sepertinya temannya itu senang sekali memanasi dirinya. Beberapa kali sengaja mengirim foto Tsania bersama Danu di salah satu pusat perbelajaan, foto yang menunjukkan kedekatan Danu dengan tsania. Tidak lama lagi hari pernikahan mereka, Siena berharap ada keajaiban. Danu melihat bukti itu dan membatalkan pernikahannya. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Sepertinya Saya Sedang Jatuh Cinta

    “Aku mencintai Mas Danu, percayalah, aku tidak bermaksud berbohong.” Tsania menarik lengan kaos Danu, lelaki itu langsung mendorong Tsania dengan jijik.“Tidak bermaksud berbohong tapi kamu jelas-jelas membohongiku.” Danu menendang meja, barang-barang yang berada di meja berhamburan bersamaan suara jerit orang-orang di sana.“Pergi dari sini! jangan perlihatkan dirimu di hadapanku!” Lelaki itu lantas meninggalkan rumah tanpa mempedulikan panggilan orang-orang untuk tetap di rumah. Tidak ada yang bisa menghentikannya.Suasana rumah menjadi tegang, Nimas masih diam karena belum bisa menguasai diri. Tangannya gemetar dan napasnya terengah.Tsania duduk besimpuh di depan Nimas, air mata gadis itu tumpah, wajahnya menunduk tak berani menatap orang-orang di rumah itu. “Maaf, Bu, tapi aku melakukan ini karena aku sangat mencintai Mas Danu.” Tsania sesenggukan, bagaimana bisa dia menerima ini padahal tinggal selangkah lagi dia mencapai tujuannya. Dia ingin tetap keras kepala meminta orang-or

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08
  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Tidak Sesuai Ekspektasi

    “Danu, kita harus menemui Siena, kita masih punya waktu meyakinkan Siena. Pernikahan kamu harus tetap dilaksanakan, tapi kamu harus menikah dengan Siena.” “Aku nggak yakin Siena mau memaafkan aku, Bu.” Tentu saja Danu masih sangat ingat saat Siena mengiba padanya bahkan menunjukkan bukti yang dia abaikan. Baru saja Danu membuka bukti yang diberikan Siena dan bodohnya, kenapa tidak dia buka saat Siena memberikan itu. Dia sendiri tidka tahu kenapa sampai mudah dieprdaya mulut manis Tsania. “Siena masih sangat cinta sama kamu, Danu. Dia pasti akan memaafkan kamu.”Mungkin apa yang dikatakan ibunya benar. Siena sampai datang ke rumahnya hanya untuk menunjukkan bukti itu, tentu karena Siena masih sangat mencintainya. Danu mengambil ponselnya, tangannya mengusap layar mencari nama Siena. Dia mendesah pelan saat melihat nomor konta Siena yang sudah dia blokir. Danu mulai ragu untuk menemui Siena mengingat sudah berapa kali Siena menemuinya dan dia selalu mengabaikannya.“Ayu, kita temui

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-08

Bab terbaru

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bimbang

    “Kenapa kamu bisa masuk?” Siena langsung memakai jilbabnya yang dia lepas tadi. Sungguh tidak sopan lelaki itu tiba-tiba masuk tanpa meminta izin dan … kenapa Raksa bisa masuk padahal tidak punya akses untuk masuk. “Jangan bilang kamu bisa melakukan apa pun karena bantuan papa.”“Saya meminta kartu ini pada Danu.” Raksa menjawab dengan tanpa bersalah, lelaki itu lantas duduk di sofa dengan tenang kemudian mengambil minuman yang tidak disentuh sama sekali oleh Danu dan keluarganya.“Kamu jangan kurang ajar, Raksa. Kembalikan pada saya.” Siena menengadahkan tangannya, tatapannya tajam pada lelaki itu.“Saya tidak akan berikan pada Nona karena saya ditugaskan untuk menjaga nona di sini.”Siena melotot. Orang tua mana yang meminta anaknya tinggal bersama laki-laki. Gila, dia tidak akan biarkan Raksa tinggal di unitnya, apalagi hanya berdua.“Kita bukan mahram, jadi jangan di sini.” “Saya sering melihat Danu keluar masuk tidak masalah. Jadi … seharusnya saya juga bisa seperti itu, apalagi

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Tidak Sesuai Ekspektasi

    “Danu, kita harus menemui Siena, kita masih punya waktu meyakinkan Siena. Pernikahan kamu harus tetap dilaksanakan, tapi kamu harus menikah dengan Siena.” “Aku nggak yakin Siena mau memaafkan aku, Bu.” Tentu saja Danu masih sangat ingat saat Siena mengiba padanya bahkan menunjukkan bukti yang dia abaikan. Baru saja Danu membuka bukti yang diberikan Siena dan bodohnya, kenapa tidak dia buka saat Siena memberikan itu. Dia sendiri tidka tahu kenapa sampai mudah dieprdaya mulut manis Tsania. “Siena masih sangat cinta sama kamu, Danu. Dia pasti akan memaafkan kamu.”Mungkin apa yang dikatakan ibunya benar. Siena sampai datang ke rumahnya hanya untuk menunjukkan bukti itu, tentu karena Siena masih sangat mencintainya. Danu mengambil ponselnya, tangannya mengusap layar mencari nama Siena. Dia mendesah pelan saat melihat nomor konta Siena yang sudah dia blokir. Danu mulai ragu untuk menemui Siena mengingat sudah berapa kali Siena menemuinya dan dia selalu mengabaikannya.“Ayu, kita temui

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Sepertinya Saya Sedang Jatuh Cinta

    “Aku mencintai Mas Danu, percayalah, aku tidak bermaksud berbohong.” Tsania menarik lengan kaos Danu, lelaki itu langsung mendorong Tsania dengan jijik.“Tidak bermaksud berbohong tapi kamu jelas-jelas membohongiku.” Danu menendang meja, barang-barang yang berada di meja berhamburan bersamaan suara jerit orang-orang di sana.“Pergi dari sini! jangan perlihatkan dirimu di hadapanku!” Lelaki itu lantas meninggalkan rumah tanpa mempedulikan panggilan orang-orang untuk tetap di rumah. Tidak ada yang bisa menghentikannya.Suasana rumah menjadi tegang, Nimas masih diam karena belum bisa menguasai diri. Tangannya gemetar dan napasnya terengah.Tsania duduk besimpuh di depan Nimas, air mata gadis itu tumpah, wajahnya menunduk tak berani menatap orang-orang di rumah itu. “Maaf, Bu, tapi aku melakukan ini karena aku sangat mencintai Mas Danu.” Tsania sesenggukan, bagaimana bisa dia menerima ini padahal tinggal selangkah lagi dia mencapai tujuannya. Dia ingin tetap keras kepala meminta orang-or

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Terbongkar

    Siena masih menunggu kenapa Danu tidak menghubunginya setelah dia menunjukkan bukti-bukti itu, dia masih berharap pada lelaki itu. Setahun bersama tentu tidak mudah melupakan perasaannya, dia masih sangat cinta pada Danu.Saat masa-masa terpuruknya, Danu datang dengan segala perhatiannya, mana mungkin Siena melupakan begitu saja apalagi keluarga Danu juga sangat menerimanya. Siena bukan orang yang mudah melupakan kebaikan orang lain, dia bukan orang yang mudah lupa hanya dengan satu kesalahan. Andai Danu meminta maaf dan ingin kembali padanya, tentu Siena akan menerima lelaki itu.Siena membaca surat undangan yang dikirim oleh salah satu karyawan di chat pribadinya. Sepertinya temannya itu senang sekali memanasi dirinya. Beberapa kali sengaja mengirim foto Tsania bersama Danu di salah satu pusat perbelajaan, foto yang menunjukkan kedekatan Danu dengan tsania. Tidak lama lagi hari pernikahan mereka, Siena berharap ada keajaiban. Danu melihat bukti itu dan membatalkan pernikahannya. S

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dia Tidak Salah

    “Papa tidak mau orang tahu siapa saya.”“Oh, ibu tahu. Pasti karena papa kamu banyak saingan bisnis makanya kamu disembunyikan.”“Iya, Bu. Makanya nanti saat pernikahan kami, tidak perlu menyebutkan nama Papa. Saat ijab kabul, Papa minta Om Haris untuk jadi wali dan jab kabul dilakukan tertutup saja.”“Jadi, papamu tidak datang?”“Papa tidak bisa datang, ada sesuatu hal yang tidak memungkinkan untuk datang, kecuali … ibu menyembunyikan pernikahan kami, pasti Papa mau datang.” Nimas langsung menggeleng, mana mungkin dia menyembunyikan pernikanan putranya. Tidak mengapa jika Adyaksa tidak datang, yang dia pikirkan bukan tentang pernikahan, tapi tentang masa depan putranya nanti dan juga masa depan bisnisnya.“Pernikahan kalian akan kami gelar secara mewah. Danu itu putra satu-satunya keluarga Cakra Wijaya, pewaris bisnis keluarga, jadi semua orang harus tahu siapa wanita yang dinikahi Danu.” Nimas mengusap punggung tangan Tsania dengan bangga, bagaimana tidak, dia membayangkan jika nan

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bukti

    “Lakukan apa pun jika itu membuatmu senang, Sayang.” Adyaksa mendekat lantas mengusap kepala berbungkus kain dengan tangan bergetar. Dalam hati dia panjatkan doa pada Tuhan untuk selalu melindungi dan memberi kebahagiaan pada putrinya. Mata lelaki itu memerah, lantas segera memejamkan mata menahan sesuatu yang hangat keluar melewati lingkaran kecil itu. Siena menunduk, gadis itu hanya menatap sepatunya yang menginjak marmer menampilkan refleksi dirinya berdiri rapuh.“Apa Papa harus melakukan sesuatu?” “Tidak perlu, Pa. Seina hanya minta izin saja, jika Papa keberatan ….”“Sayang, apa Papa pernah keberatan dengan apa pun yang kamu lakukan?”Mendengar ucapan itu, Siena seperti sedang di pukul dengan palu. Andai ayahnya memberi pukulan padanya atau melarangnya dengan keras, mungkin dia tidak merasakan sakit menahan benci dan rindu, tapi ayahnya tidak pernah melarang dan tidak pernah memintanya untuk berada di dekatnya. Siena tidak tahu harus bagaimana, dia hanya terus melanjutkan apa

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Karyawan Vs Pewaris

    Gosip-gosip di kantor semakin terdengar tidak nyaman di telinga Siena. Entah apa ayahnya tahu atau tidak yang jelas gossip kalau Tsania adalah anak Adyaksa membuat hati Siena panas, apalagi kabar pertunangan Danu dengan Tsania semakin membuat Siena terjebak dalam perasaan tidak nyaman karena mereka berasumsi sendiri tentang Siena.“Pantas saja Seina ditinggal, Danu lebih memilih anak tunggal Pak Adyaksa dibanding karyawan biasa.”Biasanya, Siena tidak pernah tersinggung jika dia dianggap karyawan biasa karena saat ini dia memang berperan sebagai karyawan di kantor ayahnya. Ya, Siena memang bekerja di kantor cabang milik ayahnya, itu pun karena ayahnya memberi syarat membolehkan dirinya tinggal jauh dari ayahnya asal tetap bekerja di kantor ayahnya dan dia bekerja di sana juga bersama Tsania karena ayahnya juga mempercayakan dirinya pada Tsania.Siena duduk di meja kubikel, menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Pikirannya berkecamuk, berusaha menyatukan potongan-potongan infor

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Penguntit

    Pria berkemeja hitam itu berdiri di sudut taman yang dipenuhi temaram cahaya, dia mengamati dari jauh saat Siena berjalan keluar dari kafe favoritnya. Ia tahu, meski Siena selalu berusaha tampak kuat, tapi gadis itu tetap harus dijaga. Ini adalah tugasnya—menjaga Siena memastikan dia aman dan baik-baik saja. Meski dia tahu Siena mungkin akan marah jika mengetahui bahwa dirinya diam-diam diawasi. Raksa ingat, dulu beberapa bulan yang lalu bahkan Siena sampai memanggil orang-orang dan mengatakan kalau Raksa orang jahat, beruntung Raksa bisa meyakinkan orang-orang sampai dirinya tidak diamuk masa.Sejak beberapa tahun terakhir, Siena memang selalu menghindari kontak dengan siapa pun yang berkaitan dengan ayahnya, termasuk Raksa meski mereka sebenarnya sudah saling kenal sejak kecil. Ayah Raksa adalah orang kepercayaan Adyaksa, karena itulah Siena mengenal Raksa karena seringnya Raksa ikut ayahnya saat ayahnya diundang ke rumah. Dan karena Raksa juga bekerja dengan Adyaksa, Siena membenci

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dibalas Pengkhianatan

    “Sie, kenapa nggak dipakai. Ini hadiah papa kamu,” kata Tsania sembari menunjukkan jam tangan mewah hadiah Adyaksa sepulang dari luar negeri. “Kalau kamu suka, pakai saja.” Meski Siena tahu hadiah dari ayahnya harganya tentu tidak murah, tapi dia tidak suka dengan apa pun yang diberi ayahnya. Selama ini Siena hidup dengan dari harta peninggalan ibunya, membayar sekolah juga dari harta ibunya.“Makasih, Sie. Kamu baik banget.” Tsania memeluk Siena kemudian memakai jam tangan itu.Tidak hanya sekali dua kali, bahkan setiap kali ayahnya mengirim barang-barang yang dibeli ketika pergi ke suatu tempat, Siena selalu memberikan barang itu pada Tsania hingga saat mereka bersama, Tsania lah yang tampak seperti putri Adyaksa. Tsania, gadis itulah yang sejak kecil berada di sampingnya. Bi Narsih bekerja di rumah orang tuanya semenjak masih mengandung Tsania, Ibunya bilang karena Bik Narsih hamil tanpa suami merasa kasihan akhirnya menerima lamaran kerja dari Bik Narsih.Pekerjaan Bik Narsih ju

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status