Share

Bab 2

Author: Pelangi
"Ah! Maaf, Ibu. Aku nggak sengaja."

Setelah aku mengingatkannya, barulah Ezra sadar kalau satu tangannya sedang menekan bagian montok tubuhku. Dia buru-buru memberi penjelasan dengan ekspresi panik.

"Ezra, Ibu tahu kamu nggak sengaja. Tapi tolong, turunkan Ibu dulu, ya."

Wajahku terasa panas karena malu, tubuhku juga sudah mulai sensitif. Aku takut kalau dibiarkan lebih lama, aku akan mempermalukan diri sendiri di hadapan Ezra, jadi aku langsung memintanya.

"Ya, Ibu."

Ezra segera membantu menurunkanku ke sofa dan memposisikan aku tengkurap.

Namun, begitu aku menoleh, aku justru melihat tatapan Ezra yang terpaku pada bagian pantatku yang bulat dan padat, dengan garis lekuk yang dalam. Tatapannya penuh gairah.

Itu membuatku gemetar dalam hati, tetapi anehnya, tubuhku justru merasakan kepuasan.

Begitu teringat bahwa dia adalah anak angkatku dan pikirannya dipenuhi oleh diriku, aku merasa ini menggoda, tetapi juga merasa bersalah.

Apalagi, aku masih punya suami.

Begitu memikirkan itu, aku mulai tenang dan suaraku pun berubah dingin.

"Ezra, aku ini ibu angkatmu!"

Ezra bisa merasakan perubahan sikapku yang jadi dingin dan langsung panik. "Tapi, Ibu bukan ibu kandungku."

Ucapannya membuatku terdiam. Saat aku masih bingung mau jawab apa, dia kembali bicara.

"Ibu, aku tahu mau Ibu bilang soal Pak Asyer, suami Ibu, tapi dia sendiri punya simpanan, bahkan punya anak dari perempuan lain."

Sambil berkata begitu, dia menyerahkan sebuah map dokumen padaku.

"Ibu, semua bukti ada di dalam. Asyer sudah nggak bisa dipercaya lagi. Ceraikan dia dan nikah sama aku. Aku bersumpah, aku akan menjaga Ibu dengan sepenuh hati ...."

Nada suara Ezra terdengar terburu-buru, tetapi tegas.

Namun, sebelum Ezra selesai bicara, aku langsung menyelanya.

"Ezra, cukup. Jangan bicara lagi!"

Saat ini, hatiku benar-benar kacau. Aku tak mau dengar satu kata pun lagi karena rasanya seperti harga diriku diinjak-injak olehnya!

Setiap ucapannya, seolah sedang menyindirku, seolah aku ini perempuan murahan.

Padahal, aku sudah tahu sejak lama kalau Asyer punya simpanan di luar sana.

Perempuan simpanannya bahkan punya anak dari hubungan mereka, tapi Asyer tak berani membawanya pulang!

Karena ....

"Ibu, aku pergi dulu."

Melihat aku mulai marah, Ezra sempat ragu, tetapi akhirnya tetap pergi juga.

"Pergilah."

Aku menjawab sambil mengibaskan tanganku, kesal dan bingung.

Soal Asyer punya anak di luar sana, sudah seperti duri yang makin lama makin menusuk di hati.

Satu minggu pun berlalu begitu saja.

Ezra mengirimiku pesan setiap hari, menyatakan perasaannya padaku.

Sampai tadi malam, dia tiba-tiba bilang maaf dan mengatakan akan datang ke rumah pagi ini untuk berpamitan.

Dia bilang dia akan pergi lantaran merasa kehadirannya membuat suasana hatiku buruk. Dia tak ingin aku terus merasa tertekan.

Sejak bangun tidur hingga sekarang, pikiranku benar-benar kacau. Gelisah, tak tenang, dan kenangan bersama Ezra terus terputar di benakku.

Suami yang tampak baik di luar, tetapi dingin di dalam, dan Ezra, pria muda yang menunjukkan ketulusan.

Aku harus memilih yang mana?

Tanpa terasa sudah pukul sepuluh pagi. Aku masih mengenakan gaun tidur hitam berbahan sutra, bahkan tak terpikir untuk berganti pakaian. Aku hanya duduk diam di sofa, menunggu Ezra datang.

"Ding dong!"

Begitu bel rumah berbunyi, Uut, si ART, langsung membukakan pintu.

"Ibu, aku datang."

Wajah Ezra tampak merah dan keringat membasahi dahinya.

Begitu melihatku, dia sekilas melirik. Saat melihatku dalam balutan pakaian tidur yang cukup seksi, sorot matanya langsung berubah.

Namun, aku tak melihat tatapan itu dan malah langsung membawanya ke ruang kerja. Aku tak ingin Uut mendengar percakapanku dengan Ezra.

"Ibu, maafkan aku!"

"Aku nggak ingin membuat Ibu bingung, tapi aku benaran nggak bisa mengendalikan perasaanku."

"Segala yang kumiliki adalah berkat Ibu. Aku akan menyingkirkan wanita dan anak itu supaya Pak Asyer nggak lagi tergoda! Dengan begitu, dia pasti akan kembali pada Ibu."

Nada suara Ezra menjadi dingin dan sorot matanya menunjukkan tekad yang mengerikan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 8

    Asyer memandangku dengan ekspresi lelah."Nggak masalah."Aku melirik saldo di aplikasi bank milikku. Begitu melihat uang itu sudah masuk, aku langsung masuk ke kamar sebelah dan kembali dengan membawa kartu memori."Kamu sudah buat salinannya, 'kan?"Asyer menerima kartu memori itu dengan raut curiga."Asyer, kamu masih belum sadar juga situasinya sekarang? Sekalipun aku punya salinan, kamu bisa apa?"Aku menatapnya dengan sinis, dalam hati, aku benar-benar muak dengan sifat Asyer.Menghadapi peringatanku yang sejujur itu, ekspresi Asyer berubah, kadang pucat, kadang merah, terlihat sangat tertekan."Fay, besok kita urus perceraian."Tatapannya penuh amarah saat bicara dengan nada sedingin es."Oke, kamu boleh enyah dari sini."Aku menjawab dengan nada dingin, tak menyembunyikan rasa jengkelku.Aku tak ingin bersikap ramah pada Asyer, bahkan tak sudi bersamanya lama-lama.Dengan ekspresi masam, dia memungut pakaiannya, buru-buru memakainya dan melenggang pergi.Setelah beres urusan de

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 7

    Lima menit kemudian, efek obatnya benar-benar bekerja. Dua orang itu pun terlibat dalam kejadian yang melampaui batas pertemanan.Pemandangannya terlalu indah untuk aku lihat, jadi aku langsung keluar kamar untuk menenangkan pikiran.Dua jam kemudian, saat aku kembali, aku bertanya pada Ali dan dia memberitahuku kalau kejadian di kamar sebelah sudah selesai."Pergi bangunkan mereka. Suruh pakai baju seadanya."Ekspresi jijik muncul di wajahku yang pucat.Aku sama sekali tidak ingin melihat adegan yang bisa membuat mata rusak."Baik."Ali dan Fino mengangguk, lalu pergi menjalankan tugas.Tadi mereka sempat mengintip sebentar dan sekarang di mata mereka tampak rasa takut.Efek obatnya benar-benar terlalu kuat. Aksi antara Ezra dan Asyer sangat hebat, sampai tubuh Ezra sama sekali tak mampu melawan, terus-menerus didominasi oleh Asyer."Bu Fay, mereka berdua sudah bangun."Fino bicara dengan suara pelan penuh rasa takut."Hmm."Aku mengangguk singkat.Begitu aku melangkah ke kamar sebela

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 6

    Kalau cuma aku sendiri, dia masih sempat punya niat kecil. Namun, begitu lihat Ali dan Fino, dia langsung patah semangat.Setengah jam kemudian, Ali dan Fino sudah menyembunyikan semua barang. Aku mengecek peralatan di ruangan sebelah. Semua itu bisa memindahkan gambar dan suara dengan sempurna."Ezra, kamu bisa kasih tahu nomor kamar hotel ke Asyer sekarang. Ingat, jangan macam-macam. Oh, ya, nanti kasih dia minum botol ini. Yang satu lagi aman, tenang saja."Aku menatap Ezra dengan serius sambil menyerahkan dua botol air padanya."Tenang saja, Ibu. Demi uang, aku akan pastikan dia minum air ini."Ezra bersumpah penuh keyakinan."Ezra, kamu harus sadar, satu-satunya yang bisa menyelamatkanmu itu aku. Kalau kamu merusaknya, siap-siap masuk penjara."Nada bicaraku terdengar dingin, penuh tekanan.Sebenarnya, aku agak khawatir dia akan gagal.Namun, aku juga sudah siapkan rencana cadangan."Aku pasti selesaikan tugas ini," jawab Ezra dengan ekspresi waspada.Melihat aku begitu serius lag

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 5

    "Oke." Ezra cepat-cepat mengangguk dan menuruti perintahku.Dia langsung mengeluarkan ponsel dan mengetikkan sebuah pesan dengan cepat. Setelah selesai, dia bahkan menunjukkan isi pesannya padaku untuk dikonfirmasi. Baru setelah aku mengangguk, dia mengirimkannya.Meski Ezra menyatakan ingin bekerja sama denganku, ekspresiku tetap tanpa datar. Namun, di dalam hati, aku masih waspada padanya."Serahkan sisa obat itu padaku." Aku tetap dengan ekspresi dingin, memberi perintah."Ibu, obatnya ada di dalam tas." Ezra menunjuk ke arah tas di lantai.Aku menatapnya sejenak, lalu berjalan mengambil tas tersebut.Segera, aku menemukan sebuah botol kecil di dalamnya. Tatapanku seketika menjadi dingin.Inilah benda yang nyaris membuatku kehilangan kendali tadi."Bibi Uut, bisa bantu carikan dua orang yang benar-benar bisa dipercaya?" Setelah berpikir sejenak, aku melangkah ke sisinya dan berbisik pelan."Nyonya Fay, bagaimana kalau dua anak laki-lakiku?" Tatapan Uut tampak serius dan yakin.Selam

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 4

    Perasaan nikmat itu membuat Ezra kehilangan kendali dan tertawa puas tanpa merasa bersalah, sampai-sampai dia sama sekali tak sadar bahwa pintu ruang kerja sudah terbuka secara diam-diam.Tiga jam kemudian, seiring efek obat yang mulai menghilang, aku perlahan sadar kembali. Tubuhku mulai gemetar ringan.Aku sempat mengira sudah dirusak oleh Ezra dan air mata nyaris jatuh dari mataku."Nyonya Fay, Nyonya baik-baik saja?"Suara perempuan yang agak serak tiba-tiba terdengar.Aku sangat familier dengan suara itu.Itu suara Uut, ART kami!Aku mengikuti sumber suara, lalu melihat Uut berdiri di sana dengan ekspresi tegang, memegang erat sebuah pisau dapur.Di hadapannya, Ezra berdiri membatu di sudut ruangan, wajahnya pucat pasi. Di lengannya tampak darah yang cukup banyak, bahkan lantai pun juga ternoda.Ternyata, tadi Uut melihat Ezra diam-diam menaruh bubuk putih ke dalam kopi di dapur dan merasa ada yang tidak beres.Saat Ezra naik ke atas, Uut pun mengikutinya diam-diam. Lalu, kebetula

  • Anak Angkatku Tak Tahan   Bab 3

    "Itu jelas nggak bisa! Jangan sampai ada nyawa yang melayang gara-gara ini!"Aku menatap Ezra dengan kaget dan buru-buru menghentikan ide gilanya.Meski begitu, kesetiaan Ezra membuat hatiku terasa hangat.Melihat tekad di wajah Ezra, aku tahu usahaku selama ini tidak sia-sia. Dia memang orang kepercayaanku."Ibu, tenang saja! Masalah ini nggak ada hubungannya sama Ibu. Aku nggak akan menyeret Ibu ke masalah ini."Ezra berkata dengan serius, wajahnya penuh ketegasan."Ezra, jangan bahas ini lagi."Nada bicaraku tetap tegas, menunjukkan ketidaksukaanku.Perasaanku pada Asyer sudah lama hilang. Tidak perlu mengorbankan diri demi hubungan yang sebenarnya sudah hancur.Namun, melihat Asyer yang masih berpura-pura peduli, tiba-tiba muncul keinginan dalam diriku untuk bercerai.Sayangnya, kalau hanya bercerai rasanya terlalu mudah buat Asyer, si brengsek itu!Mataku melirik ke arah Ezra yang muda dan bertenaga.Sebuah rencana perlahan muncul dalam pikiranku."Ibu, aku tadi buru-buru ke sini.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status