Share

9. Aqilla dan Raffa

["Aku udah siap, Tan. Kamu dimana?"]

["Oke, tunggu bentar La. Udah OTW ni,"]

["Sip. Jangan lama-lama ya,"]

Aqilla menghentikan percakapannya dengan Tandi ditelepon, matanya menatap beberapa tumpukan barang yang ada dihadapannya.

"Hhufft, lumayan banyak juga ya," gumam Aqilla.

Aqilla melangkah ke depan kosan untuk menunggu kedatangan Tandi hari ini Aqilla sedang off dan ia berencana untuk pindah kosan, dia meminta bantuan Tandi untuk mengangkut barang-barangnya menggunakan mobil LV milik perusahaan. Setelah menunggu beberapa saat Tandi akhirnya tiba, mereka segera mengangkat barang ke mobil dan meluncur ke kosan Aqilla yang baru.

"Duh. Maaf ya, La. Nggak bisa bantuin kamu masukin barang ke dalam, udah di cari pak bos ada yang urgent." Tandi meletakkan dus yang terakhir di atas tumpukkan barang yang lainnya.

"Nggak papa, Tan. Makasih banyak ya, buruan gih ntar dicariin pak Solidi.

Tandi bergegas masuk ke dalam mobil, dan melaju meninggalkan Aqilla. Aqilla mengangkat dus pertama, berjalan ke arah lorong kosan  mirip seperti barak yang terdiri dari tiga puluh kamar saling berhadapan lima belas di sisi kiri dan lima belas di sisi kanan. Aqilla berhenti di depan kamar nomor dua, membuka pintu lalu meletakkan dus itu di dalam. Sempat terdengar siulan nakal beberapa laki-laki yang sedang berkumpul tepat di depan kamar Aqilla.

Mata Aqilla tertuju pada satu laki-laki namun teguran dari sahabat lelaki itu mengalihkan pandangannya.

"Pindahan, La."

"Iya," sahut Aqilla pada Nata.

"Perlu bantuan, La. Nih, ada yang nganggur." Nata menyenggol bahu Raffa.

"Nggak, makasih." Aqilla berlalu pergi.

Aqilla membungkuk untuk mengangkat dus kedua, tiba-tiba ada tangan seseorang yang menyentuh dus itu sehingga tangan mereka bersentuhan.

"Sini, aku bantu."

Raffa langsung mengangkat dus itu dan membawanya ke kamar Aqilla, Aqilla hanya tertegun memandang punggung Raffa. Dari arah Raffa berjalan muncul Nata dan Irwan, mereka kemudian membantu Aqilla mengangkut barang-barangnya ke kamar kosannya.

"Udah habis, La. Nggak ada lagi di sana." Irwan meletakkan dus terakhir ke dalam kamar Aqilla.

"Makasih banyak, ya. Oya, tunggu sini bentar aku cari minum dulu, ya."

Ketiga laki-laki itu mengangguk sambil mengelap keringat yang bercucuran di tubuh masing-masing, Aqilla bergegas menuju warung yang berada di depan kosan. Lima menit kemudian Aqilla kembali membawa empat botol air mineral dingin dan satu bungkus rokok.

"Kalian nggak kerja?" Aqilla memandang satu per satu wajah mereka untuk mencari jawaban.

"Kita lagi off, ini lagi main ke kosan mas Budi." Nata menunjuk kamar yang berada di depan kamar Aqilla.

"Oh,'' jawab Aqilla.

"Eh, kita balik ke mas Budi dulu ya," pamit Irwan.

"Oke, makasih banyak ya," balas Aqilla.

Ketiga lelaki itu kembali ke kamar mas  Budi, sepeninggalan mereka bertiga Aqilla melanjutkan kegiatan merapikan dan menata kosan yang baru. Dari seberang kamar Raffa terus memperhatikan Aqilla, hasrat hatinya ingin membantu Aqilla namun rasa malu dan gengsinya lebih besar lagi dari hasratnya.

Hari sudah semakin gelap Aqilla bergegas memasang lampu  agar tak diliputi oleh kegelapan, tubuh kecilnya tak bisa membuat bohlam itu terpasang pada tempatnya. Aqilla mengambil kardus berisi bantal dan pakaian menumpuk jadi dua susun dan berdiri diatasnya.

Bohlam itu hampir terpasang namun sayang kardus yang dipijaknya tak mampu menahan berat dari tubuh Aqilla. Kardus pun ambruk, tubuh kecil Aqilla pun ikut terjatuh bersamaan dengan suara bohlam yang pecah menghantam lantai. Beruntung Aqilla terjatuh pada pelukan seseorang.

"Kamu jadi cewek ceroboh banget!" Raffa menurunkan tubuh Aqilla.

Tubuh Aqilla masih bergetar keringat dingin bercucuran mengingat hal buruk yang hampir terjadi. Raffa keluar dari kosan setelah menurunkan tubuh Aqilla, beberapa saat kemudian ia kembali membawa bohlam yang baru dan memasangnya.

Aqilla membersihkan serpihan bohlam yang pecah, tubuhnya bergidik saat menatap kembali serpihan bohlam yang ada di dalam plastik sampah. Hampir saja serpihan-serpihan itu tertancap manis di tubuhnya.

"Makasih." Aqilla memecah keheningan yang terjadi.

Raffa tak menjawab ia hanya menatap Aqilla beberapa saat setelah itu ia memegang salah satu kardus  Aqilla.

"Ini ditaruh dimana?" Raffa menatap Aqilla untuk sebuah jawaban.

"Nggak usah, aku bisa sendiri kok. kamu pulang deh, udah malam." Aqilla memegang kotak ditangan Raffa dan berusaha mengambilnya kembali.

"Kamu jadi cewek keras kepala banget kayak batu!" Raffa tetap mempertahankan kardus itu.

"Daripada kamu dingin kayak es batu, nggak ada hangat-hangat romannya pantas nggak ada cewek yang mau!" Aqilla membesarkan kedua bola matanya.

"Termasuk kamu." Raffa menatap kedua bola mata Aqilla.

"Iya," ucap Aqilla.

Raffa meletakkan kembali kardus itu ke lantai. "Aku balik, maaf mengganggu."

"Fa!"

Raffa tak menghiraukan panggilan Aqilla ia terus melangkah pulang menuju ke Mes.

"Dasar es batu," gumam Aqilla saat Raffa sudah menghilang.

Nata dan Irwan sedang asyik bersenandung di dalam sebuah kamar yang ada di mes PT. BIMA, suara Irwan dan Nata begitu menyatu dengan petikan gitar dari Nata mereka lebih dulu pulang ke Mes meninggalkan Raffa yang masih bertahan di kosan Budi.

"BRAAK."

Raffa tiba-tiba muncul dan membuka pintu dengan kasar lalu menelungkupkan tubuhnya di kasur. Nata dan Irwan saling pandang keheranan.

"Teman kamu lagi PMS lagi ya Wan," bisik Nata pada Irwan.

"Mungkin," sahut Irwan pelan, keduanya tersenyum geli.

Sementara Raffa membenamkan kepalanya pada sebuah bantal dan berusaha membuang bayangan wajah Aqilla dari dalam pikirannya. Entah mengapa bayangan wajah Aqilla selalu menghantui pikiran Raffa semenjak ia membentak gadis itu di kantin.

Raffa mengenal Aqilla saat gadis itu bekerja sebagai waiters di kantin perusahaan, senyumnya yang manis membuat Raffa mulai menyukainya namun sikap centil gadis itu kepada setiap orang membuat Raffa tak menyukainya apalagi ada angin buruk yang berhembus mengabarkan kabar yang tidak baik tentang Aqilla membuat Raffa urung untuk menyukai Aqilla.

Satu bulan lebih Raffa tak pernah melihat gadis itu lagi, gadis yang selalu menggodanya ketika ia akan mengambil makanan di kantin hingga akhirnya mereka bertemu saat di halte bis karyawan dan ternyata gadis itu sudah bekerja di workshop.

Raffa awalnya risih dan merasa terganggu setiap kali di goda oleh Aqilla namun semenjak gadis itu tak ada di kantin tiba-tiba ia justru malah merindukan godaan dari Aqilla, namun kini Aqilla justru cuek dan ketus padanya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status