Share

Bab 3

Author: Pelangi
"Itu jelas nggak bisa! Jangan sampai ada nyawa yang melayang gara-gara ini!"

Aku menatap Ezra dengan kaget dan buru-buru menghentikan ide gilanya.

Meski begitu, kesetiaan Ezra membuat hatiku terasa hangat.

Melihat tekad di wajah Ezra, aku tahu usahaku selama ini tidak sia-sia. Dia memang orang kepercayaanku.

"Ibu, tenang saja! Masalah ini nggak ada hubungannya sama Ibu. Aku nggak akan menyeret Ibu ke masalah ini."

Ezra berkata dengan serius, wajahnya penuh ketegasan.

"Ezra, jangan bahas ini lagi."

Nada bicaraku tetap tegas, menunjukkan ketidaksukaanku.

Perasaanku pada Asyer sudah lama hilang. Tidak perlu mengorbankan diri demi hubungan yang sebenarnya sudah hancur.

Namun, melihat Asyer yang masih berpura-pura peduli, tiba-tiba muncul keinginan dalam diriku untuk bercerai.

Sayangnya, kalau hanya bercerai rasanya terlalu mudah buat Asyer, si brengsek itu!

Mataku melirik ke arah Ezra yang muda dan bertenaga.

Sebuah rencana perlahan muncul dalam pikiranku.

"Ibu, aku tadi buru-buru ke sini. Boleh aku ke kamar mandi dulu?"

Ezra tampak bingung melihat tatapanku, lalu menunduk dengan ekspresi agak canggung.

"Silakan."

Aku meliriknya sekilas, lalu melambaikan tangan untuk menyuruhnya pergi.

Sepuluh menit kemudian, Ezra datang membawa semangkuk kopi.

"Ibu, coba minum kopinya."

Ezra berkata dengan nada datar.

"Ya."

Aku menjawab dengan lirih.

Aku mengangkat cangkir dan menyesap sedikit. Rasa pahit langsung menusuk kepalaku.

Namun, setelah itu, rasa pening di kepala mulai mereda dan tubuhku terasa agak ringan.

"Ezra, menurutmu bagaimana kalau aku cerai dari suamiku?"

Aku menyesap lagi dan bertanya lirih.

"Ibu, apa pun keputusan Ibu, aku akan dukung. Ibu suruh apa, aku siap."

Ezra menatapku dengan penuh kekaguman.

Mendengar itu, aku yakin dalam hati. Memang, Ezra tak bisa disamakan dengan Asyer.

Saat aku sedang berpikir bagaimana menjalankan rencanaku, tiba-tiba ada rasa hangat membuncah dari dalam tubuhku.

"Panas."

Tanpa kusadari, rona merah merebak di wajahku, dan pandanganku mulai tak fokus.

"Ibu, terasa panas di sana?"

Ezra mendekat sangat dekat dengan wajahku, menyeringai penuh maksud.

"Ezra, kamu menaruh sesuatu dalam minumanku, ya?"

Aku menatap wajahnya dengan marah dan tajam menyelidik.

Menghadapi pertanyaanku, Ezra tetap tenang dan menjawab dengan nada datar, "Ibu, aku ini sedang menolong Ibu. Ibu nggak akan menang dari Pak Asyer. Kalau Ibu mau selamat, Ibu harus menjauh dari dia."

"Ezra! Dasar anak durhaka!"

Tubuhku mulai terasa hangat dan lemas, wajahku makin merah. Dengan sekuat tenaga, aku berteriak.

Aku benar-benar tidak menyangka, anak angkatku ini justru mengkhianatiku.

Saat aku ingin melontarkan lebih banyak makian padanya, tubuhku tak lagi bisa kukendalikan, panas, gelisah, dan tak tenang.

"Ibu, sejak kecil, aku sudah terpesona pada sosokmu."

Ezra berkata dengan nada datar, tanpa ragu.

Saat ini, dia tak menyembunyikan apa pun lagi.

Belum selesai bicara, tubuhnya yang kekar sudah menekanku ke meja kerja kayu itu.

Gaun tidur hitam dengan tali tipis ini, benar-benar tak mampu menutupi tubuhku.

Salah satu talinya bahkan sudah melorot, memperlihatkan kulit putih mulus di bagian dada, beserta gunung yang tampak penuh dan menggoda, sepenuhnya tertangkap oleh mata Ezra. Di dalam hatinya, muncul dorongan liar yang menghantam pikirannya dengan kuat.

Saat ini, tatapannya membara, pikirannya dipenuhi hasrat, dan otaknya dalam kondisi sangat terangsang.

"Haha, memang Pak Asyer yang paling sayang sama aku. Tugas mendampingi Ibu seindah ini sampai dipercayakan padaku. Seperti kata orang-orang, yang enak-enak memang sebaiknya dinikmati sendiri!"

Ekspresi wajah Ezra berubah drastis dari biasanya yang tampak lembut, kini, dia terlihat seperti seseorang yang tersesat dalam obsesinya, mata dipenuhi niat gelap, senyum seringai tergurat di bibirnya, dan aura dingin menyelimuti wajahnya.

"Ezra, jangan ...."

Kesadaranku mulai kabur dan aku hanya bisa memohon padanya dengan lemah.

"Ibu, aku mulai."

Tatapan Ezra membara saat tangannya bergerak bebas di tubuhku, tanpa sedikit pun menahan diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 8

    Asyer memandangku dengan ekspresi lelah."Nggak masalah."Aku melirik saldo di aplikasi bank milikku. Begitu melihat uang itu sudah masuk, aku langsung masuk ke kamar sebelah dan kembali dengan membawa kartu memori."Kamu sudah buat salinannya, 'kan?"Asyer menerima kartu memori itu dengan raut curiga."Asyer, kamu masih belum sadar juga situasinya sekarang? Sekalipun aku punya salinan, kamu bisa apa?"Aku menatapnya dengan sinis, dalam hati, aku benar-benar muak dengan sifat Asyer.Menghadapi peringatanku yang sejujur itu, ekspresi Asyer berubah, kadang pucat, kadang merah, terlihat sangat tertekan."Fay, besok kita urus perceraian."Tatapannya penuh amarah saat bicara dengan nada sedingin es."Oke, kamu boleh enyah dari sini."Aku menjawab dengan nada dingin, tak menyembunyikan rasa jengkelku.Aku tak ingin bersikap ramah pada Asyer, bahkan tak sudi bersamanya lama-lama.Dengan ekspresi masam, dia memungut pakaiannya, buru-buru memakainya dan melenggang pergi.Setelah beres urusan de

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 7

    Lima menit kemudian, efek obatnya benar-benar bekerja. Dua orang itu pun terlibat dalam kejadian yang melampaui batas pertemanan.Pemandangannya terlalu indah untuk aku lihat, jadi aku langsung keluar kamar untuk menenangkan pikiran.Dua jam kemudian, saat aku kembali, aku bertanya pada Ali dan dia memberitahuku kalau kejadian di kamar sebelah sudah selesai."Pergi bangunkan mereka. Suruh pakai baju seadanya."Ekspresi jijik muncul di wajahku yang pucat.Aku sama sekali tidak ingin melihat adegan yang bisa membuat mata rusak."Baik."Ali dan Fino mengangguk, lalu pergi menjalankan tugas.Tadi mereka sempat mengintip sebentar dan sekarang di mata mereka tampak rasa takut.Efek obatnya benar-benar terlalu kuat. Aksi antara Ezra dan Asyer sangat hebat, sampai tubuh Ezra sama sekali tak mampu melawan, terus-menerus didominasi oleh Asyer."Bu Fay, mereka berdua sudah bangun."Fino bicara dengan suara pelan penuh rasa takut."Hmm."Aku mengangguk singkat.Begitu aku melangkah ke kamar sebela

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 6

    Kalau cuma aku sendiri, dia masih sempat punya niat kecil. Namun, begitu lihat Ali dan Fino, dia langsung patah semangat.Setengah jam kemudian, Ali dan Fino sudah menyembunyikan semua barang. Aku mengecek peralatan di ruangan sebelah. Semua itu bisa memindahkan gambar dan suara dengan sempurna."Ezra, kamu bisa kasih tahu nomor kamar hotel ke Asyer sekarang. Ingat, jangan macam-macam. Oh, ya, nanti kasih dia minum botol ini. Yang satu lagi aman, tenang saja."Aku menatap Ezra dengan serius sambil menyerahkan dua botol air padanya."Tenang saja, Ibu. Demi uang, aku akan pastikan dia minum air ini."Ezra bersumpah penuh keyakinan."Ezra, kamu harus sadar, satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu itu aku. Kalau kamu merusaknya, siap-siap masuk penjara."Nada bicaraku terdengar dingin, penuh tekanan.Sebenarnya, aku agak khawatir dia akan gagal.Namun, aku juga sudah siapkan rencana cadangan."Aku pasti selesaikan tugas ini," jawab Ezra dengan ekspresi waspada.Melihat aku begitu serius lag

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 5

    "Oke." Ezra cepat-cepat mengangguk dan menuruti perintahku.Dia langsung mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sebuah pesan dengan cepat. Setelah selesai, dia bahkan menunjukkan isi pesannya padaku untuk dikonfirmasi. Baru setelah aku mengangguk, dia mengirimkannya.Meski Ezra menyatakan ingin bekerja sama denganku, ekspresiku tetap tanpa datar. Namun, di dalam hati, aku masih waspada padanya."Serahkan sisa obat itu padaku." Aku tetap dengan ekspresi dingin, memberi perintah."Ibu, obatnya ada di dalam tas." Ezra menunjuk ke arah tas di lantai.Aku menatapnya sejenak, lalu berjalan mengambil tas tersebut.Segera, aku menemukan sebuah botol kecil di dalamnya. Tatapanku seketika menjadi dingin.Inilah benda yang nyaris membuatku kehilangan kendali tadi."Bibi Uut, bisa bantu carikan dua orang yang benar-benar bisa dipercaya?" Setelah berpikir sejenak, aku melangkah ke sisinya dan berbisik pelan."Nyonya Fay, bagaimana kalau dua anak laki-lakiku?" Tatapan Uut tampak serius dan yakin.Selam

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 4

    Perasaan nikmat itu membuat Ezra kehilangan kendali dan tertawa puas tanpa merasa bersalah, sampai-sampai dia sama sekali tak sadar bahwa pintu ruang kerja sudah terbuka secara diam-diam.Tiga jam kemudian, seiring efek obat yang mulai menghilang, aku perlahan sadar kembali. Tubuhku mulai gemetar ringan.Aku sempat mengira sudah dirusak oleh Ezra dan air mata nyaris jatuh dari mataku."Nyonya Fay, Nyonya baik-baik saja?"Suara perempuan yang agak serak tiba-tiba terdengar.Aku sangat familier dengan suara itu.Itu suara Uut, ART kami!Aku mengikuti sumber suara, lalu melihat Uut berdiri di sana dengan ekspresi tegang, memegang erat sebuah pisau dapur.Di hadapannya, Ezra berdiri membatu di sudut ruangan, wajahnya pucat pasi. Di lengannya tampak darah yang cukup banyak, bahkan lantai pun juga ternoda.Ternyata, tadi Uut melihat Ezra diam-diam menaruh bubuk putih ke dalam kopi di dapur dan merasa ada yang tidak beres.Saat Ezra naik ke atas, Uut pun mengikutinya diam-diam. Lalu, kebetula

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 3

    "Itu jelas nggak bisa! Jangan sampai ada nyawa yang melayang gara-gara ini!"Aku menatap Ezra dengan kaget dan buru-buru menghentikan ide gilanya.Meski begitu, kesetiaan Ezra membuat hatiku terasa hangat.Melihat tekad di wajah Ezra, aku tahu usahaku selama ini tidak sia-sia. Dia memang orang kepercayaanku."Ibu, tenang saja! Masalah ini nggak ada hubungannya sama Ibu. Aku nggak akan menyeret Ibu ke masalah ini."Ezra berkata dengan serius, wajahnya penuh ketegasan."Ezra, jangan bahas ini lagi."Nada bicaraku tetap tegas, menunjukkan ketidaksukaanku.Perasaanku pada Asyer sudah lama hilang. Tidak perlu mengorbankan diri demi hubungan yang sebenarnya sudah hancur.Namun, melihat Asyer yang masih berpura-pura peduli, tiba-tiba muncul keinginan dalam diriku untuk bercerai.Sayangnya, kalau hanya bercerai rasanya terlalu mudah buat Asyer, si brengsek itu!Mataku melirik ke arah Ezra yang muda dan bertenaga.Sebuah rencana perlahan muncul dalam pikiranku."Ibu, aku tadi buru-buru ke sini.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status