Share

Omong Kosong

Penulis: Indira Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 21:13:35

Sepulang dari kantor tempatnya bekerja, Siena langsung menuju rumah keluarga Danu, dia ingin menjelaskan kalau Tsania bukan anak Adyaksa agar Danu tidak terjebak oleh tipuan Tsania.

Kenapa bisa mereka percaya dengan ucapan Tsania? Bukti apa yang dibawa Tsania hingga semua orang percaya begitu saja?

Siena mendapat kabar itu dari teman kantornya, hari ini Tsania resign dan alasannya karena ada panggilan kerja lain. Pagi tadi setelah mereka bertemu, Tsania langsung pergi tanpa memberinya penjelasan. Siena belum tahu alasan kenapa orang tua Danu lebih memilih Tsania dari pada dirinya, Danu hanya menuduhnya kalau dia jahat pada Tsania. Dan kini, saat di kantor tiba-tiba berita heboh muncul yang membuat Siena terkejut, bagaimana bisa Tsania mengaku anak Adyaksa, apa karena itu akhirnya keluarga Danu memilih Tsania?

Dia turun dari ojek yang dia tumpangi di depan rumah berpagar tinggi. Pagar tidak tertutup sempurna, ada beberapa mobil mewah berada di halaman rumah itu. Siena pikir, di sana pasti ada acara keluarga, Siena biasa ikut bergabung dengan mereka, bahkan satpam rumah pun menyapanya ramah.

“Mas Danu ada, Pak?” tanyanya pada satpam.

“Lho, kenapa Mbak Siena baru datang? Mereka sudah dari tadi datangnya.” Satpam itu menatap penampilan Siena yang saat ini memakai blazer dan rok panjang serta jilbab pashmina. Siena memang langsung ke sana setelah salat ashar di mushala kantor.

“Memangnya ada acara apa, sih, Pak?” Siena bertanya balik, dia tidak tahu ada acara apa di rumah itu.

“Lha, kan, sekarang acara tunangan Mbak Siena dan Mas Danu. Oalah, Mbak, masa sama acara sendiri lupa. Sudah sana buruan masuk, pasti sudah ditunggu.”

Tunangan? Apa mungkin sekarang Danu dan Tsania bertunangan? Kenapa secepat ini, kenapa Danu tidak menunggunya.

Siena berjalan hingga sampai ke teras rumah, kakinya terhenti ketika melihat Danu dan Tsania berdiri berdampingan. Tangan Tsania melingkat di lengan Danu dan tampak sekali Danu tidak keberatan dengan itu. Siena menekan dadanya yang sesak.

Sebenarnya ada apa ini? Bukankah Danu begitu mencintainya? Apa karena alasan kebohongan Tsania membuat Danu menerima Tsania? Jika benar, Siena sangat kecewa dengan lelaki itu.

Ketika dia melangkah semakin mendekat, Danu melihatnya, lelaki itu tampak berpamitan keluar.

“Sei, aku bisa jelaskan. Ayo, ikut.” Danu menarik tangannya mengajak Siena menjauh. Mereka berjalan menuju sisi bangunan rumah, ada taman di sisi samping rumah.

“Mas, apa ini?” Siena menuntut penjelasan.

“Maaf, aku tidak bisa menolak permintaan ibu. Aku dan Tsania sudah bertunangan.” Danu menunduk, lelaki itu tampak menghela napas. “Mungkin kita memang tidak berjodoh, Sie. Semoga kamu mendapatkan jodoh yang jauh lebih baik dari aku.”

“Kenapa? Apa karena Adyaksa?” Siena menyebut nama ayahnya dengan bibir bergetar. Meski dia masih membenci ayahnya, tapi mendapati kenyataan bahwa ada orang yang mengakui ayahnya sebagai ayah, Seina tidak rela, apalagi orang itu Tsania—anak asisten rumah tangga yang sudah dianggap keluarga.

“Tolong jangan salah paham, Sie. Bukan karena itu, tapi mungkin aku dan Tsania memang ditakdirkan berjodoh.”

Siena tersenyum getir mendengar ucapan Danu. Kenapa bisa Danu percaya pengakuan Tsania sebagai anak Adyaksa, sedang saat ini, tidak mungkin ayahnya datang lantas memberi restu pada pertunangan Tsania. Ayahnya tidak semenganggur itu mengurusi pertunangan anak asisten rumah tangga.

“Tsania bukan anak Adyaksa, dia hanya__”

“Cukup, Sie. Tsania sudah menjelaskan semuanya, kamu hanya iri saja sama dia, padahal selama ini Tsania begitu baik padamu.”

“Apa? Aku tidak salah dengar, Mas?” Siena tertawa, kini suaranya lebih keras. “Dia bukan anak Adyaksa, kalau Mas ingin tahu siapa anak Adyaksa, datang ke kantornya, biasanya hari senin sampai rabu beliau ada di kantor, kalau Mas Danu mau temui beliau, saya punya nomor kontak sekretaris beliau.”

“Tidak perlu, Sie. Tsania sudah mengatakan semuanya, kamu tidak perlu menfitnah Tsania. Sekarang pulanglah, hubungan kita sudah berakhir dan terima kasih atas waktunya.”

Lelaki itu meninggalkan Seina begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

***

Siena menatap pantulannya di cermin dengan tatapan yang kosong. Matanya merah, lingkar hitam semakin jelas di bawah kelopak matanya setelah berhari-hari tidak tidur dengan nyenyak. Segala yang ada di pikirannya hanyalah pengkhianatan dari orang terdekatnya.

"Kenapa, Tsania?" Dia menjerit tertahan, suaranya parau memecah keheningan ruangan itu.

Suara tangis Siena semakin lirih saat pikirannya kembali pada Danu. Rasanya tidak rela. Saat dia butuh keluarga, dia mendatapkannya dari kelurga Danu, saat dia ingin merasakan kasih sayang seorang ibu, dia mendapatkan dari Nimas, saat dia butuh lelaki yang melindunginya, ada Danu yang selalu ada untuknya, tapi kenapa Tsania malah merebutnya.

“Mas Danu, apa aku sebegitu tidak pentingnya untukmu?” Siena berbisik pada dirinya sendiri, suaranya nyaris hilang. "Apa kamu tidak pernah melihatku? Aku ini Siena, yang selalu di sampingmu, yang mencintaimu dengan tulus."

Siena mengingat bagaimana Danu pernah berbicara dengan penuh keyakinan, "Aku tidak peduli dengan statusmu karena aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi aku mencintaimu karena apa yang ada di dirimu."

Namun, kata-kata itu kini terdengar omong kosong saat Danu lebih memilih Tsania dan tipuannya, seolah-olah cinta Siena tidak pernah ada artinya bagi Danu.

“Kenapa semua orang hanya melihat status? Kenapa semua orang hanya peduli dengan kekayaan?” Siena tersedak tangis. “Apa selama ini aku hanya bodoh? Bodoh karena percaya bahwa cinta saja cukup?”

Suara notifikasi ponsel memecah keheningan. Siena mengusap air matanya dengan cepat dan meraih ponselnya.

Di layar, nama Danu muncul. Pesan yang dia kirim singkat, tetapi menusuk lebih dalam daripada belati:

[Aku minta maaf, Siena. Mungkin ini memang yang terbaik. Aku harap kamu bisa mengerti.]

Siena menatap layar ponselnya dengan tak percaya. "Ini yang terbaik? Mengerti? Apa yang harus aku mengerti, Mas?" ucapnya penuh amarah. "Kamu memilih kebohongan Tsania, kamu meninggalkan aku untuk sesuatu yang bahkan kamu sendiri tidak tahu kenyataannya."

Siena melempar ponselnya ke tempat tidur, napasnya memburu, marah bercampur dengan kesedihan yang menyesakkan dada. Kata-kata Danu berputar-putar di kepalanya, membuat luka di hatinya semakin dalam.

"Tsania," bisiknya lagi, kali ini dengan nada getir. "Jadi selama ini kebaikanku kau balas pengkhianatan? Kamu mengambil segalanya dariku—orang-orang yang berarti dalam hidupku, bahkan identitasku."

Seolah tak kuat lagi menahan semuanya, Siena akhirnya terduduk di lantai, membiarkan air matanya tumpah tanpa henti. Perasaan sakit karena cinta yang tidak dihargai dan pengkhianatan orang kepercayaannya benar-benar menghancurkan pertahanannya. Siena merasa tidak ada lagi yang bisa membuatnya berdiri tegak ketika mendapatkan pengkhianatan orang yang dia sayangi.

Siena menarik napas dalam, dia tidak boleh tenggelam dalam rasa sakit, dia harus bangkit mengambil kembali apa yang menjadi miliknya.

"Aku tidak akan biarkan dia menang."

Dia tahu bahwa kini saatnya menggunakan identitas yang selama ini ia sembunyikan—bahwa dia adalah Siena, putri Adhyaksa yang sebenarnya. Bukan untuk membuktikan sesuatu pada Danu atau Tsania, tapi untuk dirinya sendiri. Dia tidak pantas dipermainkan seperti ini.

Siena berdiri dengan tegar, menghapus air mata terakhir yang jatuh di pipinya. "Ini belum selesai, Tsania. Kamu mungkin sudah mencuri orang-orang yang penting dalam hidupku, tapi aku tidak akan biarkan kamu mencuri siapa diriku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Akhir Kisah

    "Kamu jahat, Tsan.""Maaf.""Lihat, apa yang kamu perbuat? Ibu meninggal, Tsan, kenapa kamu tega mencelakai kami, bisa saja kami semua meninggal." Danu meraup kasar wajahnya, matanya memerah, tangan kanannya mencengkeram lengan Tsania. "Aku hanya memberi kalian sedikit pelajaran." Tsania menunduk, dia meringis saat tangan Danu semakin mencengkeram lengannya. "Sedikit katamu? Ibu meninggal, Tsan? Apa yang membuatmu tega melakukannya padahal kami hanya kecewa padamu. Kami tidak melakukan kekerasan.""Kalian menghinaku.""Tidak. Kami tidak menghinamu, kami hanya kecewa padamu dan mengingatkan kalau kamu salah, kamu salah mengambil identitas orang lain agar diterima, padahal identitas kamu tidak buruk.”Ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi. Tsania melakukan segala cara demi mendapatkan keinginannya padahal itu hanya perasaan iri dengki saja. Tsania telah terjebak dalam kubangan perasaan yang tidak bisa dia kendalikan, dia terjebak dalam tipu daya setan. Hanya karena men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bangkit dan Kejar Duniamu

    “Raksa … Raksa …!”Siena memanggil-mangil Raksa yang sedang berada di kamar mandi. Tangannya mengetuk keras hingga membuat lelaki yang masih penuh busa itu terpaksa membuka pintu.“Sayang, ada apa?” jawab Raksa dengan tetap tenang.“Tsania, dia ….” Siena menarik napas kemudian menggeleng. “Tidak mungkin Tsania sekriminal itu.”“Apa pun yang kamu dengar, itu yang terjadi. Aku memang mau mengabari soal Tsania tadi. Setelah aku mandi, kita ke kantor polisi, tadi aku dihubungi polisi untuk dimintai keterangan.”Lelaki itu masuk kembali ke kamar mandi karena belum menyelesaikan mandinya.Siena berjalan mondar-mandir, dia masih belum mengerti kenapa bisa Tsania dan ibunya justru kena masalah di waktu yang sama, dia sebenarnya belum sepenuhnya percaya dengan Narsih yang tega meracuni ibunya. Kenapa sulit mempercayai apa yang terjadi, tapi mungkin inilah yang sebenarnya, Tuhan telah menunjukkan kebenaran.Setelah Raksa selesai mandi dan berganti pakaian, mereka langsung menuju kantor polisi.

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dekat Bukan Berarti Baik

    “Cari lelaki ini sampai ketemu.” Adyaksa meminta orang yang memberikan informasi padanya tentang Surya. Dan … Finally, setelah sepuluh tahun akhirnya menemukan titik terang tentang kematian istrinya dan orang yang membuat putrinya menjauh.Sebenanrya sudah lama sejak istrinya meninggal Adyaksa mencurigai Narsih terlibat, tapi dia tidak punya bukti akurat ditambah lagi kejahatan Narsih sepertinya tersusun rapi hingga tidak mudah bagi Adyaksa menemukan bukti dan juga alasan putrinya yang saat itu begitu dekat dengan Narsih.Awalnya kasus kematian istrinya dia bawa ke polisi, tapi karena kesibukannya, dia menarik kasus itu apalagi semenjak putrinya semakin dekat dengan Narsih. Adyaksa sempat mengira kalau kecurigaanya tidak benar. Namun, setelah Narsih dan Tsania berhenti bekerja dan memilih pergi dari rumahnya, Adyaksa kembali mencari informasi tentang Narsih dan Tsania. Awalnya dia ingin mencari tahu alasan Tsania merebut Danu, tapi dia curiga kalau ada sesuatu hal lain yang membuat Na

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Jebakan

    Raksa berdiri mematung, pandangannya menyapu sekeliling. Lelaki itu sudah tidak ada. Dia yakin benar tadi melihat sosok misterius menyeret Narsih menjauh dengan kecepatan yang membuatnya hampir tak percaya. Bayangan lelaki itu menghilang di lorong gelap menuju tangga darurat. Sepertinya lelai itu sudah mengintai sejak awal dan sudah tahu situasi di sana.Raksa mengepalkan tangan, frustrasi. "Dia terlalu cepat," gumamnya, melangkah menyusuri lorong untuk mencoba mencari jejak. Namun, tidak ada yang tersisa kecuali suara langkah kakinya sendiri.Raksa mengambil ponselnya pantas melakukan panggilan telepon. “Buat opsi kedua, kemungkinan mereka menuju silang.” Raksa memberi kode lantas mematikan ponselnya.Sementara itu, lelaki misterius itu dengan sigap membawa Narsih ke sebuah mobil yang sudah menunggu di belakang gedung. Wajah Narsih pucat pasi, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya ada ketakutan yang terpancar jelas di matanya."Tenang, aku tidak akan membiarkan mereka men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Pengkhianatan Terungkap

    Siena sedang duduk di ruang tamu rumahnya, jemarinya sibuk membuka dokumen-dokumen kecil terkait pekerjaannya. Raksa belum pulang, dan dia merasa ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan beberapa hal. Namun, suasana tenang itu terusik saat bel pintu berbunyi.Siena bangkit dengan sedikit enggan, membuka pintu, dan langsung mendapati Tsania berdiri di sana dengan senyum tipis yang penuh arti.“Tsania?” Siena menatapnya penuh curiga. “Kenapa kamu ke sini?” Seingat Siena, sejak kematian Nimas waktu itu, Tsania tidak lagi datang karena polisi mulai menyelidiki penyebab kecelakaan. Meski Siena mendengar dari tante Mona kalau Tsania ada hubungannya dengan kecelakaan itu, tapi Siena masih tidak mempercayai karena menurutnya Tsania tidak akan melakukan hal criminal. “Aku cuma ingin bicara sebentar,” Tsania menjawab santai, melirik ke dalam rumah Siena dengan pandangan sinis. “Tidak lama kok, hanya lima menit.”Siena menghela napas, merasa enggan, tapi akhirnya mengizinkan Tsania masuk. Wanit

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bukan Karena Kewajiban

    Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar mendekat. Siena mendongak, terkejut melihat Raksa berdiri tak jauh darinya. Wajah lelaki itu tegang, matanya seperti menyala. Dalam sekejap, Raksa melangkah mendekat, tangannya meraih pergelangan Siena dengan gerakan yang membuatnya tersentak.Hujan rintik-rintik mulai membasahi tanah pemakaman, menambah suasana kelabu yang sudah menyelimuti tempat itu. Saat itu Siena memang berdiri di dekat Danu, menatap tanah basah tempat Nimas baru saja dimakamkan. Hatinya terasa berat melihat kesedihan Danu yang tak henti menunduk, wajahnya sendu, tapi tetap tegar.“Siena, kita pulang,” ucap Raksa, nada suaranya rendah, tapi penuh penekanan.“Raksa—” Siena mencoba menarik tangannya, tapi genggaman Raksa terlalu kuat. “Tunggu, aku belum selesai di sini.”Raksa mengabaikannya. Tanpa banyak bicara, dia menarik tangan Siena, langkahnya cepat dan pasti. Danu yang menyadari apa yang terjadi langsung maju, mencoba menghentikan Raksa.“Raksa, tunggu!” Danu berseru.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status